Cerita anak ini pernah dimuat di Majalah Bravo beberapa tahun lalu. Selamat membaca :)
Sandra memungut gumpalan
kertas yang dibuang Nana di lantai. Dilicinkannya permukaan kertas itu dengan
tangan lalu disimpannya hati-hati di laci mejanya.
“Ih, seperti pemulung saja. Kertas
itu kan sudah
kubuang. Sudah tidak kugunakan lagi,” kata Nana jijik.
“Kertasnya masih bagus kok. Bagian
belakangnya masih kosong, jadi masih bisa digunakan,” sahut Sandra tenang. Nana
tak mengerti bagaimana mungkin Sandra mau menggunakan kertas bekas itu.
Menjijikan, pikir Nana.
Diliriknya laci meja Sandra sekilas.
Ternyata tak hanya kertas-kertas bekas yang ada di dalamnya. Ada beberapa bekas pembungkus snack tertata rapi di dalam sebuah
kantung plastik. Nana jadi penasaran untuk apa Sandra mengumpulkan
sampah-sampah itu?
Sepanjang hari Nana memperhatikan
tingkah laku Sandra. Setiap kali ada seorang teman yang membuang sampah
sembarangan, Sandra akan dengan sabar membuangnya ke tempat sampah. Tetapi
tidak semua sampah dibuang ke tempat sampah. Sebagian sampah seperti kertas-kertas
bekas dan pembungkus makanan yang masih cukup bagus disimpannya di dalam laci
mejanya.
Saking penasarannya Nana tak tahan
untuk bertanya pada Sita. Nana memang belum lama bersekolah di sekolah itu. Dia
baru pindah seminggu yang lalu.
“Sttt… Ta, lihat tuh, si Sandra,”
bisiknya pada Sita, teman sebangkunya.
“Ada apa, Na?”
“Kok Sandra senang sekali memunguti
sampah-sampah di kelas kita, sih? Memangnya buat apa?” Nana ingin tahu.
Sita mengangkat bahu.
“Nggak tahu, Na. Akhir-akhir ini dia
memang sering mengumpulkan sampah. Kamu tanyakan saja padanya,” Sita menjawab.
Sepetinya Sita dan teman-teman lainnya tak ada yang peduli pada apa yang
dilakukan Sandra.
Nana diam saja. Dia ingin sekali
bertanya pada Sandra, tapi dia khawatir jika pertanyaannya membuat Sandra
tersinggung. Dia tak ingin membuat teman-teman barunya menganggapnya buruk.
Diam-diam Nana mengamati Sandra
setiap hari. Ternyata, setiap kali pulang sekolah, Sandra selalu membawa serta kantung
plastik berisi sampah-sampah itu. Nana bertanya-tanya dalam hati, apakah ayah
Sandra bekerja sebagai pemulung dan Sandra ingin membantu pekerjaan ayahnya.
Nana mengira-ngira.
Tidak hanya sampah kertas dan bekas
pembungkus makanan yan dikumpulkan oleh Sandra. Kadang-kadang, Sandra juga
mengumpulkan botol dan gelas plastik bekas minuman dalam kemasan.
Suatu hari, Nana memberanikan diri
bertanya pada Sandra.
“Ngg… Sandra, aku ingin tahu,
mengapa kamu senang seklai mengumpulkan sampah-sampah itu? Memangnya mau
kaugunakan untuk apa?”
“Kamu benar-benar ingin tahu untuk
apa sampah-sampah itu?” Sandra balik bertanya.
Nana mengangguk kuat-kuat.
“Lebih baik sepulang sekolah nanti
kamu ikut saj ke rumahku. Nanti kamu akan lihat sendiri bagaiamana bergunanya
sampah-sampah itu,” ajak Sandra.
Akhirnya, siang itu sepulang sekolah
Nana ikut ke rumah Sandra. Sepanjang perjalanan Nana sibuk menerka seperti
apakah rumah Sandra. Dalam bayangannya, rumah Sandra berada di lingkungan kumuh
yang penuh sampah. Nana bergidik jijik membayangkannya. Tetapi rasa ingin
tahunya yang begitu kuat membuatnya tetap ikut ke rumah Sandra.
“Kita sudah sampai, Na,” tiba-tiba
Sandra berkata. Nana tersadar dari lamunannya. Ternyata rumah Sandra tidak
seperti yang dibayangkannya tadi. Rumah Sandra kecil, mungil namun bersih dan
asri. Di sekeliling halaman rumahnya penuh dengan tanaman-tanaman dan pepohonan
besar.
“Yuk, kita masuk,” ajak Sandra.
Nana mengikuti Sandra masuk ke dalam
rumah. Di kamar Sandra banyak kertas-kertas dan bekas bungkus makanan yang
dikumpulkannya.
“Sebenarnya aku mengumpulkan
sampah-sampah itu untuk digunakan kembali, Na,” ujar Sandra menerangkan.
Ditunjukkannya kertas-kertas bekas
yang disusunnya menjadi sebuah buku kecil. Satu sisi kertas-kertas itu memang
sudah berisi tulisan, tetapi sisi lainnya yang masih kosong masih bisa
digunakan untuk menulis. Sama sekali tidak kelihatan kalau kertas-kertas itu
berasal dari kertas bekas pakai. Bagian luarnya pun dihias dengan kertas
warna-warni yang cantik.
“Wow, bagus sekali buku ini, San!
Kamu membuatnya sendiri?” Nana bertanya.
Sandra mengangguk bangga.
“Lalu, bekas pembungkus snack itu? Dan botol serta gelas minuman
air kemasan?”
“Aku membuatnya menjadi tas, pot-pot
tanaman, tempat pensil, dan mainan untuk adikku,” jawab Sandra sambil
menunjukkan hasil karyanya yang banyak menghiasi kamarnya itu.
Nana berdecak kagum. Sandra ternyata
sungguh kreatif!
“Ah, aku tak menyangka ternyata
barang bekas pun banyak gunanya ya, San,” kata Nana nyaris tak terdengar. Dia
malu telah berpikiran buruk pada Sandra.
“Benar, Na. Kalau kita mau
menggunakan kembali barang-barang bekas ini menjadi sesuatu yang berguna, kita
juga akan membantu mengurangi jumlah sampah, kan ?” kata Sandra.
Nana mengiyakan. Dia semakin kagum
pada Sandra. Gadis pemungut sampah itu ternyata sangat mencintai lingkungan. Nana
jadi ingin meniru jejaknya. [Fita Chakra]
mbak, berbagi dong gimana kiat dan rahasia bisa nulis di majalah plus alamat majalah anak yang bisa dikirimin naskah...pliss...
ReplyDeleteNanti kapan-kapan saya tulis ya :)
ReplyDeletekisahnya inspiratip sekali mba Fitria :)
ReplyDeletemantap ya
ReplyDelete