Tulisan ini dimuat di Rubrik Nusantara Bertutur, Kompas 19 April 2015. Versi cetak ditambah satu kalimat pembuka. Jika ingin mengirimkan tulisan untuk Nusantara Bertutur, berikut ini syaratnya (saya copas dari FB Nusantara Bertutur):
Cerita harus menyampaikan minimal satu pesan moral dari 10 karakter unggul Nusantara Bertutur, yaitu :
Religius, jujur.
Disiplin, kerja keras, mandiri.
Aktif, kreatif, bersemangat, rasa ingin tahu.
Demokratis, toleransi, cinta damai.
Semangat kebangsaan, cinta tanah air.
Menghargai prestasi.
Bersahabat, berkomunikasi.
Gemar membaca.
Peduli sosial.
Peduli lingkungan
Panjang naskah maksimal 2500 karakter.
Religius, jujur.
Disiplin, kerja keras, mandiri.
Aktif, kreatif, bersemangat, rasa ingin tahu.
Demokratis, toleransi, cinta damai.
Semangat kebangsaan, cinta tanah air.
Menghargai prestasi.
Bersahabat, berkomunikasi.
Gemar membaca.
Peduli sosial.
Peduli lingkungan
Panjang naskah maksimal 2500 karakter.
Kirim melalui email nusantarabertutur@gmail.com
“Siapa mau pinjam buku?”
“Aku pinjam, Kak. Aku suka lihat gambarnya, bagus,” terdengar suara Dito, salah satu teman Lili.
“Kamu lagi,” kata Lili saat mendengarnya.“Anak-anak di sini sibuk kerja. Lagipula, mereka nggak sekolah. Tidak bisa baca,” ujar Lili ketus.
“Mereka pinjam buku-bukuku, lho,” kata Arin.
Lili terdiam. Sesungguhnya, Lili iri. Pasti, dalam buku itu banyak cerita menarik. Sayangnya, Lili tak bisa melihat, apalagi membacanya.
“Aku bacakan, ya,” Arin menawarkan. "Di sebuah istana tinggallah seorang putri...”
“Yang cantik, baik hati dan penolong,” potong Lili. “Bosan, ah dengar cerita itu,” omel Lili.
Tawa Arin terdengar, “Kamu kan belum tahu jalan ceritanya.”
Kartini Bagi Lili
Nusantara Bertutur, Kompas 19 April 2015 |
“Aku pinjam, Kak. Aku suka lihat gambarnya, bagus,” terdengar suara Dito, salah satu teman Lili.
“Kamu lagi,” kata Lili saat mendengarnya.“Anak-anak di sini sibuk kerja. Lagipula, mereka nggak sekolah. Tidak bisa baca,” ujar Lili ketus.
“Mereka pinjam buku-bukuku, lho,” kata Arin.
Lili terdiam. Sesungguhnya, Lili iri. Pasti, dalam buku itu banyak cerita menarik. Sayangnya, Lili tak bisa melihat, apalagi membacanya.
“Aku bacakan, ya,” Arin menawarkan. "Di sebuah istana tinggallah seorang putri...”
“Yang cantik, baik hati dan penolong,” potong Lili. “Bosan, ah dengar cerita itu,” omel Lili.
Tawa Arin terdengar, “Kamu kan belum tahu jalan ceritanya.”