Monday, February 15, 2016

Belajar Menghargai Pilihan Anak

Sebagai seorang ibu dari tiga putri, saya sering dihadapkan pada pilihan sulit saat memilih baju untuk anak-anak. Tahu sendiri kan, baju anak perempuan jenisnya banyak, dan lucu-lucu pula. Karena itu, ketika membeli baju, saya sering kesulitan memilih. Mau yang merah atau yang pink? Mau gaun atau setelan celana panjang dan kaus? Mau yang berenda atau tidak? Pinginnya dibeli semua, tapi kan nggak mungkin. Budget untuk membeli baju terbatas kan, ya.

Seringkali, kesulitan ini semakin ribet karena anak-anak ikut memilih baju. Dulu sih, waktu mereka masih balita, saya masih sering memilihkan baju untuk mereka. Dari membeli hingga menyiapkan baju yang akan dipakai hari itu. Lama kelamaan, mereka sudah punya pilihan sendiri. Jadi, saat saya membeli atau menyiapkan baju, biasanya saya tanya, "Mau yang mana?"

Repotnya, baju yang mereka pilih kadang-kadang nggak match di mata saya. Misalnya, diminta pilih baju pesta, eh mereka milih jeans. Atau pernah juga (yang sering terjadi), paduannya nggak pas menurut saya. Contohnya, baju garis-garis dipadu rok kembang-kembang, atau celana warna merah dipadu kaus ungu. Duh! Gimana nggak bertanduk lihatnya. 

Membaca postingan Mbak Astin yang berjudul Memilih Warna Pakaian untuk Faiz, mau nggak mau membuat saya teringat tentang repotnya memilih baju untuk ketiga putri saya. 


Postingan Mbak Astin.

Bukan hanya karena banyaknya pilihan, tetapi juga karena mereka suka protes dengan pilihan saya. Daripada tarik urat, menghadapi hal ini, saya akhirnya membiarkan saja pilihan mereka. Walaupun dalam hati saya sering tidak puas, tetapi saya belajar menghargai pilihan mereka. 

Nah, untuk para ibu yang punya problem yang sama dengan saya, berikut saya share sedikit tips berdasarkan pengalaman pribadi saya:

  • Saat diberikan keleuasaan memilih, anak-anak kadang malah jadi bingung. Akhirnya mereka bertanya pada saya, baju mana yang cocok. Biasanya, saya tak langsung menjawab, melainkan memberikan pilihan. Cara ini lumayan efektif untuk mempersempit pilihan mereka, sekaligus mengarahkan (diam-diam hehehe). 
  • Tidak membiasakan anak-anak mengenakan baju seragam dengan saudaranya. Dulu, waktu si kembar masih bayi, kadang-kadang, saya tergoda untuk membeli baju yang sama persis untuk mereka berdua hanya karena mereka berdua tampak lucu saat mengenakannnya. Tetapi, ini hanya saya lakukan sesekali karena saya tidak ingin putri sulung saya merasa tersisih saat adik-adiknya mendapat perlakuan istimewa. Akhirnya, si kembar jarang sekali punya baju yang benar-benar sama. Biasanya, kalaupun modelnya sama, saya pilihkan warna berbeda.
  • Berusaha menghargai pilihan anak-anak. Walaupun kembar, Kiera dan Kiara punya pilihan warna yang berbeda. Kiera lebih suka warna-warna khas anak perempuan seperti pink, ungu, dan merah. Sedangkan Kiara, lebih suka warna biru, hijau dan abu-abu. Di usia mereka sekarang (menjelang 8 tahun), mereka sudah tak mau tampil dengan baju yang sama karena kalau mereka memakai baju sama, mereka jadi pusat perhatian. Sudah mukanya mirip, bajunya kembaran pula. Jadinya mereka kesel sendiri kalau dilihatin.
  • Memberitahukan konsekuensi pilihan pada anak-anak. Sebelum mereka memilih baju, saat mereka bertanya, saya berikan konsekuensinya pada mereka. Misalnya, saat kami akan pergi berlibur ke daerah yang dingin, saya katakan bahwa di sana suhunya sekian, kalau tidak memakai baju yang tebal nanti bisa kedinginan. Atau, saat mereka memilih baju pesta untuk acara jalan-jalan, saya katakan kalau nanti kami akan main-main, sehingga mereka ada kemungkinan baju mereka kotor. Dengan memberikan penjelasan terlebih dahulu, anak-anak akan belajar menentukan pilihan dan menerima konsekuensi apabila mereka ngotot memakai baju yang kurang sesuai dengan situasi.
Saya berharap anak-anak bisa belajar banyak dari hal yang sederhana ini. Begitupun saya. Sulit rasanya menahan diri untuk tidak berkomentar saat anak-anak memilih baju. Tetapi, saya ingat-ingat bahwa ini untuk kebaikan mereka juga. Kalau tidak dari sekarang, kapan lagi mereka belajar memilih? Saya tentu tak bisa mendampingi mereka selamanya. Belajar menentukan baju pilihan mereka adalah hal sederhana yang ingin saya ajarkan pada anak-anak saya. Bagiamana menurut teman-teman? [Fita Chakra]

7 comments :

  1. Wekekek... Anak2ku malah pada seneng seragaman mba, tapi kalaupun pas mau seragaman ternyata yg satu nyelip gk ketemu, mereka gk masalah jg sih pake baju beda. Ngga masalah kan mbaa klo gitu. Mohon pencerahaaan. Soalnya skrg aku & okrahar suka kembaran juga sm baby ranu, nah mamas dan kakak gk merasa tersisih sih :D

    ReplyDelete
  2. Si kembar kalo pake baju seragam baik model dan warnanya, ntar orang2 malah bingung ya hehe :)

    ReplyDelete
  3. makasih udah mengingatkan mba, anak2 juga punya hak ya ...:(

    ReplyDelete
  4. Iya susah nih. Kadang aku yang masih "kok pakai itu?" Bikin anak nggak pede milih ya?

    ReplyDelete
  5. Hal sederhana namun kadang luput ya, orang tua kadang tidak mengajarkan. Terima Kasih sekali, tipsya, bakalan rempongkah saya, ketika nanti Fira sudah dapat memilih pakaiannya sendiri?

    ReplyDelete
  6. Lucu ya kalo si kembar gak mau seragam, malah bagus jadi mudah membedakannya, hehehe

    ReplyDelete