Hai, Adik-adik!
Suka jalan-jalan? Dan pengen tulisannya dimuat di majalah? Yuk, coba tulis pengalamanmu jalan-jalan. Panjang tulisannya sekitar 1,5 halaman (spasi 1,5. font 12). Jangan lupa, sertakan juga foto-fotonya ya.
Nah, kalau tulisanmu bagus, pasti redaktur memuatnya di majalah. Seperti tulisan Keisya ini. Tulisan ini pernah dimuat di Majalah Irfan, Juni 2012. Baca, yuk!
Halaman 1 |
Aku naik KRL dari Depok ke Stasiun Kota. Perjalanan kira-kira
satu jam. Di Stasiun Kota aku minta Ayah memotretku. Stasiun Kota sangat ramai
karena banyak kereta yang berhenti di stasiun itu.
Setelah itu, aku berjalan kaki bersama Ayah dan Bunda menuju
Kota Tua. Nggak jauh kok, aku berjalan kaki kira-kira sepuluh menit.
Ternyata di Kota Tua ada beberapa tempat yang bisa
dikunjungi. Misalnya Museum Wayang, Museum Fatahillah, Museum Mandiri, Kantor
Pos, juga ada sebuah kafe di sana. Aku nggak tahu nama kafenya. Kami nggak
mampir ke sana. Tapi semua bangunan itu bentuknya berbeda dengan gedung-gedung
sekarang. Mungkin karena usia bangunan itu sudah sangat tua. Kata Ayah,
gedung-gedung itu memang sengaja tidak diruntuhkan atau diganti dengan yang
baru. Meskipun sudah tua, bangunan itu masih kuat dan bagus lho.
Sampai di sana Ayah bertanya, aku mau ke mana dulu? Aku pilih
ke ke Musium Wayang dulu. Soalnya aku ingin tahu ada wayang apa saja di sana. Sebelumnya
aku hanya tahu wayang kulit karena Opa pernah memberiku beberapa wayang kulit
berukuran kecil. Aku sering memainkannya.
Tiket masuk ke Musem Wayang untuk dewasa Rp 2000,- dan untuk
anak-anak Rp 600,-. Di sana aku melihat koleksi wayang yag sangat banyak. Ternyata
selain wayang kulit ada banyak jenis wayang lainnya. Ada wayang golek, wayang
rumput, wayang klithik, ada juga boneka-boneka dari luar negeri. Oya, aku juga melihat koleksi topeng. Ada
topeng yang berwajah lucu, baik, galak, dan ada yang menyeramkan.
Setelah itu, aku pergi ke Museum Fatahillah. Museum ini juga
disebut Museum Sejarah Jakarta. Tiket
masuknya sama dengan tiket masuk di Museum Wayang. Buka setiap hari kecuali
hari Senin.
Aku melihat kehidupan Jakarta jaman dahulu. Aku membaca
tentang Jakarta dahulu melalui komputer yang disediakan untuk pengunjung. Mudah kok cara menggunakannya, tinggal
disentuh saja layarnya
Aku jadi tahu dapur jaman dahulu. Wah, dahulu kalau mau masak
mesti pakai kayu bakar dulu! Aku juga melihat senjata, pakaian adat Betawi, kasur,
masjid, lemari, lampu dan lain-lain, semuanya dalam bentuk yang kuno. Juga ada
alat musik Betawi, namanya tanjidor. Alat musik itu biasa dimainkan saat
pernikahan adat Betawi.
Di sana juga banyak lukisan dan foto. Ternyata dahulu Jakarta
nggak seperti sekarang. Dahulu Jakarta belum terlalu ramai. Banyak pohon besar
di pinggir jalan. Jalannya masih sepi, nggak macet seperti sekarang. Mungkin
karena penduduknya belum banyak, dan mereka banyak yang naik sepeda atau
berjalan kaki. Enak ya, jadi ke mana-mana bisa cepat.
Kata
Bunda, nama Jakarta dulu Sunda Kelapa, kemudian berganti nama menjadi
Jayakarta, lalu Batavia. Setelah itu barulah menjadi Jakarta. Namanya banyak
banget ya.
Waktu aku ke sana, pengunjungnya banyak sekali. Soalnya waktu
itu hari Minggu. Lapangan depan museum sangat ramai. Banyak oang yang berfoto
di lapangan, menyewa sepeda onthel, dan mengenakan pakaian ala jaman dulu. Oya,
kalau mau menyewa sepeda onthel sekalian dengan topi bulat juga bisa kok. Jadi
kita bisa foto seperti orang-orang jaman dahulu hehehe.
Setelah itu aku pulang ke Depok, naik KRL lagi. Aku senang
sekali jalan-jalan ke Kota Tua. Aku jadi tahu Jakarta dulu dan sekarang jauh
berbeda. [Keisya]
Waduh! Hebat nih si penulis cilik, baru umur 8 tahun udah bisa nulis seperti ini, apalagi sekarang nih ya sudah bertambah umur setahun. Keren lho tulisannya, Keisya. Untaian kata-kata mengalir begitu polos dan menarik. Bunda aja yang orang Jakarta nih blom pernah tuh ke Kota Tua.
ReplyDeleteBunda Yati, makasih apresiasinya. Keisya masih belajar banyak dan harus dimotivasi terus. Hehe ayo Bun kita jalan-jalan ke Kota Tua. :)
ReplyDeleteWahhh bakat dari ibu turun jelas ke Keisya yah. Semangat terus menulisnya yah Keisya. Auntie dukunggggg....
ReplyDeleteMakasih dukungannya, Auntiee... :)
Delete