Friday, February 19, 2016

[Tips Menulis] Menulis Outline, Perlukah?

Awalnya, saya membebaskan murid-murid di kelas Ekskul Menulis untuk menulis apa saja. Mereka langsung mengetikkan ide mereka melalui komputer. Saya juga tidak memberi target jumlah halaman yang harus mereka tulis. Hanya tema saya biasanya yang saya tentukan.


Nah, lama kelamaan, saya lihat hasilnya kurang optimal. Sebagian kurang sistematis, sebagian berputar-putar, sebagian lagi ceritanya menjadi sangat singkat (padahal masih banyak hal yang bisa diceritakan). Udah gitu, mereka sering bingung mau menulis apa saat saya minta meneruskan. Padahal saya yakin, mereka bisa menulis lebih baik. Hanya saja, saya belum menemukan cara yang pas untuk membimbing mereka. 



Beberapa waktu lalu, saya coba meminta anak-anak menuliskan outline. Apa itu outline? Outline adalah sebuah rancangan tulisan yang berisi garis besar ide. Tujuan menulis outline, sebagai panduan kita dalam menulis supaya tulisan kita lebih terarah, terstruktur, dan tidak keluar dari tema besar. Outline membantu kita menata kerangka berpikir. Oya, outline juga membantu kita untuk konsisten. Perlukah anak-anak menulis outline? Kalau menurut saya sih perlu walaupun nggak wajib ya. Tergantung kita sendiri sih. 


Semacam ini kolomnya. 

Saya sendiri biasanya menulis outline untuk naskah buku. Sedangkan saat menulis cerpen, saya pegang ide dasarnya. Untuk anak-anak didik saya, saya menggunakan kertas berisi tiga kolom utama, seperti di bawah (yang saya ambil dari sebuah web, alamat webnya ada pada akhir kertas tersebut). Bagaimana selanjutnya? Yuk, simak ya.

Langkah Pertama
Tulis pembuka cerita pada kolom Beginning. Yang perlu ditulis di sini adalah awal masalah terjadi. Jangan lupa memberi nama tokoh dan sedikit gambaran setting.

Contoh:
Sekar dan Ayu bersaing dalam segala hal di sekolah. Mereka seperti anjing dan kucing.

Langkah Kedua
Tulis masalah dalam kolom Middle. Yang perlu ditulis di sini, alasan masalah tersebut terjadi.

Contoh:
Masalah muncul ketika Sekar dan Ayu bersama dalam satu kelompok saat berkemah. Mereka tidak mau bekerjasama. Bahkan Sekar meninggalkan Ayu saat mandi hingga Ayu tersesat.

Langkah Ketiga
Tulis penyelesaian masalah atau solusinya dalam kolom End. Ending yang menarik dan tidak biasa, itu yang dinanti pembaca. 

Contoh:
Sekar menyesal, lalu kembali menjemput Ayu. Sayangnya, Ayu tidak ada. Rupanya, Ayu meninggalkan jejak. Sekar pun mencarinya sampai ketemu. Ketika bertemu, Sekar minta maaf.

Langkah Keempat
Baca ulang outline yang kita buat. Jika dirasa masih belum menggambarkan cerita dengan baik, cobalah untuk merevisinya terlebih dahulu.

Selain tiga kolom utama, ada beberapa kolom di sampingnya. Kolom kecil-kecil tersebut untuk menuliskan detail ceritanya. Tidak perlu panjang-panjang, yang penting bisa membantu kita mengingatkan jalan ceritanya.

Nulisnya lebih enak di lantai katanya. :D

Bagaimana hasilnya? Setelah saya terapkan pada anak-anak, ternyata bagus juga hasilnya. Sebagian besar tulisannya menjadi lebih baik dan terarah. Selanjutnya, biarkan saja mereka berkreasi. [Fita Chakra]






12 comments :

  1. Saya masih sering nulis cerpen pakai outline. Tapi ga detail seperti yang mbak Fita jelaskan ini. Coret2 biasa aja. Hehehe... Kalau untuk anak2 memang bagusnya pakai outline ya, Mbak. Lebih terstruktur jadinya. Terima kasih tipsnya ya, Mbak :D

    ReplyDelete
  2. kalau buat nulis blog kayaknya bisa juga, ya? :)

    ReplyDelete
  3. Biarpu aku bukan anak2 lagi tetapi tips ini juga bermanfaat bagiku.. Ohya, keponakanku Kiky kayaknya minat juga dengan dunia tulis menulis.. Ntar info ini aku tularkan padanya agar mahir menulis dan bikin cerita yang bagus..

    ReplyDelete
  4. hehe, aku jarang pakai outline, kecuali buat lomba. :D kadang risetnya lebih lama dibanding nulis klo misalnya pakai outline, mba Fita. huhu. tp sepadan sih sama hasilnya.

    ReplyDelete
  5. Saya juga minta peserta kursua novel utk membuat outline dulu mak.

    ReplyDelete
  6. Memang suka kesusahan sih kalau ngga ada outline. Aku pun juga gitu, bahkan buat nulis di blog. Setidaknya, poin-poinnya, biar ngga lari kemana-mana :)

    ReplyDelete
  7. MBak kalau baca teorinya mudah ya, aku pernah bikin outline sampai bolak balik hapus..hihii *kalah sama anak didikmu yak

    ReplyDelete
  8. perlu bangeeet mba..tapi aku suka lupa menerapkannya hehehe

    ReplyDelete
  9. Waktu bikin naskah untuk komik Mak Irits akupun pake outline mbaa. EMang lebih memudahkan sih untuk mengembangkan ide.

    ReplyDelete
  10. Penting banget outline ya, biar terarah, nggak melenceng yang mau diceritakan nanti.

    ReplyDelete