Judul : Marginalia, Catatan Cinta di Pinggir Hati
Penulis : Dyah Rinni
Penerbit : Qanita
Jumlah halaman : 304 halaman
"Alam itu hidup dalam aturannya sendiri, terkadang acak dan jalang. Tidak ada yang romantis ataupun ajaib tentang kehidupan." (Drupadi)
Terus terang, sejak membaca bagian awal novel ini di sini, saya sudah penasaran ingin membacanya. Maka, ketika novel ini dipajang di IBF, saya langsung beli. Sampai di rumah, novel ini selesai saya baca dalam tempo kurang dari tiga jam. Ya, kombinasi cerita yang asyik, cara bertutur yang lincah (dari dua sudut pandang tokoh utama), dan quote-quote keren membuat saya tak perlu waktu lama untuk melahapnya.
Cerita ini berawal dari sebuah kafe bernama Marginalia yang ditemukan oleh Drupadi bersama Chiya, asistennya. Kafe "aneh" menurut Drupadi ini, menyimpan banyak buku dengan catatan di setiap halamannya. Siapa sangka, sebuah buku dari kafe ini, mengantarkannya bertemu Aruna, vokalis Lescar, band rock paling diidolakan.
Serunya, Aruna yang awalnya naik pitam karena Dupadi memberikan catatan "Cengeng!" pada kumpulan puisi Rumi (buku kenangannya bersama Padma), malah jadi penasaran ingin tahu tentang Drupadi. Dia pun mengejar Drupadi dengan berbagai cara, mulai dari menyamar, hingga menemuinya terang-terangan. Sampai Aruna tiba pada suatu titik, dia menyadari cintanya pada Drupadi.
Apakah mereka akhirnya bersatu sebagai sepasang kekasih? Tunggu dulu, rupanya Dyah tidak ingin pembaca langsung melihat mereka happily ever after dengan mudah. Selain perjuangan meyakinkan Drupadi, Aruna juga harus "menyingkirkan" dulu Inez dari kehidupannya. Bagaimana caranya? Berbagai adegan menyedihkan, menegangkan, dan mengharukan pun dilewati mereka.
Puas. Itu yang saya rasakan setelah membaca novel ini. Ada satu hal yang saya petik dari akin yakin, cerita Aruna-Drupadi ini, kejaiban cinta itu ada meski kita tak memercayainya. Orang bisa saja datang dan pergi dalam kehidupan kita, tapi seperti kata Rumi di cover belakang buku ini, "Kekasih tak begitu saja bertemu di suatu tempat. Mereka sudah mengenal sejak lama."
Anda tidak percaya ada keajaiban cinta? Baca novel ini, mungkin setelahnya, pemikiran Anda berubah. :)
Good job, Dee! Pantas jika novel ini menjadi salah satu pemenang Lomba Menulis Qanita Romance. Can't wait to read your next book.
Tuesday, March 19, 2013
Monday, March 11, 2013
(Writing Course) Meet Fayanna, The Talented Girl
Waktu ibunya menghubungi saya, mengatakan bahwa Fayanna ingin belajar menulis, saya sudah membayangkan asyiknya bertemu gadis kecil ini. Saya sudah membaca salah satu tulisannya yang dimuat di web sekolahnya. Ceritanya lucu, runut, dan khas anak-anak. Adegan-adegan konflik yang ada dalam cerita itu membuat tulisannya lebih seru.
Nah, yang menarik, ternyata Fayanna juga jago menggambar, main sulap, dan balet. Dia sering menjuarai perlombaan menggambar, tampil dalam pertunjukan sulap, juga menari balet di atas panggung. Wow!
Fayanna datang seminggu sekali untuk belajar menulis. Awalnya, dia malu-malu. Setiap kali ditanya, dia hanya mengangguk atau menggeleng. Tapi, rupanya dia cepat menangkap hal-hal yang saya katakan. Ketika mulai praktik menulis, dia menulis dengan rapi. Permulaan kalimat selalu dimulai dengan huruf besar, demikian juga nama orang. Tanda petik tak lupa dituliskannya dalam setiap dialog. Pokoknya, rapi deh.
Pertemuan-pertemuan berikutnya Fayanna mulai banyak bertanya dan bicara. Apalagi jika Keisya ikut belajar menulis. Rupanya, kehadiran teman sebaya cukup membuatnya bersemangat. Dia jadi secara tak langsung terpacu menulis. Demikian juga dengan Keisya.
Nah, yang menarik, ternyata Fayanna juga jago menggambar, main sulap, dan balet. Dia sering menjuarai perlombaan menggambar, tampil dalam pertunjukan sulap, juga menari balet di atas panggung. Wow!
Sedang serius |
Pertemuan-pertemuan berikutnya Fayanna mulai banyak bertanya dan bicara. Apalagi jika Keisya ikut belajar menulis. Rupanya, kehadiran teman sebaya cukup membuatnya bersemangat. Dia jadi secara tak langsung terpacu menulis. Demikian juga dengan Keisya.
Subscribe to:
Posts
(
Atom
)