Monday, December 16, 2013

[Cerita Anak] Duet Balet


Duet Balet, dimuat di Bobo 7 Maret 2013
“Stt… Bulan, anter dong. Aku kebelet pipis,” bisik Rania pada Bulan.
Tanpa bertanya-tanya, Bulan mengangguk. Mereka berdua lalu beriringan pergi ke kamar mandi. Sampai di kamar mandi perempuan, Bulan menunggu Rania di depan pintu kamar mandi. Rania masuk tanpa menguncinya.
“Jagain ya. Jangan ke mana-mana,” kata Rania membiarkan pintu kamar mandi terbuka sedikit.
“Sip,” sahut Bulan pendek. Keringat dingin mulai membasahi tangannya. Napasnya sesak. Kepalanya pusing dan jantungnya berdebar-debar. Meski sudah sering masuk ke dalam kamar mandi itu, selalu saja ketakutan menyergapnya. Tapi melihat Bulan ada di dekatnya, dia tak terlalu khawatir.
Bulan sudah terbiasa dengan kebiasaan Rania. Sementara Rania pipis, mata Bulan sigap mengawasi orang yang lalu lalang di depan kamar mandi perempuan. Di tempat les balet mereka ada empat kamar mandi. Saat itu hanya kamar mandi yang digunakan Rania yang terisi. Kamar mandi itu yang paling dekat pintu keluar. Namun tak lama kemudian seorang anak masuk, hampir saja dia menuju kamar mandi yang digunakan Rania.
“Sudah belum?” tanya Bulan dengan suara keras.
“Sebentar,” jawab Rania dari dalam kamar mandi.
Anak perempuan yang hampir masuk ke dalam kamar mandi Rania langsung mundur. Bulan sengaja berteriak karena Rania tidak pernah mengunci pintu kamar mandi saat pipis.
“Maaf, aku nggak tahu kalau kamar mandi itu terisi,” katanya. Dia lalu masuk ke kamar mandi lain.
Rania ke luar dari kamar mandi.
“Hampir saja ada yang masuk ke kamar mandi ini,” lapor Bulan.
“Makasih ya, Bulan,” kata Rania.
Bulan hanya mengangguk.
“Sampai kapan kamu minta ditemani saat ke kamar mandi, Rania? Aku sih nggak keberatan menemani. Tapi, kurasa suatu saat kita pasti nggak bisa bersama. Jadi kamu harus berlatih ke kamar mandi sendiri,” kata Bulan serius.
Rania mengangkat bahu. Dia juga membayangkan jika itu terjadi. Tapi nggak pernah bisa melepaskan ketakutannya berada di dalam ruangan sempit.
Kamar mandi di tempat les balet itu merupakan salah satu tempat sempit yang membuatnya takut. Rasanya seperti tempat itu akan memakannya. Bagian atas kamar mandi itu nggak setinggi kamar mandi di rumahnya. Lagi pula ukurannya hanya sekitar 2 meter persegi.
“Kata Ibu kamu menderita Claustraphobia, takut tempat sempit,” kata Bulan.
“Aku tahu. Aku juga benci berada di lift,” keluhnya. “Stt… jangan keras-keras. Ada Fira,” Rania mengingatkan. Kalau sampai Fira tahu, gawat! Fira suka sekali mengolok-oloknya.
“Besok kita lihat siapa yang bisa menari lebih bagus,” kata Fira sambil berputar-putar. Hari ini adalah hari terakhir mereka latihan. Besok mereka akan duet menarikan sebuah tarian balet. Meskipun menari bersama, Fira masih saja menganggap Rania sebagai saingannya.
“Kalian berdua sama bagusnya,” ujar Bulan.  
Fira mendengus kesal.
“Tentu saja tetap aku yang paling bagus,” dia tak mau kalah. “Sampai ketemu besok.”
*
Rania gelisah bukan main. Sudah sejak tadi dia menahan pipis. Tapi dia tak bisa meminta Bulan menemaninya. Bulan sedang tampil sekarang. Setelah penampilan Bulan, gilirannya dan Fira yang tampil. Kedua orang tuanya tentu sudah duduk di depan panggung. Tak mungkin minta tolong mereka menemani ke kamar mandi. 
“Kenapa kamu?” tanya Fira tiba-tiba.
“Pengen pipis…” jawab Rania akhirnya.
“Ya sudah pipis saja sana,” kata Fira cuek. Dia lalu sibuk melihat-lihat penampilan Bulan dan beberapa orang temannya yang sedang menampilkan adegan peri-peri berkumpul di awan.
Rania diam. Tapi dalam hati dia ingin sekali minta tolong pada Fira untuk mengantarkannya ke kamar mandi. Meskipun sesungguhnya Rania tak suka padanya.
“Ngg… Fira,” panggilnya ragu-ragu.
“Apa?” sentak Fira judes. “Buruan pipis sana. Bentar lagi giliran kita.”
“Tolong antarkan aku dong. Aku… Aku takut ke kamar mandi sendirian,” pinta Rania memelas.
Mata Fira membelalak tak percaya. Lalu dia tertawa terbahak-bahak.
“Kamu takut di kamar mandi?”
Rania mulai berkeringat. Sekarang selain menahan pipis, dia juga khawatir jika Fira mengatakan pada semua orang tentang ketakutannya pada tempat sempit.
“Aku… Aku takut berada di tempat sempit. Aku… claustrophobia,” ujar Rania tersendat-sendat.
Fira memandangnya. Tadinya dia ingin membiarkan saja. Tapi bagaimana kalau nanti Rania tak bisa menari balet dengan baik karena menahan pipis? Bisa-bisa mereka berdua ditertawakan. Bagaimana pun mereka tampil duet, jika penampilan Rania buruk, Fira juga akan terlihat menari buruk. Tiba-tiba dia jatuh kasihan pada Rania.
“Ya sudah yuk cepat,” katanya sambil menarik tangan Rania.
 Mereka segera menuju ke kamar mandi. Usai pipis, Rania merasa lega.
“Terima kasih, Fira,” katanya. “Ngomong-ngomong, kok kamu mau sih mengantarkan aku? Kan kamu benci banget sama aku.”
“Kita kan tampil duet, Rania. Sebuah tim nggak akan terlihat bagus jika salah satu orang berpenampilan buruk. Aku nggak mau timku tampil buruk,” sahut Fira.
Rania tersenyum senang.  Rupanya Fira nggak seburuk yang dibayangkan.
“Tenang saja, aku nggak akan bilang kalau kamu takut tempat sempit,” janji Fira.
“Terima kasih sekali lagi,” ucap Rania tulus.

Mereka lalu berlari menuju panggung. Kali ini Rania yakin penampilan mereka sangat bagus. [Fita Chakra]

2 comments :

  1. ceritanya keren,, jadi pengen liat duet nya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Makasih ya sudah berkunjung :) Duetnya bisa dibayangkan dulu hehe

      Delete