Pagi-pagi buta (iya, menjelang
jam 8 pagi rasanya masih kayak subuh. Gelap banget), tanggal 5 Januari 2015
saya dan suami berangkat ke Brussel, Belgia. Dede dan Wim mengantar kami ke
halte ID Bus. Kebetulan Wim akan berangkat kerja Senin pagi itu, jadi sekalian
gitu deh berangkatnya. Sementara Dede, libur di hari Senin. That’s why,
Wim said, “I hate Monday.” And Dede said, “I love Monday.” Haha.
Awalnya kami bingung mencari
halte ID Bus ini. Soalnya dalam bayangan kami, pastinya ada semacam tempat
penjualan tiket di dekatnya. Atau paling tidak, ada kerumunan orang yang
menunggu bus datang. Setelah bertanya pada seseorang, kami pun menuju ke luar gedung
pertokoan. Sampai di luar, kok sepi? Cuma ada sebuah tiang dengan papan yang
keciiil bertuliskan ID Bus. Jelas saja, kami was-was, apakah kami ketinggalan
bus?
Nggak lama berselang, ada
serombongan orang membawa backpack yang lewat. Mereka berjalan menuju jalan
raya di dekat pertokoan yang kami lewati tadi. Oalah, ternyata di jalan raya
itu sebuah bus bertuliskan ID Bus sudah menunggu. Kami langsung berjalan cepat
mengikuti mereka. Bukan apa-apa sih, selain takut ketinggalan, kami juga
kedinginan. Anginnya benar-benar kencang. Bikin gigi saya gemeletuk menahan
dingin.
Kami antre bersama
orang-orang-orang itu. Supir busnya mengecek tiket dan paspor kami, lalu
memberikan label pada tas yang akan dimasukkan ke dalam bagasi. Eh, hebatnya si
supir ini, dia melakukan semuanya sendiri. Nggak ada yang bantuin alias single
fighter. Kalau di Indonesia kan ada kondektur ya.
Setelah beres, kami pun masuk ke
dalam bus. Enaknya di ID Bus ini, ada sebuah monitor yang menunjukkan rute
perjalanan kami dan waktu yang sudah ditempuh. Jadi kami tahu tinggal berapa
lama lagi sampainya. Satu lagi nilai plusnya, wifi di bus ini kenceng bener.
Bagaimana dengan toilet? Toiletnya kecil (namanya juga di bus), tapi bersih,
wangi, dan yang penting airnya lancar. Secara umum, bagi kami ID Bus recommended.
Saya lupa berapa lama
perjalanannya, kalau nggak salah sih sekitar 4 jam kami sampai di Brussel.
Tepatnya di Gare Brussel Midi. Dari tempat perhentian bus ke hotel, kami naik metro
ke hotel. Keluar dari metro sempat celingukan nggak tahu arah. Soalnya sama
sekali nggak menemukan petunjuk jalan. Akhirnya setelah bengong sebentar, kami
jalan menuju hotel Windsor tempat kami menginap.
Pemandangan dari kamar hotel. Kelihatan cerah ya? Padahal masih dingin banget. |
Hotel Windsor itu cocok buat backpacker (atau beckpacker jadi-jadian seperti kami hehehe). Dari
luar sih kelihatan oke dan bangunannya cukup terawat. Begitu sampai dalam kami
ternganga melihat liftnya. Masalahnya pintu liftnya seperti pintu lemari.
Hati-hati saja kalau masuk ke dalam lift itu jangan sampai bersandar ke pintu
itu karena bisa kejepit. Lift aslinya bentuknya bukan kotak sempurna melainkan
bentuk U. Pintu (yang mirip pintu lemari itu) hanya ada di setiap lantai. Ketika
sampai di lantai yang dituju, jangan berharap pintunya membuka sendiri ya.
Dorong pintu itu baru bisa keluar hehehe.
Sampai di kamar, kami masukkan
barang-barang dan leyeh-leyeh sebentar. Kamarnya not bad. Cukup bersih walau
terkesan kuno. Alhamdulillah, kamar mandinya juga bersih. Pemandangan dari
kamar kami juga bagus.
Setelah istirahat sebentar,
timbullah rasa lapar. Kami memutuskan untuk memulai petualangan hari itu.
Tujuan utama kami… makan! Begitu keluar, saya perhatikan di kanan kiri banyak
resto yang bertuliskan halal. Perempuan berhijab pun banyak bersliweran lho di
sini. Saya jadi merasa sedikit tenang melihatnya.
Nggak jauh dari hotel, kami
menemukan resto yang cocok dengan keinginan kami. Kami makan salad, kentang
goreng, dan burger ikan. Usai makan, kami langsung berkeliling. Menurut yang saya
baca, di Brussel ini kami hanya butuh waktu beberapa jam untuk berkeliling.
Pasalnya, Brussel kota yang kecil. Seharusnya sih, nggak perlu nginap juga
bisa. Namun, suami saya memutuskan menginap karena jadwal bus ke Paris keesokan
harinya jauh lebih murah dibandingkan hari itu juga. Padahal sama aja kan ya
kalau mesti ngeluarin duit buat hotel, haduh. Ya sudahlah, daripada berdebat,
saya setuju saja.
Kami langsung mencari Manneken
Pis yang terkenal itu. Manneken Pis adalah patung anak lelaki yang sedang
pipis. Oke, saya salah duga. Saya pikir Manneken Pis ini besaaar. Ternyata
patungnya kecil dan nyelip di pojokan, yang mana kalau nggak ada kerumunan
orang di sana mungkin akan terlewat. Baiklah, saya tetap foto-foto di depan Manneken
Pis ini untuk dokumentasi. Kabarnya, ada pasangan si Manneken Pis, namanya
Jeaneke Pis. Kami nggak berhasil menemukan pasangan Manneken Pis karena
kabarnya tempatnya agak tersembunyi.
Manneken Pis yang itu tuh. |
Di sekitar patung Manneken Pis
deretan toko souvenir berderet. Tapi kami memutuskan untuk tetap berjalan
sampai menemukan souvenir yang murah (tetep ngirit…). Ada penjual waffle yang
membuat saya hampir tergoda. Tapi berhubung masih kenyang, saya nggak beli.
Alun-alun kota Brussel |
Dari Manneken Pis kami berjalan
menuju Grand Place. Alun-alun ini adalah salah satu tempat yang wajib
dikunjungi. Waktu kami tiba di sana, rupanya ada beberapa rombongan dari
Indonesia. Dari mana kami tahu? Dari tongsis yang mereka bawa hehehe. Kami pun
nggak mau kalah dong, ikut ngeluarin tongsis hihi. Grand Place ini bersih banget. Saya melihat beberapa kereta kuda melintas. kereta kuda ini bisa disewa pengunjung.
Oya, di Brussel saya juga sempat
memotret beberapa mural di dinding bangunan. Keren dan kreatif, deh. Ada Tintin,
Smurf, dan banyak tokoh-tokoh komik terkenal lainnya.
Dari Grand Palace, kami
melanjutkan perjalanan ke Brussel Town Hall, lalu foto-foto di depannya.
Pemandangannya bagus banget. Langitnya juga biru. Yang jelas, di Brussel, kami
banyak di luar ruangan. Yang jelas, hati-hati saja, dari sebelum berangkat
banyak yang kasih warning untuk baik-baik menjaga tas dan dompet. Memang sih,
di sini saya lihat banyak pengemis dan homeless.
Alhamdulillah, kami baik-baik saja.
Empat jam puter-puter, selesai
akhirnya. Kami nggak pergi ke luar Brussel mengingat udara yang dingin banget. Catatan
buat kami, lain kali kalau ke Eropa hindari musim dingin. Walaupun tetap seru,
dinginnya nggak tahan. Saran saya, kalau memang tetap mau jalan, sebaiknya
nggak di luar terus. Kata salah satu teman saya yang lama tinggal di Eropa sih,
“Di manapun kamu, just keep warm.” [Fita Chakra]
Masih di bawah 5 derajat saja. |
waaaa dinginnya pake banget ya Mak, semalam 25 derajat sajah ddakuh ngeringkel. Itu pintu lift?
ReplyDeleteHihi... Ketemu suhu 15 derajatan di Wina sudah beryukur banget, Mak. Yang lain-lainnya di bawah 5 derajat teruuus. Pintu liftnya kayak pintu biasa gitu. Kalau liftnya kotakan tanpa pintu. Jadi pas kita di dalem bisa lihat ngelewatin berapa pintu hehehe
DeleteIya mannekin pis nya kecil banget hahaha... ikutan nyari pas lihat foto krn via andro bacanya. Fun banget ya Fit, jalan2 plus honeymoon nih ;)
ReplyDeleteHahaha mengecewakan ya? Aku pikir gede gitu, taunya keciiil hihi... Alhamdulillah senang, Mbak. :)
DeleteEnaknya jalan-jalan ke Eropa itu pas musim semi, Fit. Gak terlalu dingin dan mata pun puas memandang tetumbuhan yang warnanya cantik. Tapi, kalau mau dingin bersalju sekalian. Hehe. :)
ReplyDeleteSayangnya, nggak ketemu salju, Mbak :(
DeleteSayangnya, nggak ketemu salju, Mbak :(
Deletetiap k negara 4 musim, justru aku slalu nyari winter mba :D... Ga tahan panas soalnya ;p .. sayangnya pas ke Eropa dulu suhunya msh kisaran 10 derajat aja, kec Berlin yg msuk 4 derajat.. justru makin smangat kalo suhunya dingin gitu...secara ya tiap hr udh ketemu panas bgt di JKT ;p
ReplyDeletePatung manekin piss nya dipegang kan?? mitosnya kalo nyentuh bakal balik lagi :D..
Hehehe... aku orang tropis banget soalnya. AC aja aku pasangnya 20an paling. Jarang sampai pol bawah. Wah, emang bisa disentuh, ya? Jauh gitu kan ya dari pagernya. :)))
DeleteFoto2nya keren Mak... pengen ikutan ke Brussel nih :)
ReplyDeleteMakasih, Mak :) Sekali sepertinya kurang, Mak. Masih banyak yang belum dieksplor.
DeleteMakasih mak. :)
Deletetongsis udah tenar sampe ke brussel ya hehehe. harusnya kemarin bawa stok tongsis baru mbak dijualin :-D
ReplyDeleteIya, kulakan dulu hahaha
Deletefoto pertama, seneng captionnya. :) kelihatan cerah padahal dingin banget. never trust the sunshine in the winter deh hihi..
ReplyDeleteBener banget. Padahal nggak mendung ya hihi
DeleteAku rinduuuu Brussels mak...magang di sini 3 bulan dan kerjanya keluyuraaaan. .sempet berpaella ria di grand place mak? Masuk musiumnya ngg? Baju mannekin pis yang imut itu ada yang baju Lampung lhooi...sumbangan dari Pemerintah Indonesia :)
ReplyDeleteWaktu itu nggak pake baju si Manneken Pis-nya, Mak. :) Padahal winter ya, dingin hihi
Delete