Mulai tahun
ajaran ini, saya mengajar ekskul menulis di SDIT dan SMPIT Darul Abidin.
Awalnya, saya tidak berharap banyak karena ekskul menulis di sekolah ini masih
merintis. Ya, ekskul ini baru pertama kali diadakan. Tak heran jika sekolah menetapkan kuota. Jadi, apabila pesertanya kurang dari kuota, ekskul belum bisa
dilaksanakan.
Setelah libur
lebaran, pihak yayasan mengundang saya mengikuti acara perkenalan ekskul.
Rupanya, mereka memang serius menginginkan murid-murid di sekolah ini belajar menulis.
Pada acara tersebut, saya ikut mempromosikan ekskul menulis. Dengan demikian,
para murid mendapatkan gambaran tentang perlunya ekskul itu, apa yang mereka
akan pelajari, dan hasil yang akan mereka peroleh.
Sekitar dua
minggu masa pendaftaran akhirnya terkumpullah sekutar 30 murid. Ekskul pun
dimulai pada awal September. Ternyata, setelah pertemuan pertama, masih banyak murid yang
ingin mendaftar. Akhirnya total 41 murid resmi menjadi peserta ekskul pada minggu ketiga.
Merasa kesulitan mengajar dengan jumlah peserta yang banyak, apalagi rentang usia
mereka terlalu lebar (mulai kelas 1 SD sampai kelas 3 SMP), saya menggandeng
Nunik Utami. Kebetulan, lokasi sekolah masih terjangkau dari rumahnya. Dan
kebetulan lagi, dia tak ada jadwal khusus di hari ekskul diadakan.
Kelas pun kami
bagi menjadi dua. Satu kelas di bawah asuhan saya, satu lagi bersama Nunik.
Pada pertemuan kedua hingga sekarang banyak hal menarik yang kami temui.
Misalnya, dari 40-an murid hanya ada satu murid lelaki, yang tentu saja, masuk
dengan malu-malu karena diolok-olok teman-teman lelakinya. Supaya dia merasa
nyaman dan termotivasi, saya mengatakan bahwa nggak ada yang salah kalau cowok
belajar menulis. "Mau jadi apapun nanti, menulis tetap diperlukan Tapi,
kalau kamu mau jadi penulis itu bagus. Penulis anak-anak tang cowok itu nggak
banyak lho."
Selain si cowok
pemalu tersebut, ada beberapa gadis istimewa yang ikut belajar bersama kami.
Mereka adalah anak-anak special needs. Tanpa diduga mereka sangat bersemangat
dan bisa mengikuti materi dengan baik.
Bagaimana dengan peserta lainnya? Mereka
sama bersemangatnya. Ketika kami memberikan tugas menulis satu halaman, mereka
bisa menulis lebih dari itu. Bahkan seringkali mereka protes karena waktunya
kurang padahal cerita yang mereka ketik belum selesai. Antusiasme mereka juga terlihat saat kami bertanya pada mereka, "Siapa yang mau membacakan ceritanya?" Segera saja, mereka berebutan ingin berpartisipasi. Wah, senangnya!
Sekarang, sudah
sebulan lebih ekskul menulis berjalan. Syukurlah setiap kali mereka tetap rajin
masuk. Sebelumnya, sempat terbersit dalam benak kami bagaimana jika lama kelamaan murid akan berkurang
jumlahnya karena seringkali mood anak-anak yang naik turun ikut mempengaruhi motivasi mereka. Namun, cerianya wajah-wajah
mereka, menghapus keraguan kami. Tak heran, kegiatan yang kami lakukan seperti merangkai kalimat, diskusi, games, dan menulis berjalan menyenangkan.
Saya, Nunik, dan mereka semua |
Tak ada yang lebih membahagiakan seorang guru ketika anak-anak
didiknya berhasil. Saya berharap akan banyak calon penulis cilik yang lahir
dari sini. We'll see, someday.
Whoaaaa, kereeeen. Jadi pengen ngintiiiiiiip
ReplyDeleteAyo dateng, Tih :)
Deletekerennnn..!
ReplyDeleteMakasih ya :)
DeleteAamiin, tetap semangat Fita. In shaa Allah bertambah banyak bukan berkurang ya peminatnya. ;)
ReplyDeleteAamiin :) Semoga mbak :)
Deletewah jadi pingin daftar ekskul nyah... #salahfokus ^^
ReplyDelete:D hahaha
Deletewoaaaaaaaa seru bangettt ^^
ReplyDeletesalam kenal
Seru bangeet. Tiap pertemuan selalu ada cerita baru :) Salam kenal balik
Deletembak diadain kursus menulis online untuk anak2 doong... untuk menjangkau anak2 yg tinggal di lain kota seperti anak saya hehe...
ReplyDeleteHehe pengennya, Mbak. Udah pernah trial tapi masih ada beberapa kendala. :)
Deletehaduuuhh,,pengeeen,,pengen ikut ekskulnya,,biar tambah jagoo,,semangat mba,,semoga bisa mencetak penulis2 hebat :)
ReplyDeleteAamiin. Makasih semangatnya, Mbak. Mudah-mudahan selalu semangat :)
DeleteAku juga senang, Fit. Semakin lama mereka semakin antusias belajar menulis. Masalah waktu, aku juga sering keenakan ngajar dan terasa waktunya kurang :))
ReplyDeleteHihi iya ya... tahu-tahu udah waktunya pulang :))
Delete