Kota kesekian yang saya kunjungi bersama keluarga dalam rangkaian perjalanan kami adalah kota Linz, Austria. Sebenarnya, saat kami menyusun itinerary, terjadi pembahasan yang cukup lama di antara saya, suami, dan orangtua saya. Ada beberapa kota di Austria yang masuk dalam daftar kami. Setelah disaring masih tersisa tiga kota dalam saftar yaitu Wina, Salzburg dan Linz. Ketiganya menarik. Tetapi, saya dan suami sudah pernah mengunjungi Wina, maka Salzburg dan Linz menjadi pilihan akhir. Kami tidak bisa mengambil keduanya karena waktunya terbatas. Dengan berbagai pertimbangan (antara lain faktor lamanya perjalanan dan kelelahan) kami pun memutuskan bermalam di Linz.
Kami tiba di Linz menjelang malam. Untungnya (sekali lagi), karena saat itu musim panas, pukul 7 maman pun masih seperti sore. Kesan pertama yang tertangkap oleh saya, kota kecil ini tenang dan nyaman untuk berjalan-jalan. Kotanya juga bersih, sama seperti kesan yang kami tangkap saat berkunjung ke Wina beberapa tahun lalu.
Ketika sampai di penginapan, resepsionis menyapa kami dengan ramah. Bahkan, ketika kami menanyakan tentang layanan pesan antar makanan, dia menawarkan untuk memesan. Alhamdulillah waktu itu ada layanan pesan antar makanan halal. Kami pun langsung mengiyakan tawarannya.
Seharusnya, jika tidak capek, malam hari adalah waktu yang tepat untuk berjalan-jalan. Mengapa? Karena beberapa obyek lebih menarik dilihat pada alam hari. Misalnya Ars Electronica Center dan Lentos Art Museum. Sekadar berjalan-jalan menyusuri Sungai Danube pun cukup untuk menyenangkan. Sayangnya, saat itu kami sudah terlanjur ngantuk.