Wednesday, September 23, 2015

Empat Tips Menyiasati Turunnya Semangat Menulis Bagi Penulis

Sebagai penulis, saya tidak hanya mengalami hal-hal menyenangkan seperti buku terbit, mendapat royalti, mendapat apresiasi dari pembaca dan lain sebagainya. Sebenarnya, ada banyak hal lain yang tidak menyenangkan. Misalnya, naskah ditolak penerbit, royalti yang di bawah ekspektasi atau diransfer tak sesuai jadwal, dikritik pedas oleh pembaca (note: penulis juga manusia, bisa menerima kritik jika disampaikan dengan cara yang santun), dan masih banyak lagi yang lainnya. Jujur saja, saat berada dalam keadaan seperti ini sangat manusiawi jika merasa terpuruk dan galau. Mau nangis, mau marah, mau teriak boleh saja. Tetapi jika mau menyerah dan berhenti menulis, pikirlah sejuta kali dahulu. Kenapa? Karena kita nggak akan tahu rasanya berhasil kalau kita menyerah.

Bagaimana caranya supaya bisa move on dari kondisi terpuruk ini? Berikut ini beberapa tips yang sering saya lakukan.

Lepaskan emosi dengan cara yang baik
Marah di sosmed lalu memaki penerbit bukanlah cara yang melepaskan emosi yang baik. Salah-salah, malah timbul masalah baru karena penerbit (dan pembaca) menilai kita buruk. Salah satu cara yang baik untuk melepaskan emosi menurut saya adalah dengan curhat pada seseorang yang bisa dipercaya. Teman yang baik, akan mengatakan dengan jujur kesalahanmu, memberimu saran, dan dia bisa menyimpan rahasia jika itu yang kita inginkan. 
Kalau tidak yakin bisa mempercayai seseorang, jauh-jauhlah dahulu dari sosmed. Jangan sampai, kita mengumbar emosi buruk di sosmed. Percayalah, tidak semua orang mengerti masalahnya, buat apa mereka tahu? Kalaupun mau memposting sesuatu di sosmed berkaitan dengan kekesalan kita, do it nicely

Intropeksi diri
Sambil cooling down, cobalah intropeksi diri. Adakah peran kita yang menyebabkan hal ini terjadi? Misalnya, naskah kita ditolak penerbit karena kita tidak mencermati lebih dahulu kebutuhan naskah di penerbit tersebut. Royalti kita tak segera ditransfer karena kita belum menandatangani dan mengembalikan surat perjanjian. Pikirkan baik-baik. Jika kita sudah tenang, biasanya kita baru menyadari kesalahan setelah amarah hilang.

Tentukan tujuan
Sebelum melangkah, kita harus tahu tujuan akhir kita. Kalau menerbitkan buku adalah impian kita, tentu saja jangan lantas menyerah. Kirim lagi dan lagi. Gagal di penerbit A, bukan berarti akan gagal di penerbit lainnya. Ada cerita yang menurut saya ajaib. Dulu sekali, saya pernah berkali-kali mengirim naskah pada sebuah penerbit dan selalu ditolak. Tiba-tiba, beberapa tahun berlalu, salah seorang editornya mengontak saya dan meminta saya menulis suatu tema. Saya benar-benar nggak menyangka. Sejak itu saya yakin, Allah akan melihat usaha kita. Kalau bersungguh-sungguh, insya Allah kelak Allah akan memberikannya di saat yang tepat.
Supaya kita tak melupakan tujuan, tuliskan tujuanmu pada selembar kertas dan tempelkan di tempat yang mudah terlihat. Ini akan membantu kita mengingat tujuan saat akan menyerah.

Mencuri ilmu dari yang lebih berpengalaman
Cara paling ampuh untuk bisa mengusir galau yaitu mengubah energi negatif menjadi energi positif. Daripada ngeluh, marah, iri, dan merasa menjadi orang paling menderita sedunia, lebih baik cari cara supaya kita bisa mencuri ilmu dari orang-orang yang berhasil. Misalnya, dekati penulis A yang karyanya sering diterbitkan di penerbit B tanyakan tipsnya sehingga dia rajin mengirim naskah. Dekati editor di penerbit yang ingin kita kirimi naskah, tanyakan kekurangan naskahmu. Update ilmu dengan mengikuti workshop. Bergaullah dengan orang-orang yang berpikiran positif, bukan dengan orang-orang yang bisanya mencela dan berpikiran negatif.

Saya dan buku terbaru saya, terbitan Penerbit Buah Hati. Foto: Dok. Pri.
Jadi bagaimana? Ingin jadi penulis bestseller seperti JK. Rowling atau mau berhenti di sini saja? Saya pun masih terus berusaha membuat diri sendiri tetap semangat. Yuk, semangat! [Fita Chakra]









12 comments :

  1. cock bgd nih buat aku yg lg kendor semangat nyelesein outline novel.
    tengkiu mbk fita

    ReplyDelete
  2. bener itu, mba Fita. dekati teman yang sudah best seller, biasanya bakal dapat banyak ilmu baru.

    ReplyDelete
  3. Kalau cuti gimana fita? Uni lagi mengatur ulang management waktu uni. Terlalu kecapekan....

    ReplyDelete
    Replies
    1. Uni, Juni-Juli kemarin aku sama sekali ga ngetik. Capek karena ART resign. Bulan Agustus masih adaptasi. September baru bangun dari hibernasi. Rada kaku sih awalnya karena kelamaan nggak nulis hehe. Diniatkan saja, Uni cutinya sampai kapan.

      Delete
  4. Gpp Uni Dian.. istirahat untuk mengumpulkan energi dan ide baru (*malah ngomenin komen orang xixixi)

    ReplyDelete
  5. kebetulahn baca ini pas lagi maleees bnagt nulis padahal lagi banyak bahan heheeh

    ReplyDelete
  6. Kalau lagi kesel dg komen negatof di blog, kolom komennya ditutup dulu hehe :) . Salam kenal mbak Fita.

    ReplyDelete
  7. Widiih, bijaksana bangeet. Bergaul dg org2 yg sll punya pemikiran positip emang dampaknya waaarbiyasaaa. Bahagia, semangat, lalal dubidu pkoknya.

    ReplyDelete
  8. Kalau saya pas sedang stuck menulis di blog sih cari-cari informasi lagi atau nggak dibuat browsing2.

    ReplyDelete