Tanggal 6 Januari malam, kami tiba di Paris. Malam itu kami
berencana istirahat saja. Di hotel, kami memesan tiket masuk ke Musee de
Louvre. Tiket masuk ke museum itu bermacam-macam jenisnya. Tapi kami memesan yang paling murah. Setelahnya, kami Auchan, supermarket yang ada di samping hotel untuk
mengambil tiket.
Alhamdulillah, hotel yang kami pilih cukup nyaman. Letaknya sedikit di pinggiran kota. Namun tepat bersebelahan dengan supermarket besar. Yang terpenting, kami menemukan sebuah resto yang menyediakan nasi putih dan makanan halal. Cukuplah untuk mengobati rasa kangen pada masakan Indonesia. Sebelum-sebelumnya kami puas menyeling makanan dengan makanan yang kami bawa, seperti pop mie, rendang, dan abon. Setelah makan malam dan mengambil tiket, kami memutuskan beristirahat. Ya, mau gimana lagi udaranya dingin. Lagipula hujan. Memasuki winter, pukul 16.30 hari sudah gelap seperti malam.
Esok paginya, sekitar pukul 09.00 kami sudah berangkat ke
Musee de Louvre. Sengaja, kami berangkat pagi-pagi, seperti petunjuk Mak Indah Nuria. Dia sudah wanti-wanti, museum itu luas sekali, bisa seharian kalau betah. Okelah, saya sih tipe yang betah di museum. Apalagi kalau cuacanya kurang mendukung, kayaknya seharian di luar bukan pilihan yang tepat. Kalau suami saya ngikut saja hehehe. Untung saja kami sudah punya tiketnya, kalau belum bisa-bisa mesti ngantre panjang.
Di depan Louvre, tetap promo :)) |
Sampai di sana kami masuk dan mengelilingi museum. Museum itu sangat ramai. Ada banyak section yang bisa dilihat. Pengunjung harus berhati-hati, karena banyak orang yang kecopetan di sini. Karena itu, saya selalu memerhatikan tas saya, juga ponsel.
Sempat beberapa kali saya dan suami menjepret lukisan Maryam yang di buku 99 Cahaya di Langit
Eropa kabarnya mengenakan jubah bersulamkan syahadat di pinggirnya. Penasaran,
kami memandanginya lama-lama. Mana sih syshadat yang dimaksud? Mungkin karena
tulisannya bukan tulisan Arab seperti yang saya baca (lebih kotak-kotak
hurufnya, kurang tahu itu jenis tulisan apa. Tapi menurut suami semacam kaligrafi). Oya, di museum ini boleh kok memotret.
Beberapa benda koleksi museum |
Kami sempat berkeliling ke section Islam. Ada sebuah video
bagus yang mengisahkan kelahiran nabi Muhammad. Yup, saya menontonnya sampai
selesai karena pengantarnya menggunakan bahasa Inggris. Sekadar info,
kebanyakan info di museum ini pakai bahasa Perancis. Section tersebut sepertinya
masih relatif baru dibandingkan section lainnya. Banyak hal menarik di sini.
Keluar dari Louvre, kami sengaja berjalan menyusuri Sungai
Seine. Beberapa kali mengambil foto lalu berhenti di Ponts de Arts, jembatan
yang terkenal dengan gembok cintanya. Rupanya, sekarang jembatan tersebut sudah
tak diperbolehkan untuk menggantung gembok. Di sepanjang jembatan, gembok-gembok ditutup dengan triplek.
Sepanjang jembatan ditutup triplek, namun di ujung jembatan masih ada yang pasang gembok :)) |
Sepanjang perjalanan kami menyusuri Sungai Seine, sirine
mobil polisi berulang-ulang berbunyi. Suami saya sempat bercanda bilang mungkin
polisi Paris memang suka menyalakan sirine. Saya hanya tertawa mendengarnya.
Pesan untuk keluarga adik saya. |
Nggak naik ke Eiffel cukuplah jalan di bawahnya. |
Setelah berjalan beberapa saat kami memutuskan naik metro ke
Eiffel. Di Eiffel pun, polisi tampak dimana-mana. Setelah Eiffel, kami ke Arc
de Triomphe. Rupanya tempat itu favorit para turis. Rame sekali. Waktu kami sampai di Arc de Triomphe ada serombongan turis yang turun dari bus bertingkat. Bus itu adalah bus wisata yang atapnya terbuka. Kalau dalam kondisi cerah dan cuaca sejuk, akan menyenangkan menaikinya. Tapi berhubung suhunya masih di bawah 5 derajat Celcius, saya urungkan niat. Daripada masuk angin.
Di Arc de Triomphe |
Capek berkeliling, kami pulang ke hotel. Betapa terkejutnya
kami ketika menyalakan TV, rupanya telah terjadi penembakan di kantor Charlie
Hebdo! Pantas saja dari tadi polisi berkeliaran. Pesan bertubi tak lama saya
terima. Dari adik saya di Heidelberg yang meminta saya dan suami lebih berhati-hati.
"Tutup jilbabmu pakai topi. Jaga-jaga kalau muslim di Paris dibenci."
Pesan juga saya terima dari sahabat lama saya yang kebetulan tahu saya sedang
di Paris. Jujur saja, hati saya jadi cemas walau saya bilang ke mereka untuk tenang. Ya, siapa sih yang nggak was-was berada di negara asing dalam keadaan seperti ini?
Kami langsung googling berita. Esok paginya kami menghindari
tempat kejadian. Kami memutuskan pergi ke Galerie Lafayette saja. Galerie Lafayette adalah sebuah mall besar yang megah. Sebenarnya tak ada yang penting kami lakukan di sana. Saya tidak berniat belanja. Tapi kami ingin menghabiskan waktu sebelum kami berangkat ke stasiun untuk menuju Venezia malam harinya. Di mal tersebut, saya sempat membelikan buku cerita berbahasa Inggris untuk keponakan saya. Lalu kami melihat-lihat saja.
Keluar dari mal hujan menyergap kami. Di sepanjang jalan, polisi berseliweran. Kami cepat-cepat menuju metro. Tapi berkali-kali kami turun di stasiun
metro, berkali-kali pula petugas menyuruh kami lewat jalan lain. Seolah-olah
mereka sedang menyisir tempat itu. Keadaan sangat menegangkan. Entah mengapa, saya merasa orang-orang melihat kami dengan pandangan curiga.
Sempat saya menerima link berita dari adik saya tentang
masjid yang diledakkan. Maka begitu sampai hotel dan suami saya mau sholat di
masjid saya bilang mau ikut walaupun saya sedang berhalangan. Kami pun berjalan
ke masjid terdekat. Sayangnya masjid itu ditutup rapat. Akhirnya kami kembali
ke hotel. Karena sudah check out dari sebelum kami jalan maka tak bisa sholat
di kamar. Suami pun terpaksa sholat di lobby. Sebelumnya saat masuk untuk
mengambil barang, kami sempat digeledah. Duh, saya jadi luar biasa cemas.
Inginnya cepat-cepat pergi dari Paris. Padahal, awalnya saya pikir Paris akan menjadi tempat paling menyenagkan untuk dikenang.
Rupanya, suami saya pun berpikiran sama. Suasana yang
mencekam membuat kami memutuskan menunggu kereta ke Santa Lucia di Stasiun Gare
de Lyon saja. Takutnya metro ditutup di sana sini membuat kami sulit bergerak.
Sampai di Gare de Lyon suasana masih mencekam. Tentara ada dimana-mana. Di
kereta pun beberapa kali polisi lewat. Alhamdulillah, Allah masih melindungi.
Pagi harinya kami sampai di Venezia setelah saya menutup rapat kepala saya
dengan topi. Fiuuh....
Wau,,,, Paris kota romantis terkenal di dunia nih....
ReplyDeleteKatanya sih begitu ya, Mas. :)
DeletePas insiden Charlie Hebdo ya mak...kebayang seperti apa mencekamnya. Tapi sebenarnya tidak perlu khawatir, karena muslim di Prancis, termasuk di Paris, pun makin banyak. Alhamdulilaaah perjalanan nya lancar...Louvre memang luar biasa, begitu banyak yang bisa dilihat. Sempet ketemu Monalisa mak :)?
ReplyDeleteKetemu sama Monalisa, Mak :D Lagi sibuk foto sama orang-orang hahaha. Pingin ke sana lagi ih, nggak puas. :)
Deletewaah ternyata diparis ada copet juga ya mak :D
ReplyDeletekebayang gimana rusuh dan mencekamnya disana. syukurlah tidak apa apa.
salam kenal ya mak :)
Ada, Mak. Hehehe. Salam kenal balik, Mak. Makasih sudah berkunjung. :)
DeleteEifeeel... Aku pingin kesana jugaak, bismillah semoga mesampaian. Aamiin
ReplyDeleteAamiin aamiin. Mudah-mudahan, Mak. :)
Deletewaahhh, menegangkan sekali, mau jalan2 malah ketemu kejadian begitu
ReplyDeleteBetul sekali, Mak hehehe. tapi malah jadi cerita yang dikenang selamanya ya ciee
DeleteKekhawatiran yang wajar ya mak.. Semoga Paris dan negara2 lain menjadi lebih damai dan nyaman bagi siapapun ya mak..
ReplyDeleteAamiin. Jelas, Mak, dagdigdug rasanya :)
DeleteMiris ya mbak, akibat ulah orang yang gak bertanggung jawab, muslim baik-baik yang jadi korban, termasuk masjid yang sampai ditutup segala. Semoga tidak ada lagi kejadian seperti itu yang membuat buruk nama Islam.
ReplyDeleteAamiin... aamiin... Mudah-mudahan ya, Mak.
Deleteikut deg-degan mak,,, syukurlah selamat sampe tujuan
ReplyDeleteAlhamdulillah, aku juga napas lega setelah keluar Paris, Mak. Bukannya romantis malah deg-degan hehehe
DeleteKapan saya bisa kesana. Setiap kali membaca cerita perjalanan para blogger yang keluar negeri, jadi pengen pergi kesana juga.
ReplyDeleteSaya doakan bisa ke sana, Mas. Aamiin :)
DeleteSyukurlah Mak Fit sudah kembali pulang dengan selamat ya.
ReplyDeleteAlhamdulillah, Mak Li. :)
Deletealhamdulillah mbak udh kembali ke Indonesia dngn selamat :D
Deleteaku juga penasaran mak waktu nonton film 99 cahaya langit eropa. Apakah bener ada tulisan syahadat sampai tanya ke suami itu film beneran atau fiksi aja sih
ReplyDeleteAku sudah melototin, Mak. Tapi nggak kebaca syahadar. Bentuk hurufnya kota-kotak soalnya :D
DeleteKebayang pas insiden itu...pasti cemasnya kayak apa...bersyukur ga da yg curiga pake topi didalemnya hijab ya mak :)
ReplyDeleteAlhamdulillah, aman, Mak :)
DeleteJadi Fit, akhirnya mendatangi berapa negara dalam 12 hari itu?
ReplyDeleteKebayang ngebutnya Fita jalan2 sama suami. Tapi happy banget kan :)
Lima, Ma. Jerman, Belanda, Itali, Belgia, Austria. Seneng banget :) Kapan-kapan moga kesampaian kesana lagi. Aamiin :)
DeleteKemarin sempat, beberapa teman share foto lukisan bunda Maria itu, Mak. Tapi nggak bisa langsung percaya, sebelum ke Paris langsung :D
ReplyDeleteAda di dalam buku 99 Cahaya di Langit Eropa, kan Mak. Mari buktikan ehehe :)
DeleteBe in the right place at the wrong time. Hopefully next time you can go back to Paris.
ReplyDeleteSalam kenal ya. :)
Mak Erita, slaam kenal balik. Btw, saya tinggal di Depok. Saya baca, Mak Erita dulu tinggal di Depok ya?
DeleteHyaaa..ngga ikut pasang gembok cinta dong, Mbak. Hihihi
ReplyDeleteNggak ikuta, Idaaah. Sudah ditutup tripleks bo! :D
DeleteWah asyik juga ya mbak, btw allhamdulillah aja sampai kembali pulang dengan selamat.
ReplyDelete