Salah satu tulisan pendek saya yang dimuat di media. Kali ini di Koran Pikiran Rakyat. Idenya sederhana kok, saya sedang ngubek file dan menemukan banyak foto-foto alat transportasi waktu jalan-jalan ke Bangkok.
Untuk mengirimkan tulisan ke rubrik Pariwisata Koran Pikiran Rakyat ada beberapa hal yang harus diperhatikan.
1. Buat tulisan sepanjang 2 halaman, 1,5 spasi. Nggak panjang kan?
2. Fokus saja pada satu topik yang ingin diangkat. Jujur, berdasarkan pengalaman kita.
3. Sertakan 3-5 foto. Pastikan fotonya kualitas bagus.
4. Kirim ke redaksi@pikiran_rakyat.com. Cc ke hiburan@pikiran_rakyat.com.
Di bawah ini tulisan saya yang dimuat di Pikiran Rakyat 14 Juni 2014.
Jalan-jalan
Keliling Bangkok, Naik Apa Pun Bisa
Tidak
perlu pusing memikirkan masalah transportasi di Bangkok. Pasalnya, alat
transportasi massal di sini teratur, bersih, dan nyaman. Pilihannya pun
beragam. Mau naik MRT (subway), silakan. Ingin menikmati pemandangan dari atas
BTS (Bangkok Skytrain), boleh. Ingin melihat kehidupan di sepanjang Chao Praya
melalui river cruise, ayo. Atau, ingin menjajal tuk-tuk?
Enaknya,
di Bangkok antara jalur transportasi satu dengan yang lainnya tertata apik. Di
beberapa perhentian ada interchange
yang memudahkan kita beralih dari satu moda transportasi ke moda lainnya. Sebelum
menjelajah Bangkok, mari kenali satu per satu alat transportasinya.
Airport
Rail Link
Airport Rail Link
adalah kereta yang bermuara di Bandara Svarnabhumi. Ada dua jenis kereta yaitu
Airport Express dan Airport City Line. Sesuai namanya, Airport Express lebih
cepat. Sedangkan Airport City Line berhenti di beberapa stasiun.
MRT
MRT atau subway tersedia
mulai dari stasiun Hua Lamphong sampai Bang Sue. Keretanya sangat bersih,
demikian pula stasiunnya. MRT melintas setiap beberapa menit sekali. Jadi, tak
perlu khawatir menunggu lama. Untuk menaikinya, kita perlu menggunakan koin
sejenis token. Awalnya, saya sempat berpikir, apakah mereka tak kesulitan
mengelola sampah plastik dari token ini? Ternyata, jawabannya sederhana. Token
itu kembali lagi pada mereka karena setelah digunakan, token harus dimasukkan
kembali ke suatu alat di pintu keluar setiap stasiun. Kalau tidak, tentu saja
kita tidak bisa keluar dari stasiun.
BTS
(Bangkok Skytrain)
Mirip dengan MRT,
monorel berjalan di atas rel. Bedanya, dari dalam BTS kita bisa melihat
pemandangan kota Bangkok. Ada dua jalur BTS yaitu Sukhumvit Line dan Si Lom
Line. Tiketnya, seharga 15-40 Bath. Saya terkesan dengan pola antri masyarakat
Bangkok. Saat berada di sebuah stasiun BTS pada jam sibuk, calon penumpang rela
mengantri berjajar ke belakang. Tidak ada yang sengaja mendahului di depan
garis yang telah ditetapkan sebagai batas atau mendesak masuk saat penumpang
keluar dari dalam BTS. Pemandangan yang langka saya temui di Indonesia.
River
Cruise
Ada yang kurang rasanya
kalau ke Bangkok tanpa naik river cruise
atau boat. Chao Praya yang membelah
Bangkok tidak membuat masyarakat Bangkok kesulitan bepergian ke seberangnya.
Ada beberapa pilihan river cruise,
yaitu yang berbendera oranye, kuning, dan hijau. Masing-masing memiliki panjang
jalur yang berbeda, meski sebagian besar melalui perhentian yang sama. Yang
perlu diperhatikan, river cruise
berbendera kuning khusus untuk wisatawan dengan one day pass. Sedangkan yang
berbendera oranye biasa digunakan masyarakat umum untuk bepergian, berangkat
bekerja, ataupun pulang. Selain itu, ada juga express river cruise,
yang tidak berhenti di setiap perhentian.
Di dalam river cruise masing-masing tempat duduk
memiliki pelampung di bawahnya. Salah satu hal yang wajib dicontoh pula.
Tuk-tuk
Tuk-tuk atau “sam lor”,
merupakan alat transportasi khas Bangkok yang tak sabar saya coba ketika
menjejakkan kaki di sana. Bentuknya seperti becak, beroda tiga tapi bermotor.
Kalau dilihat sepintas, kita akan sepakat bahwa inilah yang seringkali kita
sebut bajaj, di Jakarta.
Kunci berkendara
menggunakan tuk-tuk adalah pandai menawar. Jadi, sebaiknya kita tahu jarak yang
akan kita tempuh supaya bisa memperkirakan kepantasan harganya. Menawar sekitar
10-5 Bath lebih rendah merupakan hal yang wajar.
Meski tuk-tuk lebih
gesit ketimbang taksi, tetapi mengingat kendaraan ini terbuka, asap dan debu
bisa dengan mudah masuk. Jadi,ada baiknya mengenakan masker agar terhindar dari
debu.
Satu lagi tips menaiki
tuk-tuk, waspadalah terhadap tuk-tuk yang menawarkan berkeliling dengan harga
sangat murah. Terkadang, mereka memberhentikan atau memaksa kita ke suatu
tempat supaya kita membeli sesuatu (misalnya ke toko souvenir). Apa untungnya
bagi mereka? Mereka mendapatkan imbalan dari toko tersebut jika bisa membawa
calon pembeli. [Fita Chakra]