Tuesday, November 7, 2017

Mendongeng untuk Remaja, Bisakah?

Bismillahhirohmanirrohim.

Beberapa waktu lalu, sekolah anak saya mengadakan Book Week. Mereka mengundang perwakilan orangtua untuk mendongeng di kelas. Kebetulan, saya diminta oleh salah seorang guru untuk mewakili kelas anak saya. Seneng dong, dapat kesempatan ini. Tetapi, di balik itu, saya bingung, mau cerita apa ya? Karena, yang bakal saya dongengkan ini bukan anak-anak, melainkan remaja. Sedangkan saya, sama sekali belum pernah punya pengalaman mendongeng untuk anak remaja. Biasanya sih, saya mendongeng untuk anak-anak SD atau di bawahnya. Bisa nggak saya mendongeng di hadapan mereka? Nah, lo …. Tapi, mau nolak kok sayang ya? Soalnya kalau nggak begini, ya nggak akan belajar.

Selain belum punya pengalaman mendongeng untuk anak remaja, saya juga belum punya gambaran, cerita apa yang sebaiknya dipakai. Jadi ingat beberapa hari yang lalu sempat ngobrol dengan salah seorang teman, yaitu Amma, soal anaknya yang suka banget sama buku. Salfa, putrinya Amma berusia 3 tahun, pasti senang didongengkan. Untuk mendongeng pada anak seusia Salfa tentu saja berbeda dengan remaja. Ya, kan?


Ternyata, setelah saya berdiskusi dengan guru, kata mereka, boleh kok sharing tentang buku yang pernah dibaca. Alhamdulillah. Untungnya, belum lama ini, saya membaca bukunya Gita Savitri Devi yang berjudul Rentang KIsah. Buku yang cukup bagus dan inspiratif untuk remaja, menurut saya. Akhirnya, buku itulah yang saya ceritakan pada mereka.

Sukseskah acaranya? Bagi newbie seperti aku, lumayanlah ya. Paling nggak, anak-anak itu masih duduk di depan saya hahaha, walaupun sebagian sibuk ngobrol. Nggak papa, namanya juga pengalaman pertama. Lain kali harus lebih baik.

Berbekal pengalaman itu, saya dengan semangat mendaftar Workshop Storytelling for Teenagers yang diadakan oleh Ayo Dongeng Indonesia. Pematerinya bernama Craig Jenkins, seorang storyteller internasional yang sudah banyak pengalaman dan berkeliling dunia untuk mendongeng.

Berbekal ke-kepo-an saya tentang mendongeng untuk remaja, hari itu, 5 November 2017, saya pun datang ke tempat workshop di Perpustakaan Nasional. Suasana sangat ramai karena workshop itu merupakan salah satu rangkaian acara hari kedua Festival Dongeng Internasional Indonesia 2017. Sedikit harap-harap cemas, khawatir nggak bisa ngikutin materi. Namun ternyata, setelah kenalan dengan beberapa orang, baru saya nyadar, kalau semua peserta sama kayak saya, alias tidak punya pengalaman mendongeng untuk remaja.

Craig membuka workshop dengan perkenalan dan games yang membuat para peserta menjadi rileks, tertawa dan nggak lagi duduk manis pasang muka serius. Intinya, dia ingin, semua peserta keluar dari ruangan dengan kepala penuh ide dan wajah penuh senyum.

Setelah perkenalan dan games, Craig mendongeng untuk peserta. Cara Craig mendongeng sangat menarik. Dia membuka dongeng dengan gerak dan lagu, meminta peserta untuk mengikuti gerakan dan ucapannya. Judul cerita yang dibawakan oleh Craig adalah Monyet dan Buaya. Cerita ini sangat familiar dan mudah ditemukan di internet. Hanya saja, Craig membawakannya dengan cara yang unik. Bergerak, lucu, dan sesekali mengajak kami berinteraksi.

Setelahnya, kami diajak berdiskusi tentang cerita tersebut. Apa sih kira-kira yang menarik buat remaja dari cerita Monyet dan Buaya itu? Ternyata banyak, lho. Craig memasukkan unsur-unsur kekinian dalam dongengnya, antara lain sosmed, lagu-lagu yang sedang ngetrend, isu remaja, dan masih banyak lagi.

Oya, peserta juga diminta membuat skenario kecil tentang karakter yang menarik untuk remaja. Secara berkelompok, kami diminta membuat 1 karakter dan menceritakannya. Hasilnya menarik lho, semua kelompok ternyata bisa membuat karakter yang sesuai dengan minat remaja zaman now!



Di akhir workshop, ada banyak tips yang berhasil saya ambil dari materi Craig. Saya akan tulis di sini sebagai catatan saya, sekaligus untuk teman-teman. Berikut beberapa di antaranya:
  • Mendongeng memerlukan heart connection. Walaupun mendongeng dengan Bahasa apapun yang tidak dipahami oleh pendengar, jika kita mendongeng dari hati, maka pesan cerita akan sampai ke hati juga.
  • Reaksi remaja ketika mendengar dongeng akan berbeda dengan reaksi anak-anak. Butuh waktu untuk mendekati mereka. Tetapi jangan menyerah, karena walaupun kelihatan cuek, lama kelamaan pasti ada hasilnya.
  • Perlu riset sebelum mendongeng. Untuk audiens remaja, yang perlu kita lakukan adalah mencari tahu apa saja yang sedang ngetrend di kalangan mereka. Kata Craig, "You don't need to like everything they like. Just try to understand them.”
  • Masukkan unsur-unsur gadget, sosial media, lagu favorit, dan film yang sedang mereka sukai, pada cerita yang akan disampaikan. Tidak perlu membuat cerita baru, namun tambahkan bumbu-bumbu berupa unsur tersebut pada cerita.
  • Kenali isu yang disukai oleh remaja. Pilih cerita yang menyangkut isu tersebut. Misalnya, persahabatan dan cinta.
  • Bergerak, berinteraksi, menyanyikan lagu dan memainkan ekpresi penting dalam mendongeng. Tak perlu malu untuk melakukan adegan lucu.


Alhamdulillah, saya senang sekali bisa mengikuti workshop itu. Berbekal tips tersebut, insya Allah siap mencoba mendongeng untuk remaja, dan mudah-mudahan bisa ya. Yuk, semangat belajar terus! Mudah-mudahan, sedikit yang saya share bermanfaat buat teman-teman. Aamiin. [Fita Chakra]




No comments :

Post a Comment