Wednesday, October 30, 2013

Suatu Jumat di Sekolah Lentera Insan

Awalnya, salah seorang member KEB, bernama Mak Ririn Sjafriani mengirimkan message pada saya. Dia ingin, saya mengisi kegiatan Writing Club di tempatnya mengajar, yaitu di Sekolah Lentera Insan. Lentera Insan, bukan nama yang asing buat saya. Kebetulan, si kembar sudah beberapa bulan ini menjalani terapi wicara (panjang ceritanya ketika saya memutuskan mereka menjalani terapi ini di usia hampir 4,5 tahun).
Kembali ke obrolan kami, saya pun jadi tahu bahwa Mak Ririn sudah mengajar ekskul menulis di sekolah ini hampir setahun. Jadi lebih lama dari yang saya lakukan di sekolah lain. Tapi, dia bilang, “Background saya lebih ke jurnalistik. Sementara anak-anak punya minat besar menulis fiksi. Mau nggak datang ke sini sebagai guru tamu, Mak?”
Tentu saja saya mau. Kebetulan, Jumat pagi saya tidak ada acara. Jadilah saya dijadwalkan untuk mengisi dua pertemuan yaitu Jumat, 25 Oktober 2013 dan Jumat, 1 November 2013.
Jumat lalu, merupakan pertemuan pertama saya dan anak-anak ini, sekaligus merupakan pertemuan pertama saya dengan Mak Ririn. Hehehe, lucu ya, kenal di grup Facebook, ngobrol-ngobrol di inbox, baru kopi darat. Ya begitulah, kami harus berterima kasih pada KEB yang mempertmukan kami.
Setelah bertemu, saya diperkenalkan pada ibu kepala sekolah yang superramah. Meski sudah akrab dengan nama sekolahnya, rupanya sekolah dan tempat terapi yang biasa saya datangi berbeda tempatnya. Di sekolah inklusi ini, jangan kaget kalau bertemu dengan anak-anak special need. Mereka mengikuti kegiatan sama dengan anak-anak lainnya.

Sesi menulis yang disertai celetukan-celetukan lucu :))
Tepat pukul 09.00, saat anak-anak mengikuti berbagai ekskul, kami duduk manis di perpustakaan. Satu persatu anak-anak Writing Club berdatangan. Ada lima anak yang datang. Mereka langsung antusias melihat buku-buku saya. Ketika saya tanya, “Siapa mau nulis buku seperti ini?” Beberapa di antaranya langsung tunjuk jari. Oya, saya juga tunjukkan foto Keisya dan buku barunya, supaya mereka lebih termotivasi. Lucunya, mereka pun bilang, “Keisya-nya mana? Ajak ke sini dong, Bu.” Hehehe, sayangnya, waktu nggak memungkinkan karena Keisya masih di sekolah.
Hari itu, saya membagikan materi tentang menulis pengalaman pribadi. Secara garis besar, mereka mempelajari tentang apa yang disebut pengalaman pribadi, ciri-cirinya, ide besar dan bagaimana membuatnya supaya menarik. Setelah mencicipi materi, mereka saya minta menuliskan pengalaman pribadi mereka.

Senangnya dapat hadiah
Hasilnya cukup bagus. Sebagai apresiasi, dua karya terbaik mendapatkan hadiah buku dari saya. Mereka sangat senang. Bahkan, mereka mengajak beberapa orang temannya untuk berkenalan dengan saya.
Di akhir acara, kami berfoto bersama. Jumat berikutnya, insya Allah kami akan bertemu lagi untuk membahas materi tentang cerpen. Dan saya rasa, inilah saat yang paling ditunggu oleh mereka. Saya berharap dua Jumat ini berkesan untuk mereka. Meski hanya dua pertemuan, semoga bisa menginspirasi mereka untuk lebih rajin berkarya melalui tulisan.
Bagaimana kesan saya setelah bertemu mereka? Ini adalah salah satu Jumat yang berharga untuk dikenang.

Saya dan Mak Ririn
See you next Friday!

2 comments :

  1. Aku selalu amaze kalau baca kisah2 di blog teman2 seperti ini. Bukan hanya tulisan di awang2, tapi benar2 ttg kegiatan yg menyentuh individu2. Salam untuk mak Ririn :D

    ReplyDelete
  2. Makasih, Mak. Ini salah satu caraku mengajak anak-anak berkegiatan positif. Seneng banget rasanya melihat mereka antusias. Salamnya disampaikan besok :))

    ReplyDelete