Permen Ajaib, Bravo 2008 |
Sebentar lagi
Mama berulang tahun, Lolita ingin sekali memberikan kado istimewa untuk Mama.
Tetapi Lolita tidak punya uang. Dia lalu berpikir, bagaimana caranya memperoleh
uang untuk membelikan kado buat Mama. Terlintas sebuah pikiran untuk bekerja di
toko permen milik Pak Galetto agar bisa mengumpulkan uang.
Dia pun datang ke toko Pak Galetto
dan memohon padanya supaya menerimanya sebagai penjual permen di tokonya.
“Baiklah, mulai besok kamu bisa
bekerja disini,” kata Pak Galetto.
Lolita senang sekali mendengarnya.
“Tapi dengan satu syarat…”
“Selama bekerja kamu tidak boleh
memakan permen-permenku. Permen-permenku adalah permen ajaib. Jika sampai ada yang memakannya tanpa ijin, akan
terjadi sesuatu yang buruk padanya. Jadi aku akan tahu siapa yang memakannya
tanpa ijin,” ujar Pak Galetto panjang lebar.
Lolita menarik napas lega.
“Jika hanya seperti itu syaratnya,
aku pasti bisa,” jawab Lolita.
Lolita pun pulang dengan hati riang.
Dia membayangkan betapa senangnya hati Mama mendapatkan kado darinya.
Pagi harinya, Lolita datang ke toko
Pak Galetto. Sebelum toko buka, dia harus membantu Pak Galetto membuat permen-permen
yang akan dijualnya. Di dapur, Pak Galetto sibuk membuat berbagai macam permen.
Ada permen
loli, permen coklat, permen buah, permen susu, dan permen kacang. Bentuknya pun
beraneka macam. Ada
yang berbentuk bulat, bertangkai panjang, berbentuk bintang, dan beraneka
hewan. Lolita membantu Pak Galetto mengemas permen-permen itu sebelum dijual.
Hmm… air liur Lolita sudah hampir
menetes melihat deretan permen berwarna-warni itu. Ingin sekali rasanya
mengambil satu dan mengantonginya di dalam sakunya. Tetapi dia selalu teringat
perkataan Pak Galetto.
“Lolita, bawalah permen-permen ini
ke toko. Tunggulah disana, siapa tahu ada pembeli yang datang. Aku masih harus
membuat beberapa jenis permen lagi,” perintah Pak Galetto.
Lolita membawa permen-permen yang
sudah jadi ke dalam toko. Beberapa pembeli mulai berdatangan untuk membeli
permen. Permen Pak Galetto memang terkenal enak. Tetapi Lolita belum pernah
sekalipun mencicipi rasa permen Pak Galetto.
Ketika Lolita sedang membayangkan rasa permen Pak Galetto datanglah dua
orang gadis. Mereka membeli sekotak permen dengan berisi permen coklat beraneka
rasa. Mereka berdua langsung membuka kotak permen itu di hadapan Lolita dan
memakannya.
“Hmm, enak sekali permennya,” kata salah seorang gadis itu sambil
mengulum permen coklat berbentuk bunga.
Temannya menganggukkan kepala. Mulutnya tak henti bergerak mengunyah
permen yang mereka beli. Harum permen menyebar ke seluruh toko. Lolita menelan
ludah, berusaha menahan diri agar tidak tergoda mengambil permen dan
memakannya. Tetapi sesaat kemudian, ketika kedua orang gadis itu sudah pergi
meninggalkan toko, Lolita melirik kesana kemari.
Pak Galetto masih sibuk di dapur. Sementara di toko sedang tidak ada
pembeli. Jadi tidak akan ada yang melihat
jika aku mengambil sebuah permen, pikir Lolita.
Lolita pun mengambil sebuah permen kacang. Ah, permen-permen Pak Galetto masih sangat banyak, dia tidak akan tahu
kalau aku ambil satu. Lolita mengulum permen kacang itu tanpa teringat
pesan Pak Galetto yang melarangnya memakan permen-permen tersebut. Matanya
mengerjap menikmati rasa permen kacang yang dimakannya. Pantas saja banyak orang yang berdatangan ke toko permen ini, rasa
permennya enak sekali, kata Lolita dalam hati.
Tiba-tiba, Lolita merasa punggungnya gatal. Digaruknya dengan sebelah
tangan. Belum usai gatal di punggungnya, wajahnya pun ikut gatal. Beberapa
detik kemudian sekujur tubuhnya terasa gatal!
“Aaa..! Aduh… gatalnya!,” jerit Lolita sambil menggaruk badannya di sana sini. Merasa tidak
tahan merasakan gatal-gatal, akhirnya Lolita berteriak minta tolong.
“Pak Galetto..! Tolooong…!”
Pak Galetto tergopoh-gopoh berlari ke dalam toko.
“Apa yang terjadi? Kenapa badanmu?” tanya Pak Galetto khawatir.
Lolita masih terus menggaruk-garuk wajah, punggung, tangan, dan kakinya.
Bintik-bintik kemerahan mulai bermunculan.
Melihat tingkah Lolita, Pak Galetto pun mengerti apa yang sebenarnya
terjadi.
“Kamu pasti memakan permenku!” Pak Galetto sangat marah.
Lolita menunduk. Dia merasa bersalah telah melanggar perkataan Pak
Galetto.
“Bukankah aku sudah bilang berkali-kali bahwa permen ini adalah permen
ajaib. Siapa saja yang mencurinya pasti akan mengalami kejadian buruk. Andai
kamu mau mendengarkan perkataanku pasti tidak akan terjadi seperti ini.”
“Maafkan aku, Pak Galetto,” sesal Lolita.
“Jika kamu tidak memakan permenku, sebenarnya aku sudah menyiapkan sebuah
permen istimewa untukmu, Lolita…” keluh Pak Galetto. “Tapi sekarang sudah
terlanjur. Permen itu tidak akan kuberikan untukmu. Pulanglah sekarang juga….”
Lolita menangis tersedu. Hanya karena tergoda untuk memakan permen Pak
Galetto, dia tidak jadi memperoleh permen istimewa. Dan yang lebih menyedihkan,
Lolita tidak bisa memberikan kado untuk Mama dari hasil kerjanya. [Fita Chakra]
Pesan moralnya sangat dapat, kejujuran menentukan keberuntungan yang akann didapatnya :)
ReplyDeleteNice Mba :D
Makasih banyak sudah berkunjung :)
DeleteKeren, Mbak... Suka... :-)
ReplyDeleteMakasih ya :)
Delete