Friday, March 28, 2014

Berbagi Tips Menulis Cerita Misteri di Kantor Kiddo

Katanya, ilmu akan lebih berarti jika diamalkan.

Karena itu, berbekal semangat berbagi, pagi itu, saya datang ke kantor redaksi Kiddo. Nggak tanggung-tanggung, saya berangkat dari Depok pukul 6 pagi! Hehehe… Bukan karena sok rajin, tapi karena takut terlambat dan terjebak macet. Lagipula, saya mesti tepat waktu supaya bisa cepat-cepat pulang untuk mengajar.

Jadi ceritanya begini, beberapa waktu yang lalu, Mbak Dikha, editor saya yang manis dan superteliti menawarkan pada saya, apakah mau mengisi acara di redaksi Kiddo? Tentu saja saya mau. Kebetulan, di tanggal tersebut saya tidak ada acara. Lalu pembicaraan tentang acara pun ditindaklanjuti oleh Pak Widi (dari Toko Gramedia) dan Mbak Dekta (dari Markom). Saya pun segera menyiapkan materi.

Thursday, March 27, 2014

[Rainy's Days] Prolog


Rainy's Days, Pemenang 1 Lomba Menulis Novel Bluestroberi Penerbit Ice Cube

Gadis itu duduk pada ayunan bertali yang dililiti tanaman rambat. Tubuhnya bergoyang pelan. Kepalanya terkulai lemas seperti boneka yang patah leher. Dan, matanya kehilangan sinar.

Berhari-hari sudah peristiwa buruk itu terjadi pada lelaki yang disayanginya. Namun, dia masih mengingat betul semuanya. Terlalu banyak kata “seandainya” muncul di otaknya. Pada akhirnya dia tahu, itu tak akan mengubah apapun.

Tanpa bisa dicegah sebuah kenangan manis melintas. Saat bersama seorang lelaki di suatu senja. Waktu itu, mereka berdua berada di tempat tersebut bersama wangi bunga-bunga. Hanya beberapa menit, namun waktu seakan berhenti seketika.

Friday, March 21, 2014

Istimewa

Saat diminta mengajar ekskul menulis, tidak terbayang olehku bahwa salah satu anak didikku adalah anak berkebutuhan khusus. Beberapa hari sebelum kelas dimulai, seorang ibu menemuiku. Beliau adalah mama Deya, murid istimewa itu.
“Deya tidak seperti anak-anak yang lainnya, Bu. Dia seringkali bicara dengan intonasi tinggi, atau malah sebaliknya. Dia mungkin akan sulit menangkap penjelasan, lupa, dan lambat mengerjakan tugas. Tapi dia bersemangat sekali ingin belajar menulis,” cerita sang mama.
“Baik, Bu. Saya akan perhatikan,” janjiku.
Sang mama memandangku ragu. Aku bisa menangkap kecemasan di matanya. Aku tak tahu seberapa istimewanya Deya ini. Tapi, kalau aku jadi mamanya, mungkin aku akan bersikap yang sama. Membesarkan anak-anak istimewa butuh cinta dan kesabaran luar biasa.