Thursday, September 28, 2017

Ngobrol Tentang Novel Bersama Ade Anita

Bismillahirrohmanirrohim ....

Sering saya merasa, pengetahuan tentang menulis novel masih segitu-segitu saja. Jadi nggak ada salahnya dong, saya berguru pada orang lain. Iya sih, saya sudah pernah nulis novel. Tapi itu sudah lama sekali, sekarang pingin belajar lagi supaya bisa nulis novel yang lebih bagus.

Singkat cerita, akhirnya saya kontak Mbak Ade Anita untuk ngobrol-ngobrol cantil soal novel. Yang saya tahu, Mbak Ade sudah pernah menulis beberapa novel. Pastinya ada yang bisa dibagikan untuk saya. Jadi saya bikin wawancara, dan ini pertanyaan dan jawabannya. 


Q:
Selain ide, apa yang mesti disiapkan sebelum nulis novel? Perlu nggak bikin kerangka? 

Wednesday, September 13, 2017

Mendongeng di Kelas, Mengapa Tidak?

Bismillahirohmanirrohim....

Alhamdulillah, beberapa waktu lalu, saya mengikuti Storytelling Workshop for Lecturer and Trainer. Pengajarnya Sheila Wee, seorang pendongeng yang sudah belasan tahun menekuni bidang ini. Alasan saya mengikuti worskhop ini pertama adalah karena saya merasa perlu belajar lagi cara menyampaikan materi secara efektif pada murid-murid saya. Kedua, selama ini, saya jarang mendongeng untuk murid-murid saya. Dalam benak saya, mendongeng itu membutuhkan keahlian khusus, seperti kepandaian memainkan intonasi, berekspresi dan kepandaian bercerita. Bagaimana dengan saya? Saya akui, saya masih sering merasa kurang pede bercerita.



Kebetulan, ada beberapa teman yang berprofesi sebagai guru. Saya pun iseng-iseng tanya apakah mereka mendongeng di kelas? Jawaban jujur saya dapatkan dari Chela, si Bu Guru Kecil. Dia mengatakan, "Pernah sih, Mbak, aku mendongeng di kelas. Tapi menurutku kurang maksimal hasilnya karena aku masih malu-malu. Padahal, mendongeng itu bisa jadi media yang bagus untuk belajar karena bisa mudah ditangkap materinya."

Monday, September 11, 2017

Linz, Kota Yang Tak Terlupakan

Kota kesekian yang saya kunjungi bersama keluarga dalam rangkaian perjalanan kami adalah kota Linz, Austria. Sebenarnya, saat kami menyusun itinerary, terjadi pembahasan yang cukup lama di antara saya, suami, dan orangtua saya. Ada beberapa kota di Austria yang masuk dalam daftar kami. Setelah disaring masih tersisa tiga kota dalam saftar yaitu Wina, Salzburg dan Linz. Ketiganya menarik. Tetapi, saya dan suami sudah pernah mengunjungi Wina, maka Salzburg dan Linz menjadi pilihan akhir. Kami tidak bisa mengambil keduanya karena waktunya terbatas. Dengan berbagai pertimbangan (antara lain faktor lamanya perjalanan dan kelelahan) kami pun memutuskan bermalam di Linz.

Kami tiba di Linz menjelang malam. Untungnya (sekali lagi), karena saat itu musim panas, pukul 7 maman pun masih seperti sore. Kesan pertama yang tertangkap oleh saya, kota kecil ini tenang dan nyaman untuk berjalan-jalan. Kotanya juga bersih, sama seperti kesan yang kami tangkap saat berkunjung ke Wina beberapa tahun lalu. 

Ketika sampai di penginapan, resepsionis menyapa kami dengan ramah. Bahkan, ketika kami menanyakan tentang layanan pesan antar makanan, dia menawarkan untuk memesan. Alhamdulillah waktu itu ada layanan pesan antar makanan halal. Kami pun langsung mengiyakan tawarannya.

Seharusnya, jika tidak capek, malam hari adalah waktu yang tepat untuk berjalan-jalan. Mengapa? Karena beberapa obyek lebih menarik dilihat pada alam hari. Misalnya Ars Electronica Center dan Lentos Art Museum. Sekadar berjalan-jalan menyusuri Sungai Danube pun cukup untuk menyenangkan. Sayangnya, saat itu kami sudah terlanjur ngantuk.