Sunday, May 25, 2014

Inggris, One of My Dream

Bisa keliling dunia dari menulis

Itu adalah kalimat yang saya tulis dalam wishlist saya beberapa tahun lalu. Kalimat itu, sukses memotivasi saya untuk terus menulis. Alhamdulillah, kini saya bisa mengatakan bahwa menulis menjadi profesi.
Walau demikian, mimpi keliling dunia masih menjadi mimpi. Pernah, sih, saya berhasil pergi bersama teman-teman sesama penulis ke Bangkok di tahun 2012. Dananya seratus persen dari hasil royalti dan fee menulis. Senangnya nggak ketulungan. Namun lalu nangis. Ketika pulang-pulang saldonya nyaris mendekati minimal hehe…
Lalu mulailah saya menabung lagi. Ingin banget ke Eropa, negara mana sajalah. Soalnya, saya sama sekali belum pernah ke sana. Jujur saja, mulai pesimis karena dananya nggak kunjung terkumpul. Ada saja kejadian yang bikin saya mengurangi tabungan itu. Ya begitu deh, namanya emak-emak, keluarga selalu jadi prioritas, walau mimpi sudah dicanangkan bertahun-tahun lalu. Bahkan sebelum menikah.
Maka, begitu tahu Mr. Potato mengadakan lomba ini, saya bertekad ikut. Kalau rejeki siapa tahu menang. Kan asyik, bisa jalan-jalan gratis. Gimana kalau nggak menang? Itu risiko ikut lomba. Yang penting buat saya, berusaha dulu.
“Kenapa sih, ngotot banget pengen jalan-jalan ke luar negeri? Mimpi kok ketinggian.”
Biarin, deh mimpi ketinggian. Buat saya, mimpi itulah yang bikin hidup lebih bersemangat. Kalau nggak, nggak mungkin saya mau terus menulis. Lagipula, kalau nggak berusaha, mana saya tahu kalau saya bisa mencapainya.
Mungkin ada yang ingin tahu alasan saya. Saya kasih tahu ya, jalan-jalan itu sumber inspirasi buat penulis. Nah, kenapa harus Inggris? Habis Mr. Potato bikin lomba yang hadiahnya ke Inggris hehe. Becanda. Simak alasan serius saya di bawah ini.

Ingin Ikut Short Course di Bidang Creative Writing
Ini alasan yang pertama dan utama. Meski sudah hampir 7 tahun menekuni dunia tulis menulis, saya masih terus belajar. Salah satunya, saya sering mengikuti workshop menulis. Satu cita-cita yang belum kesampaian adalah belajar menulis cerita dalam bahasa Inggris. Dulu, waktu masih kuliah saya rajin les bahasa Inggris. Tapi sekarang, karena jarang dipakai jadinya bahasa Inggris saya kurang terasah.

Saya dan buku-buku saya. Foto: dokumen pribadi
Padahal, kalau bahasa Inggris saya bagus, saya pasti lebih mudah menulis buku-buku cerita anak berbahasa Inggris. Selain itu, saya juga tak perlu menggunakan jasa penerjemah. Terus terang, saya suka gemes lihat buku-buku cerita anak berbahasa Inggris. Ilustrasinya keren, ceritanya juga bagus.
Makanya, kalau ada short course di bidang creative writing, saya ingin sekali ikut. Apalagi kalau dibayari alias beasiswa. Belajar menulis cerita di Inggris pasti menyenangkan.
Lagipula, ada alasan lain yang lebih penting, saya ingin belajar terus bukan untuk saya saja. Saya ingin membagikan lebih banyak hal pada murid-murid saya, para calon penulis cilik.

Harus lebih rajin cari ilmu, buat diteruskan pada mereka. Foto: dokumen pribadi

Inggris, Negara Asal Penulis-penulis Ternama
Enid Blyton, penulis cerita favorit saya sejak kecil. Dari umur 6 tahun, saya sudah tergila-gila pada karyanya (lihat di sini). Seri Noody, Seri Lima Sekawan, Pasukan Mau Tahu, St. Claire dan yang lainnya sukses saya koleksi. Bahkan, Seri Malory Towers, menginspirasi saya menulis buku cerita anak yang berjudul I Have a Dream yang berkisah tentang kehidupan murid-murid di sekolah khusus perempuan.

Foto dari sini
Enid Blyton hanyalah satu dari banyak penulis berkebangsaan Inggris yang menciptakan banyak karya bagus. Beatrix Potter merupakan penulis lain yang saya suka. Karyanya yang berjudul The Tale of Petter Rabbit, sering saya bacakan pada anak-anak dan murid-murid saya. Seperti yang saya duga, mereka sangat menyukainya. Demikian pula dengan Rudyard Kipling dan JK. Rowling.
Rasanya tak salah jika saya memilih berkunjung ke Inggris, tempat kelahiran para penulis favorit saya. Saya yakin banyak hal yang bisa saya ambil hikmahnya dari napak tilas perjalanan hidup mereka. Mungkin saja ini akan menginspirasi cerita yang saya tulis selanjutnya.

Novel anak tentang kehidupan murid sekolah khusus perempuan. Foto: dokumen pribadi
Perpustakaan Britania, Perpustakaan Terbesar
Perpustakaan Britania adalah perpustakaan terbesar di dunia dalam hal jumlah item. Kalau saya melihat koleksi buku-bukunya yang memenuhi dinding, wow! Rasanya ini surga buat penggemar buku seperti saya. Coba lihat di sini.
Meski saya yakin nggak bakal bisa baca semua buku kalau mampir di tempat ini, sebagai penulis, segala hal yang berhubungan dengan buku wajib masuk daftar. Bukan nggak mungkin, setelah melihat bangunannya yang klasik ini datang berbagai ide inspiratif.

Tempat-tempat Indah yang Menjadi Sumber Inspirasi
Waktu saya pulang dari Bangkok, ada beberapa tulisan pendek dan satu novel yang berhasil saya tulis. Saya berharap, Inggris bisa menjadi tempat inspirasi untuk tulisan saya berikutnya. Info yang saya baca dari web Mr. Potato sukses bikin saya ngiler. Bagaimana tidak? Big Ben, Buckingham Palace, Westminters Abbey, Trafalgar Square, London Eye, Beatles Museum, Museum Sherlock Holmes, dan King’s Cross Station yang menjadi ikon Inggris adalah agenda yang wajib dikunjungi. Mari kita lihat satu persatu keistimewaan tempat ini.

Sumber: Mister Potato


Museum Sherlock Holmes
Museum Sherlock Holmes atau 221B Baker Street dibangun untuk mengenang karakter Shrlock Holmes. Berisi semua memorabilia Sherlock Holmes dan dibangun persis dengan deskripsi di novel. Saya jadi ingin membuktikan nih apakah benar-benar jaraknya 17 langkah dari lantai dasar ke lantai 1?
Saya sendiri, ingin datang ke tempat ini karena penasaran dengan suasananya. Berharap akan tertular semangat untuk menulis cerita-cerita detektif, yang... siapa tahu bakal bestseller kelak. Stt... bikin cerita detektif memang nggak mudah. Tapi mengasyikkan, lho.

Big Ben
Semua orang pasti tahu Big Ben ini adalah ikon Inggris yang paling ternama. Big Ben berdentang tiap 15 menit sekali. Uniknya, suaranya terdengar sampai radius 8 kilometer! Wow!
Sejak kecil, saya tahu tentang Inggris ya kalau melihat Big Ben. Menara jam ini ngetop banget deh. Sayang kalau dilewatkan.

Buckingham Palace
Buckingham Palace, ramai dikunjungi saat pernikahan salah satu anggota kerajaan. Kabarnya, meski nggak ada aturan resmi, tapi semua orang yang datang otomatis berpakaian rapi karena inilah yang disebut rumah Ratu Inggris. Interiornya masih asli dengan hiasan abad ke-19. Terletak di kota Westminter, istana ini menjadi tempat kunjungan favorit para wisatawan. Sekitar 50 ribu tamu datang setiap tahunnya ke istana ini.
Hmm, kira-kira seperti apa tampak aslinya ya?

London Eye
London Eye adalah semacam bianglala besar yang dapat mengangkut hingga 800 penumpang. Setiap putarannya memakan waktu 30 menit. Selama itu kita bia melihat seluruh sudut kota London dari atas. Di malam hari, London Eye terlihat lebih artistik. Dengan lampu berwarna-warni, kesan dramatis akan menjadi pusat perhatian. Pastinya, ini akan menjadi pengalaman yang tak terlupakan seumur hidup. Mungkin akan jadi novel romance bersetting London Eye?

Beatles Museum
Beatles Museum merupakan tempat semua memorabilia personil The Beatles. Sekitar 300 ribu orang datang ke tempat ini setiap tahun. Kalau ingin tahu perjuangan The Beatles hingga menjadi sukses sebagai penyanyi, wajib datang ke museum ini. Saya sendiri, suka beberapa lagu The Beatles. Apakah diceritakan juga sejarah penulisan lagu-lagunya di sini? Penasaran!

Trafalgar Square
Trafalgar Square menjadi alun-alun tempat masyarakat berkumpul saat diadakan acara-acara besar misalnya royal wedding. Trafalgar Square awalnya bernama King Willian VI Square yang lalu diubah nama untuk memperingati pertempuran Trafalgar. Oya, ada monument setinggi 50 meter di tempat ini. Pokoknya, nggak salah deh kalau tempat ini jadi pusat keramaian. Sejarah Inggris banyak terceritakan di sini.

Wesminters Abbey
Westminters Abbey adalah gereja berarsitekstur Gothic. Selain untuk penobatan, tempat ini juga menjadi pemakaman. Yang dimakamkan di sini adalah para prajurit yang diberi penghormatan. Ada tradisi dari Ratu Elisabeth yang diikuti secara turun temurun, yaitu meletakkan bunga buket pernikahan ke makam prajurit yang di tempat ini.
Westminter Abbey terdaftar dalam situs warisan budaya UNESCO pada tahun 1987. Bangunannya yang tinggi menjulang dan desainnya, khas sekali. 

Nah selain itu, ada tujuh stadion bola yang legendaris di sana seperti Standford Bridge Chelsea, Emirates Stadium Arsenal, White Hart LaneTottenham Hotspur, Old Trafford Manchester United, Etihad Stadium Manchester City, Anfield Liverpool, dan Goodison Park Everton. Saya memang bukan penggemar fanatik bola. Tapi tetap saja penasaran ingin lihat tempat-tempat itu. Stt, lagi-lagi, siapa tahu bisa jadi sumber inspirasi cerita, lho.

Jadi begitu ceritanya, lebih dari semua itu, alasan terbesar saya adalah saya ingin ke Inggris untuk mewujudkan impian saya. Mimpi untuk bisa bepergian dari menulis. Mimpi untuk bisa berbagi lebih banyak dari perjalanan saya. Siapa tahu, Mr. Potato mau mewujudkan salah satu dari mimpi saya.

Mimpi akan terwujud selama usaha dan doa mengiringinya.

Saya dan Mr. Potato, cemilan asyik teman nulis. Foto: dokumen pribadi

Tulisan ini diikutsertakan dalam Blog Contest Ngemil Eksis Pergi ke Inggris. Silakan like FB Mister Potato Indonesia dan follow @MisterPotato_ID.


Sumber: Mr. Potato

Sumber:
http://www.biographyonline.net/writers/enid-blyton.html
http://misterpotato.co.id/
http://www.tahupedia.com/content/show/378/10-Perpustakaan-Terbesar-di-Dunia
http://id.wikipedia.org/wiki/Inggris

Tuesday, May 20, 2014

Museum, "Rumah" untuk Semua Kalangan

Berbicara tentang museum, saya jadi teringat saat pertama kali saya membawa ketiga putri saya ke Museum Nasional. Waktu itu mereka masih balita. Si sulung baru menjelang 5 tahun, sedang kedua adik kembarnya baru 1 tahun. Komentar beberapa teman ketika tahu saya membawa anak-anak ke sana adalah, “Kecil-kecil sudah diajak ke museum. Memangnya mereka sudah ngerti?”

Saya hanya tersenyum menanggapi. Komentar yang mengelitik, memang. Jujur saja, saya sih, nggak berharap banyak dari kunjungan saya. Yang saya inginkan saat itu hanyalah, kami punya alternatif tempat berlibur selain ke mal. Tentu saja, dengan syarat, tempat tersebut haruslah yang edukatif.

So, here we are…

Makna Museum 
Museum memiliki banyak makna bagi kita. Beberapa di antaranya adalah:
  • Menyimpan sejarah.
  • Menjadi sumber informasi di masa depan untuk generasi berikutnya.
  • Simbol kecintaan suatu masyarakat pada bangsanya sendiri.
  • Menjadi penghubung antara satu masa ke masa lain, satu bangsa dengan bangsa lain, satu masyarakat dengan masyarakat lain yang berbeda budaya.
  • Dan masih banyak lagi yang lainnya.
Menilik manfaatnya yang sangat besar, maka sudah menjadi kewajiban kita untuk menjaganya. Karena jika kita kehilangan salah satu saja "saksi" sejarah yang tersimpan di dalam museum, maka akan terjadi kehilangan besar bagi ilmu pengetahuan. Sering kita dengar, bangsa yang besar adalah bangsa yang mengerti sejarah. Dari mana kita akan belajar sejarah jika tidak dari museum?

Museum Nasional, Sekilas di Masa Lalu
Berdirinya Museum Nasional bermula ketika sekumpulan masyarakat Belanda di Batavia mendirikan sebuah organisasi yang bergerak di bidang seni dan ilmu pengetahuan. Sejumlah koleksi budaya dan buku pun dikumpulkan  di sebuah rumah milik JCM Radermacher (salah satu pendiri perkumpulan ini) di Kalibesar.

Ketika rumah tersebut sudah tak cukup menampung benda koleksi yang semakin banyak, Raffles memerintahkan pembangunan gedung baru sebagai museum dan ruang pertemuan. Lokasinya di Jl. Majapahit yang sekarang menjadi kompleks gedung Sekretariat Negara.  Jumlah koleksi yang semakin banyak dari waktu ke waktu membuat museum tersebut tidak lagi memadai. Maka pada tahun 1862 dibangunlah gedung di Jl. Medan Merdeka Barat. Museum pun dibuka untuk umum pada tahun 1868.

Museum Nasional dikenal dengan sebutan Gedung Gajah karena di depannya terdapat sebuah patung gajah, hadiah dari Raja Chulalongkorn saat berkunjung. Dengan semboyan “memajukan ilmu-ilmu kebudayaan yang berfaedah untuk meningkatkan pengetahuan tentang kepulauan Indonesia dan negeri-negeri sekitarnya,” museum ini menyimpan sumber ilmu dan sejarah bagi masyarakat luas.
Patung Gajah. Dok: pribadi

Tulisan yang menyatakan patung tersebut sebagai hadiah. Dok: pribadi
Koleksi museum saat ini mencapai lebih dari 240 ribu yang berasal dari seluruh nusantara yang terbagi dalam beberapa kategori seperti history, geography, prasejarah, ethnography, archeology serta numismatic dan keramik. Bayangkan, gudang ilmu seperti apa yang akan kita peroleh dari tempat ini!

Museum Nasional, Saat Itu
Seumur hidup saya, saat itulah kali pertama saya masuk ke Museum Nasional. Terlambat? Mungkin. Meski saya berasal dari perantauan, saya sudah lebih dari 5 tahun tinggal di pinggiran Jakarta. Masak sih, sebagai warga negara Indonesia, saya nggak kenal museum ini? Tapi, lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali, kan.
Spanduk Visit Museum Year di tahun 2010. Dok: pribadi

Patung dari belakang. Dok: Pribadi

Halaman dalam, tampat bersih. Dok: Pribadi

Masuk ke halaman museum, putri sulung saya tertarik melihat patung gajah. Saya jelaskan bahwa patung gajah itu adalah pemberian dari seorang raja, nama kota Jakarta dahulu. Lalu kami pun melihat-lihat koleksi museum. Yang saya ingat saat itu, suasana yang temaram membuat anak-anak kurang nyaman. Untungnya, di bagian tertentu ada benda-benda koleksi yang membuat putri sulung saya senang. Misalnya, saat melihat patung-patung, senjata, dan alat-alat yang digunakan pada masa lampau.

Sayangnya lagi, saat itu tak banyak yang berkunjung meski sedang masa liburan. Namun, menurut petugas, saya mendapatkan keterangan bahwa mereka sering mendapat kunjungan anak-anak sekolah secara berombongan.

Museum Nanti
Banyak hal yang saya impikan tentang museum di masa depan. Harapan saya, museum bisa menjadi "rumah" untuk semua orang. Sebagaimana rumah yang kita tinggali, rasa nyaman akan membuat kita ingin selalu kembali ke tempat tersebut. Dengan demikian museum bisa menjadi alternatif liburan yang menyenangkan bagi masyarakat juga edukatif.

Mengutip kalimat ini dari Yusri Abdul Ghani Abdullah dalam bukunya, “Sejarah ingin agar kita tidak mengulangi kesalahan pada masa silam dan mengambil pelajaran guna membangun masa kini,” maka kita bisa menilik adanya hubungan sejarah dengan kehidupan sekarang. Generasi masa kini harus kenal dengan sejarah supaya mereka bisa mengambil hal-hal baik, menyingkirkan hal-hal buruk, dan membangun Indonesia dengan pemikiran baru.

Sebagai orangtua dan masyarakat, berikut ini beberapa usulan pemikiran yang menjadi harapan saya untuk museum.

Event bagi semua kalangan
Tak kenal maka tak sayang, begitu kata peribahasa. Bagaimana kita bisa mengharapkan generasi muda mengenal sejarahnya jika ke museum saja tak pernah? Untuk itu supaya lebih akrab dengan museum ada baiknya membuat banyak event bertempat di museum.

Info acara yang pernah diadakan di Museum Nasional. Sumber: FB Museum Nasional
Salah satu event yang bagus yang pernah saya dengar adalah A Day for Book. Saya, sebagai penulis, pengajar dan orang yang suka membaca buku sangat mengapresiasi kegiatan ini. Di waktu-waktu mendatang, ada beberapa kegiatan yang bisa dilakukan oleh museum supaya makin banyak kalangan yang datang ke tempat ini. Misalnya mengadakan berbagai kegiatan berkaitan dengan sejarah. Workshop menulis cerita bertema sejarah untuk anak-anak; workshop menggambar komik sejarah untuk remaja; pertunjukan film sejarah untuk keluarga; dan sebagainya, saya kira cukup menarik.

Duta museum
Seorang duta, akan menjadi role model bagi masyarakat untuk memperkenalkan museum ke masyarakat luas. Selain itu, mereka juga dapat mengajak dan merangkul generasi untuk mencintai sejarah. Tentu saja, duta museum pun juga harus punya pengetahuan yang luas tentang sejarah. Bersama-sama, kita akan belajar mencintai sejarah.

Media Interaktif
Di masa sekarang, media interaktif menjadi semacam kebutuhan. Supaya museum lebih memiliki daya tarik, letakkan media seperti itu di berbagai sisi. Dengan demikian, pengunjung bisa mudah mengakses informasi yang dibutuhkan. Selain informasi mengenai benda koleksi, bisa juga ditampilkan media interaktif games yang berisi tentang sejarah. Misalnya aplikasi games Tresure Hunt yang bisa ditemukan jika bisa menjawab pertanyaan dari mesin tersebut. Rasa-rasanya, anak-anak generasi sekarang akan tertarik memainkannya, ketimbang membaca papan informasi saja.

Tempat Rekreasi dan Tempat Belajar
Tempat belajar tak harus sekolah. Tempat rekreasi tak harus mal. Bagaimana jika kita menyatukan keduanya ke satu tempat yaitu museum? Mungkinkah? Menurut saya, ini sangat mungkin. Hanya saja, perlu kerjasama dari banyak kalangan supaya impian ini terwujud.
Kendi salah satu koleksi museum. Sumber: Web Museum 
Suasana di dalam museum. Sumber: FB Museum Nasional
  1. Museum haruslah dilengkapi pencahayaan yang baik, sehingga tidak temaram dan menakutkan.
  2. Desain bangunan yang modern dan menarik akan lebih “mengundang” masyarakat untuk berkunjung.
  3. Suasana yang nyaman, sirkulasi udara yang baik dan tidak lembab akan membuat betah.
  4. Orangtua sebaiknya menjadi panutan bagi anak-anaknya dalam hal mengajak mereka mencintai sejarah. Jika orangtua sering mengajak anak-anak ke museum, anak-anak akan menjadi generasi yang suka ke museum dibanding ke mal.
  5. Para pendidik yang mengajak murid-murid ke museum, mungkin bisa berinisiatif untuk memberi tugas yang lebih menarik. Misalnya, membuat laporan dalam bentuk buku bergambar atau komik hasil karya mereka. Dengan demikian, anak-anak akan lebih antusias dan tanpa sadar mereka banyak belajar.
  6. Benda koleksi yang terawat dengan baik akan lebih menarik.


Sumber: Web Museum Nasional

Website
Supaya masyarakat luas baik warga negara Indonesia maupun tidak bisa mengakses informasi tentang museum, website sebaiknya di-update secara berkala. Lengkapi dengan foto-foto kegiatan yang pernah dilakukan serta kolom untuk tanya jawab. Ada baiknya jika museum juga menyediakan e-book yang bisa diunduh secara gratis. Melalui web tersebut, ajak remaja, orangtua dan masyarakat untuk menjadi anggota komunitas museum. Akan lebih menyenangkan jika mereka digandeng menjadi kontributor untuk menulis artikel ringan dengan gaya bahasa yang mudah dicerna (tetap no alay ya) namun tetap berbobot.

Konsep Ramah Pengunjung
Pernahkah terbayang, betapa berbedanya kunjungan ke sebuah restoran atau gerai toko ternama dengan kunjungan ke mal? Sapaan selamat datang bagi pengunjung merupakan hal yang menentukan kesan. Karena itu, petugas di museum pun tidak sekadar menjalankan tugas, namun harus bisa membuat pengunjung betah. Memberi salam, menyapa, dan menerangkan dengan bahasa yang santun akan memberikan nilai plus di mata pengunjung. Konsep ramah pengunjung ini harus selalu ditekankan supaya pengunjung datang lagi dan lagi.

Mengenal sejarah menjadi tanggung jawab kita bersama. Sebagai orangtua, kita harus mengenalkannya pada anak-anak. Sebagai anggota masyarakat, kita harus ikut manjaga museum dan melestarikannya. Apa yang sudah kita lakukan untuk museum? Mari, lakukan sekarang agar museum menjadi “rumah” bagi semua kalangan. Dengan demikian, museum dapat menjembatani antar generasi; memberikan informasi sejarah dari satu masa ke masa lain; memberikan ilmu pengetahuan dari satu bangsa ke bangsa lain; dan pada akhirnya menumbuhkan semangat cinta tanah air dan kebangsaan.


Referensi:

Friday, May 16, 2014

[Belajar Menulis] Memanfaatkan Momen di Perjalanan

Pergi bersama anak-anak bisa menjadi salah satu momen yang bagus untuk melatih kemampuan mereka bercerita dan menulis. Peristiwa yang dialami, dilihat, dan dirasakan selama dalam perjalanan adalah “bahan adonan” untuk membuat cerita. Bagaimana caranya?  Berikut ini saya share beberapa hal yang sering saya lakukan bersama anak-anak di perjalanan.

Ajak anak-anak menggunakan panca indera dengan baik.
Tanyakan pada anak-anak, apa saja yang mereka lihat, dengar, cium, kecap, dan rasakan selama di perjalanan. Pancing dengan pertanyaan seperti ini, misalnya:
“Apa saja yang kalian lihat di bandara?”
“Bagaimana suasananya?”
“Cuaca di pantai seperti apa?”
“Apa bedanya rasa udang yang Adek makan di sini, dengan yang biasa dimakan?”
“Dari semua binatang yang dilihat, mana yang paling Kakak suka? Kenapa?”
Biarkan anak-anak menjawab pertanyaan tersebut dan dengarkan. Usahakan untuk tidak menggunakan pertanyaan yang bisa dijawab dengan “ya” dan “tidak”. Dengan demikian, anak-anak akan lebih bebas berekspresi sekaligus belajar bercerita.

Beri notes atau recorder untuk mencatat hasil pengamatan.
Jika anak-anak sudah bisa menulis bekali mereka dengan notes untuk mencatat hasil pengamatan mereka. Alternatif lain, gunakan recorder. Sekali waktu, biarkan mereka belajar menjadi “wartawan cilik”. Mintalah anak-anak bertanya pada pedagang buah yang ditemui, satpam, atau pengunjung tempat wisata. Pastinya akan seru. Selain belajar mengumpulkan bahan tulisan, mereka juga akan belajar untuk lebih berani bertanya.

Minta mereka menuliskan sebagai holiday project.
Sampai di rumah, minta anak-anak menuliskan hasil pengamatan mereka sebagai holiday project. Biarkan mereka melengkapinya dengan gambar. Lalu pajanglah hasil karya mereka pada papan selama beberapa waktu. Beri apresiasi pada anak berupa pujian serta kata-kata penyemangat.
Terakhir, boleh juga mengarahkan anak-anak menuliskan ceritanya di blog. Tentu saja, dengan pengawasan orangtua.


Selamat mencoba!

Thursday, May 1, 2014

[A Place to Remember Give Away] Di Suatu Siang

Di suatu siang,

Di tepi Laut Merah, aku duduk memandangi lautan. Warnanya yang biru cerah, ditingkahi riak kecil air membuatku merasa tenang. Udaranya sungguh panas. Hanya sesekali angin bertiup, membelai rasa. Silau matahari kuhalau menggunakan sunglasses, berharap keindahan lautan bisa tetap kunikmati berkatnya.

Dengan seksama kuamati burung-burung yang terbang rendah, lalu hinggap. Rupanya mereka sibuk mematuki makanan. Riuhnya seolah pesta besar. Aku mengulum senyum melihatnya, teringat ketiga anak-anakku yang bertingkah seperti mereka saat aku datang membawa makanan kesukaannya.