Rabu sore tanggal 31 Desember 2014, saya berangkat menuju
kantor suami. Khawatir jika lalu lintas Jakarta crowded menjelang pergantian
tahun, setelah makan dan sholat maghrib kami menuju bandara. Flight kami pukul
01.40. Namun kami sudah tiba pukul 21.00.
Tepat pada saat yang dijanjkan, pesawat take off. Diiringi
doa, kami hanya bisa berharap perjalanan lancar dan kami dalam lindungannya.
Beberapa kali pesawat berguncang kecil, masih dalam taraf wajar. Saya sempat
tertidur sesaat lalu terbangun ketika pramugari membagikan kudapan berupa mie
instan. Lapar membuat saya langsung menghabiskannya.
Menjelang pagi, pramugari kembali memberikan makanan. Kali
ini menu lengkap berupa omelet, roti, jus, buah dan yogurt. Saya tak sanggup
menghabiskannya. Perut rasanya sangat kenyang.
Beberapa saat kemudian pemandangan menakjubkan tampak di
luar pesawat. Sunrise! Warnanya kuning sempurna dipadu gumpalan awan.
Subhanallah, cantik. Saya langsung mengambil kamera pocket. Sayangnya, karena
keteledoran saya, baterainya lupa saya pasang. Tak mau kehilangan momen, saya
menggunakan hp berkamera untuk memotretnya. Untung saja sebelum saya matikan,
saya sudah set ke flight mode supaya sinyalnya tidak mengganggu.
Pesawat direncanakan tiba di Abu Dhabi pukul 7.05. Setelah
itu kami pada pukul 9.10 kami akan berangkat ke Frankfurt. Sayangnya, mendekati
Abu Dhabi Airport pesawat berulang-ulang memutar. Saya lihat di bawah hanya
tampak gurun yang berkabut. Ada apa ini?
Rasa penasaran terjawab saat pilot memberikan penjelasan.
Traffic bandara sangat padat. Mereka harus menunggi ijin landing. Berkali-kali
suami mengatakan kecemasannya kalau waktu kami berpindah gate sangat mepet.
Namun di atas pesawat tentu saja yang bisa kami lakukan hanya berdoa.
Setelah melalui menit-menit yang sangat lama, pesawat pun
landing. Selain pada kami, saya dengar beberapa kali pramugari menjelaskan tak
peelu khawatir karena semua pesawat baik yang take off maupun landing terhambat
karena badai pasir. Ternyata badai pasir itulah yang menyebabkan suasana berkabut.
Begitu sampai di terminal, kami langsung berlari ke transfer
desk. Petugas mengijinkan kami langsung ke gate. Kami kembali berlari ke gate
yang dimaksud. Perlu beberapa menit berlari untuk mencapai tempat itu. Begitu
sampai sana, petugas mengatakan kami tak bisa masuk karena pesawat sudah
berangkat.
Setelah complained macam-macam, petugas minta maaf. Dia menjelaskan, bisa saja kami masuk, tapi bagasi kami tak bisa terbawa. Lagipula, pesawat sudah siap berangkat. Dia lalu
menyuruh kami kembali ke transfer desk untuk mendapatkan penggantian flight.
Kembali kami berlari ke transfer desk. Kaki saya serasa mau lepas karena
bolak-balik berlari. Alih-alih merasakannya, saya justru khawatir dengan
penerbangan kami.
Di transfer desk orang-orang berkerumun. Rupanya bukan ganya
kami yang ketinggalan pesawat. Bahkan rombongan umroh yang beraama kami pun
tertunda berangkat. Petugas meminta boarding pass kami dan beberapa orang yang
conecting flight ke Frankfurt. Setelah menunggu lama berharap bisa berangkat
hari itu juga jam berapapun, asa kami kandas. Kami mendapatkan tiket pengganti
untuk penerbangan keesokan harinya jam 9.10. Sebagai compliment, Etihad
memberikan voucher menginap di hotel bandara.
Awalnya kami kecewa karena ada beberapa orang yang terbang
ke Frankfurt mendapat flight pengganti pukul 2 dini hari yang artinya bisa
lebih awal dari kami. Namun melihat chaosnya suasana, kami memilih ikhlas dan
mencoba menikmati. Karena tak punya visa UAE kami tak bisa keluar bandara.
Beberapa teman sempat menyarankan minta visa transit. Namun karena capek (baru
terasa betapa nyut-nyuran kaki saya!) kami memilih tidur dan makan.
Kami menghubungi adik saya supaya dia tak menunggu di
Frankfurt Airport. Itinerary hari kedua kami jelas berantakan. Seharusnya
tanggal 2 kami akan jalan keliling Heidelberg. Saya juga kadung janjian dengan
teman SMP saya yang bermukim di Augsburg supaya kami bisa bertemu di
Heidelberg. Saya bahkan sudah menyiapkan buku untuk hadiah putrinya. Yah
namanya belum rezeki bagaimana lagi.
Akhirnya kami hanya bisa berdoa mudah-mudahan yang terjadi
setelahnya tak melenceng dari rencana kami. Lindungi dan bantu kami, Ya Allah
untuk menjelajah bumi-Mu!
Oya, sedikit heran dengan bandara ini. Waktu berangkat ada sekitar 10 flight dengan tujuan Frankfurt berurutan. Saat pulang, ada sekitar 4 flight dengan tujuan Jakarta berurutan. Hmm, artinya penerbangan dengan tujuan yang sama cenderung dikumpulkan dalam waktu yang berdekatan. *agak bingung juga sih, kenapa begitu ya? Ada yang tahu?
Sedikit tips menikmati delayed, cobalah meminta visa transit untuk keluar dari bandara. Jika
waktunya cukup dan visa diperoleh berjalan-jalan menjadi obat bosan yang mujarab.
wah keren banget bisa jalan2 keluar negeri terus hehe kapan2 ajakin mbak ;D
ReplyDeletewww.novawijaya.com
Saya juga nunggu diajakin lagi hehee
DeleteInsyaAllah bisa dapat kesempatan seperti Mbak Fita. :)
ReplyDeleteAamiin... aamiin :)
Deletehoho udah nikah mbak, jadi pengen cepet nikah...
ReplyDeleteSudah, Mbak :)
DeletePasti menegangkan saat mau landing. Saya malah belum pernah naik pesawat. Kayak apa sih rasanya naik pesawat.
ReplyDeleteIya, take off dan landing sama-sama menegangkan, buat saya :)
Deletepenasaran ma cerita jalan2nya
ReplyDeleteSedang disusun lanjutannya, Mbak :)
DeleteJadi cemas ya mbak kalo keganggu jadwal perjalanannya. Tapi tetep ada bekah, merasakan nginap di hotel bandara Abu dhabi,hihiii
ReplyDeletePaling sebeeeel ya mak kalau udah delayed.aku pernah stranded 3 hari di Barcelona, 3 hari ekstra ngg bisa terbang karena badai salju di swiss, jadi ngg bisa landing pesawatnya..ya sudah nikmati aja heheee..
ReplyDeletePaling sebeeeel ya mak kalau udah delayed.aku pernah stranded 3 hari di Barcelona, 3 hari ekstra ngg bisa terbang karena badai salju di swiss, jadi ngg bisa landing pesawatnya..ya sudah nikmati aja heheee..
ReplyDelete