Awalnya,
salah seorang member KEB, bernama Mak Ririn Sjafriani mengirimkan message pada
saya. Dia ingin, saya mengisi kegiatan Writing Club di tempatnya mengajar,
yaitu di Sekolah Lentera Insan. Lentera Insan, bukan nama yang asing buat saya.
Kebetulan, si kembar sudah beberapa bulan ini menjalani terapi wicara (panjang
ceritanya ketika saya memutuskan mereka menjalani terapi ini di usia hampir 4,5
tahun).
Kembali
ke obrolan kami, saya pun jadi tahu bahwa Mak Ririn sudah mengajar ekskul
menulis di sekolah ini hampir setahun. Jadi lebih lama dari yang saya lakukan
di sekolah lain. Tapi, dia bilang, “Background saya lebih ke jurnalistik.
Sementara anak-anak punya minat besar menulis fiksi. Mau nggak datang ke sini
sebagai guru tamu, Mak?”
Tentu
saja saya mau. Kebetulan, Jumat pagi saya tidak ada acara. Jadilah saya
dijadwalkan untuk mengisi dua pertemuan yaitu Jumat, 25 Oktober 2013 dan Jumat,
1 November 2013.
Jumat
lalu, merupakan pertemuan pertama saya dan anak-anak ini, sekaligus merupakan
pertemuan pertama saya dengan Mak Ririn. Hehehe, lucu ya, kenal di grup
Facebook, ngobrol-ngobrol di inbox, baru kopi darat. Ya begitulah, kami harus
berterima kasih pada KEB yang mempertmukan kami.
Setelah
bertemu, saya diperkenalkan pada ibu kepala sekolah yang superramah. Meski
sudah akrab dengan nama sekolahnya, rupanya sekolah dan tempat terapi yang
biasa saya datangi berbeda tempatnya. Di sekolah inklusi ini, jangan kaget
kalau bertemu dengan anak-anak special need. Mereka mengikuti kegiatan sama
dengan anak-anak lainnya.
Tepat
pukul 09.00, saat anak-anak mengikuti berbagai ekskul, kami duduk manis di
perpustakaan. Satu persatu anak-anak Writing Club berdatangan. Ada lima anak
yang datang. Mereka langsung antusias melihat buku-buku saya. Ketika saya
tanya, “Siapa mau nulis buku seperti ini?” Beberapa di antaranya langsung
tunjuk jari. Oya, saya juga tunjukkan foto Keisya dan buku barunya, supaya
mereka lebih termotivasi. Lucunya, mereka pun bilang, “Keisya-nya mana? Ajak ke
sini dong, Bu.” Hehehe, sayangnya, waktu nggak memungkinkan karena Keisya masih
di sekolah.
Hari
itu, saya membagikan materi tentang menulis pengalaman pribadi. Secara garis
besar, mereka mempelajari tentang apa yang disebut pengalaman pribadi, ciri-cirinya,
ide besar dan bagaimana membuatnya supaya menarik. Setelah mencicipi materi,
mereka saya minta menuliskan pengalaman pribadi mereka.
Senangnya dapat hadiah |
Di
akhir acara, kami berfoto bersama. Jumat berikutnya, insya Allah kami akan
bertemu lagi untuk membahas materi tentang cerpen. Dan saya rasa, inilah saat
yang paling ditunggu oleh mereka. Saya berharap dua Jumat ini berkesan untuk
mereka. Meski hanya dua pertemuan, semoga bisa menginspirasi mereka untuk lebih
rajin berkarya melalui tulisan.
Bagaimana
kesan saya setelah bertemu mereka? Ini adalah salah satu Jumat yang berharga
untuk dikenang.
Saya dan Mak Ririn |
See
you next Friday!
Aku selalu amaze kalau baca kisah2 di blog teman2 seperti ini. Bukan hanya tulisan di awang2, tapi benar2 ttg kegiatan yg menyentuh individu2. Salam untuk mak Ririn :D
ReplyDeleteMakasih, Mak. Ini salah satu caraku mengajak anak-anak berkegiatan positif. Seneng banget rasanya melihat mereka antusias. Salamnya disampaikan besok :))
ReplyDelete