Sunday, January 18, 2015

Amsterdam, We're Coming #TravellingtoEurope (Part 5)

Transit di Abu Dhabi senalam membuat kami terpaksa menghapus rencana jalan-jalan ke Frankfurt dari itinerary. Cuma sempat menginap semalam di Heidelberg (setelah mengingtip Frankfurt saat gelap di malam hari dan pagi harinya). Tanggal 3 pagi kami berangkat ke Amsterdam karena sudah berjanji menemui sepupu saya di sana. Lagipula kami sudah terlanjur membeli tiket kereta ICE. Sayang kalau dibatalkan.

Kereta berangkat pukul 9 pagi. Tiba di Amsterdam sekitar pukul 14. Di Amsterdam, Wim (suami Dede, sepupu saya) akan menjemput kami. Kebetulan, Dede masih bekerja jadi dia tidak ikut menjemput. Dari stasiun kereta di Amsterdam kami diajak menyeberangi sungai menggunakan kapal. Transportasi air di Amsterdam yang menghubungkan Amsterdam Centraal ke Amsterdam Noord ini gratis. Mau bolak-balik seratus kali dalam sehari silakan.


Rata-rata suhu di Amsterdam waktu itu. Pakai aplikasi InstaWeather

Wim mengatakan bahwa dia memarkir mobilnya di sisi sungai Amsterdam Noord. Di wilayah itulah apartemen mereka berada, berdekatan dengan Hotel Bastion, penginapan kami. Sebenarnya bisa saja parkir di Centraal tapi parkirnya mahal, kata Wim.

Begitu kami berada di luar, langsung disambut angin dingin. Brr... angin di Amsterdam memang lumayan kencang. Ditambah lagi hujan bisa turun tiba-tiba walau tak lama. Mungkin karena itulah orang-orang Amsterdam santai saja berjalan tanpa payung saat gerimis. Mereka sudah terbiasa dengan kondisi hujan tiba-tiba.

Wim mengantar kami ke hotel. Lalu meminta kami datang sore harinya ke apartemen mereka supaya kami bisa ngobrol dulu sebelum jalan-jalan. Setelah kami beres-beres, kami pun berjalan menuju apartemen Wim dan Dede. Jalanan tergolong sepi. Beberapa sepeda melintas saat kami berjalan.

Sampai di apartemen, Wim dan Dede menceritakan rencana. Rupanya mereka sudah membuat itinerary detail untuk kami. Hari itu, kami diajak naik sepeda keliling Amsterdam. Kami menggunakan dua sepeda untuk berboncengan. Hahaha seru juga naik sepeda. Enaknya di Amsterdam ada jalur khusus untuk pengendara sepeda dan pejalan kaki.

Kami kembali ke daerah sekitar Amsterdam Centraal. Tujuan utama kami adalah Damrak (Dam Square), yaitu pusat keramaian Amsterdam. Berhubung Sabtu malam, nggak heran kalau tempat ini sangat ramai. Kami sempat berfoto sebentar di tempat tersebut. Oya, di sekitar tempat tersebut banyak kios souvenir. Kami membeli souvenir berdasarkan rekomendasi dari Dede. Lumayanlah murah-murah souvenirnya. Yang lucunya, ada satu toko yang menjual klompen berbagai ukuran. Mulai dari yang paling kecil sampai besar. Tahu klompen kan? Itu lho, sepatu khas Belanda. Klompen besar di depan toko itu pun menjadi obyek foto para pengunjung.

Salah satu hasil foto yang saya suka
Apa saja yang bisa kita lihat di Damrak? Selain kios-kios souvenir, ada Royal Palace (Koninklijk Palaeis), Madame Tusaud, Nieuwe Kerk (gereja), National Monument dan beberapa pusat perbelanjaan mewah. Walaupun gerimis, tempat itu tetap ramai sampai malam. Dari Damrak, kami menuju ke Nieuwmarkt Square. Di sana terdapat De Waag atau The Weight House, bangunan kecil mirip kastil yang tersisa dari abad pertengahan.

Tetep promo buku sekalian kasih dukungan buat Mak Noe :p 
Setelah puas di Damrak, Wim dan Dede mengajak kami makan. Kami menuju tempat makan di daerah Leidsplein. Ternyata banyak lho restoran Indonesia di sana. Salah satu yang bikin kami ketawa ternyata ada resto yang namanya “Bojo”. Wim dan Dede mentraktir kami makan di restoran Puri Mas. Menunya pecel, nasi goreng, dan ikan. Rupanya mereka memesan juga menu paket yang banyaaak…! Parahnya, Wim bilang tidak boleh pergi sebelum makanannya habis. Ampun deh. Jadilah kami makan sampai kekenyangan hahaha.

Setelah makan malam, kami berkeliling sebentar untuk melihat lokasi Anne Frank Huis. Dede sudah membelikan tiket untuk kami berdua besok. Alhamdulillah, kalau tidak, kami harus mengantre panjang untuk masuk ke dalamnya. Jujur saja, sebenarnya saya cuma pingin tahu kenapa orang-orang rela ngantre panjang demi masuk ke sini hehehe. Alasan yang kedua, tempat ini menjadi salah satu tempat yang dikunjungi tokoh dalam film The Fault in Our Stars yang saya tonton.

Setelah putar-putar sejenak, kami pulang ke hotel. Keesokan harinya, setelah sarapan, kami berangkat ke Anne Frank Huis. Khusus untuk pengunjung yang sudah memesan tiket online, dipersilakan lewat pintu samping. Ternyata oh ternyata, sepagi itu, sudah panjang juga lho antreannya. Kami sempat berseloroh, jangan-jangan mereka antre dari malam hari.

Dengan pedenya kami masuk saat pintu dibuka. Ternyata, tiket kami pukul 19.45. Jadi ya, bagi yang sudah pesan tiket online, perhatiin dulu jam yang kita dapatkan karena sudah tertera di tiketnya. Baiklah, daripada ngganggur, kami putar-putar Damrak lagi sambil masuk ke gerai H&M. Lumayanlah dapat jaket yang terjangkau harganya. Setelah dari H&M, kami makan burger ikan di MC Donalds. Ya, untuk makanan, paling aman bagi muslim makan ikan, salad atau roti.

Dari Damrak, kami ke apartment Wim dan Dede lagi. Kali ini, mereka menyajikan pecel. Enak pecelnya, pakai daun boeronkoel (semacam sawi). Setelah makan, Wim akan mengajak kami ke Wognum, sekitar 40 menit perjalanan mengendarai mobil dari Amsterdam untuk mengunjungi ibu. Mereka akan mengadakan pesta kecil-kecilan untuk merayakan ulang tahun Dede, Petra dan Cindy. Petra dan Cindy adalah para istri dari saudara-saudara laki-laki Wim. Kebetulan mereka berulang tahun di bulan Januari. Petra dan Cindy masing-masing memiliki seorang anak perempuan yang lucu.

Kami menikmati pesta kecil di keluarga tersebut. Rupanya, semua saudara Wim laki-laki. Tiga diantaranya sudah menikah. Tinggal yang ketiga yang belum menikah. They’re a nice family. Saya setuju dengan pendapat suami saya yang mengatakan Wim dan ketiga saudara laki-lakinya tipe family man yang sayang keluarga. Oya, yang saya suka dari rumah mereka adalah gantungan kartu ucapan di sana-sini. Mereka ternyata suka mengirimkan kartu satu sama lain. Cute.

Setelah puas di Wognum, kami melanjutkan perjalanan ke Marken. Tadinya, saya pikir Marken adalah tempat semacam pasar hehehe. Rupanya saya salah. Marken adalah sebuah perkampungan di pinggiran laut yang bentuk rumahnya sangat khas. Macam rumah liliput! Saya suka banget tempat ini. Sayangnya, anginnya kencang. Saya yang dengan pedenya keluar mobil tanpa bawa membawa topi, sarung tangan, dan syal langsung menutup kepala dengan jaket. Anginnya benar-benar nggak bersahabat.

Dari Marken menuju Amsterdam tidak terlalu jauh. Kami mampir ke apartemen Dede dan Wim lagi untuk makan malam. Kali ini makan bakso buatan Dede. Asli buatan dia sendiri. Baksonya saja dibuat sepenuh hati penuh kesabaran hehehe. Setelah sholat dan ngobrol sebentar, kami pamit untuk pergi ke Anne Frank Huis.




Marken, perkampungan rumah-rumah mungil yang lucu.

Anne Frank Huis saat malam masih juga banyak yang ngantre. Bikin saya makin penasaran dengan tempat ini. Buat yang belum tahu siapa si Anne Frank ini, saya ceritakan sedikit ya. Anne Frank adalah seorang gadis remaja Jerman-Yahudi. Anne Frank dan keluarganya bersembunyi di rumah itu untuk menghindari kekejian Hitler. Bangunan kantor ayahnya itu disulap sedemikian rupa menjadi tempat tinggal. Jadi di dalam kantor tersebut “tersembunyi” rumah. Pintu masuk ke dalam rumah mereka disembunyikan di belakang rak buku. Selama mereka bersembunyi, Anne Frank tidak boleh keluar rumah. Bahkan jendela di belakang rumahnya ditutup sedemikian rupa. Kisah ini ditulis olehnya di Diary of Anne Frank yang telah dialihbahasa dan bestseller.

Dari Anne Frank Huis, kami pulang ke hotel, packing untuk perjalanan selanjutnya ke Brussel esok harinya.




10 comments :

  1. Seru ya mak jalan-jalannya... Rumah-rumah di perkampungan Marken lucu :)

    ReplyDelete
  2. Cantik bangeeet rumah mungilnya, trus halaman belakang hotel itu asri yaa...

    ReplyDelete
  3. duuuhh jadi pengin ikutan denganmu Fit :) asyik bin seruuuu perjalanannya

    ReplyDelete
  4. Replies
    1. Stt, kalau jalan sama emak-emak pasti lebih seru ya :)

      Delete
  5. Seru ceritanya, Mak. Semoga 3K bisa segera ke sana ya. Aamiin

    ReplyDelete
  6. Kalau baca buku diary Anne Frank sedih deh mak..berapa mencekam hidupnya. Dam rak memang seruuuuu..sempet nyusuri kanalnya mak? Geser dikit dari dam rak ada red light district tuh mak...kacaauuu deh...

    ReplyDelete