Monday, May 20, 2013

[Cerita Anak] Sandra Si Pemungut Sampah


Cerita anak ini pernah dimuat di Majalah Bravo beberapa tahun lalu. Selamat membaca :)


Sandra memungut gumpalan kertas yang dibuang Nana di lantai. Dilicinkannya permukaan kertas itu dengan tangan lalu disimpannya hati-hati di laci mejanya.
            “Ih, seperti pemulung saja. Kertas itu kan sudah kubuang. Sudah tidak kugunakan lagi,” kata Nana jijik.
            “Kertasnya masih bagus kok. Bagian belakangnya masih kosong, jadi masih bisa digunakan,” sahut Sandra tenang. Nana tak mengerti bagaimana mungkin Sandra mau menggunakan kertas bekas itu. Menjijikan, pikir Nana.
            Diliriknya laci meja Sandra sekilas. Ternyata tak hanya kertas-kertas bekas yang ada di dalamnya. Ada beberapa bekas pembungkus snack tertata rapi di dalam sebuah kantung plastik. Nana jadi penasaran untuk apa Sandra mengumpulkan sampah-sampah itu?
            Sepanjang hari Nana memperhatikan tingkah laku Sandra. Setiap kali ada seorang teman yang membuang sampah sembarangan, Sandra akan dengan sabar membuangnya ke tempat sampah. Tetapi tidak semua sampah dibuang ke tempat sampah. Sebagian sampah seperti kertas-kertas bekas dan pembungkus makanan yang masih cukup bagus disimpannya di dalam laci mejanya.
            Saking penasarannya Nana tak tahan untuk bertanya pada Sita. Nana memang belum lama bersekolah di sekolah itu. Dia baru pindah seminggu yang lalu.
            “Sttt… Ta, lihat tuh, si Sandra,” bisiknya pada Sita, teman sebangkunya.
            “Ada apa, Na?”
            “Kok Sandra senang sekali memunguti sampah-sampah di kelas kita, sih? Memangnya buat apa?” Nana ingin tahu.
            Sita mengangkat bahu.
            “Nggak tahu, Na. Akhir-akhir ini dia memang sering mengumpulkan sampah. Kamu tanyakan saja padanya,” Sita menjawab. Sepetinya Sita dan teman-teman lainnya tak ada yang peduli pada apa yang dilakukan Sandra.
            Nana diam saja. Dia ingin sekali bertanya pada Sandra, tapi dia khawatir jika pertanyaannya membuat Sandra tersinggung. Dia tak ingin membuat teman-teman barunya menganggapnya buruk.
            Diam-diam Nana mengamati Sandra setiap hari. Ternyata, setiap kali pulang sekolah, Sandra selalu membawa serta kantung plastik berisi sampah-sampah itu. Nana bertanya-tanya dalam hati, apakah ayah Sandra bekerja sebagai pemulung dan Sandra ingin membantu pekerjaan ayahnya. Nana mengira-ngira.
            Tidak hanya sampah kertas dan bekas pembungkus makanan yan dikumpulkan oleh Sandra. Kadang-kadang, Sandra juga mengumpulkan botol dan gelas plastik bekas minuman dalam kemasan.
            Suatu hari, Nana memberanikan diri bertanya pada Sandra.
            “Ngg… Sandra, aku ingin tahu, mengapa kamu senang seklai mengumpulkan sampah-sampah itu? Memangnya mau kaugunakan untuk apa?”
            “Kamu benar-benar ingin tahu untuk apa sampah-sampah itu?” Sandra balik bertanya.
            Nana mengangguk kuat-kuat.
            “Lebih baik sepulang sekolah nanti kamu ikut saj ke rumahku. Nanti kamu akan lihat sendiri bagaiamana bergunanya sampah-sampah itu,” ajak Sandra.
            Akhirnya, siang itu sepulang sekolah Nana ikut ke rumah Sandra. Sepanjang perjalanan Nana sibuk menerka seperti apakah rumah Sandra. Dalam bayangannya, rumah Sandra berada di lingkungan kumuh yang penuh sampah. Nana bergidik jijik membayangkannya. Tetapi rasa ingin tahunya yang begitu kuat membuatnya tetap ikut ke rumah Sandra.
            “Kita sudah sampai, Na,” tiba-tiba Sandra berkata. Nana tersadar dari lamunannya. Ternyata rumah Sandra tidak seperti yang dibayangkannya tadi. Rumah Sandra kecil, mungil namun bersih dan asri. Di sekeliling halaman rumahnya penuh dengan tanaman-tanaman dan pepohonan besar.
            “Yuk, kita masuk,” ajak Sandra.
            Nana mengikuti Sandra masuk ke dalam rumah. Di kamar Sandra banyak kertas-kertas dan bekas bungkus makanan yang dikumpulkannya.
            “Sebenarnya aku mengumpulkan sampah-sampah itu untuk digunakan kembali, Na,” ujar Sandra menerangkan.
            Ditunjukkannya kertas-kertas bekas yang disusunnya menjadi sebuah buku kecil. Satu sisi kertas-kertas itu memang sudah berisi tulisan, tetapi sisi lainnya yang masih kosong masih bisa digunakan untuk menulis. Sama sekali tidak kelihatan kalau kertas-kertas itu berasal dari kertas bekas pakai. Bagian luarnya pun dihias dengan kertas warna-warni yang cantik.
            “Wow, bagus sekali buku ini, San! Kamu membuatnya sendiri?” Nana bertanya.
            Sandra mengangguk bangga.
            “Lalu, bekas pembungkus snack itu? Dan botol serta gelas minuman air kemasan?”
            “Aku membuatnya menjadi tas, pot-pot tanaman, tempat pensil, dan mainan untuk adikku,” jawab Sandra sambil menunjukkan hasil karyanya yang banyak menghiasi kamarnya itu.
            Nana berdecak kagum. Sandra ternyata sungguh kreatif!
            “Ah, aku tak menyangka ternyata barang bekas pun banyak gunanya ya, San,” kata Nana nyaris tak terdengar. Dia malu telah berpikiran buruk pada Sandra.
            “Benar, Na. Kalau kita mau menggunakan kembali barang-barang bekas ini menjadi sesuatu yang berguna, kita juga akan membantu mengurangi jumlah sampah, kan?” kata Sandra.
            Nana mengiyakan. Dia semakin kagum pada Sandra. Gadis pemungut sampah itu ternyata sangat mencintai lingkungan. Nana jadi ingin meniru jejaknya. [Fita Chakra]

4 comments :

  1. mbak, berbagi dong gimana kiat dan rahasia bisa nulis di majalah plus alamat majalah anak yang bisa dikirimin naskah...pliss...

    ReplyDelete
  2. Nanti kapan-kapan saya tulis ya :)

    ReplyDelete
  3. kisahnya inspiratip sekali mba Fitria :)

    ReplyDelete