Monday, April 28, 2014

[Kelas Inspirasi] Sehari yang Menginspirasi

Ingin dikenang sebagai apakah engkau kelak?
Pandai, kaya dan terpandang. Atau sederhana, pengasih dan suka berbagi?

Ingin tampak seperti apa engkau di mata-Nya?
Banyak menerima. Atau banyak memberi?

Saya tidak tahu kapan tepatnya kalimat itu berdengung di telinga saya. Yang saya sadari,
selepas umroh awal Januari lalu dengungnya menjadi sangat mengganggu. Mungkin, salah satu doa yang saya panjatkan yang menjadi penyebabnya. Waktu itu, saya sudah siapkan banyak doa dari tanah air. Tapi di depan Baitullah, lidah saya mendadak kelu. Malu hati ini kalau banyak meminta hal duniawi. Malahan, saya menangis sejadinya mengingat kesalahan-kesalahan saya. Maka, saya ganti doa-doa saya. Salah satunya, menjadi permohonan agar ilmu saya bermanfaat untuk sebanyak-banyaknya orang.

Rupanya, Allah mendengar doa saya. Tak heran ada beberapa kesempatan berbagi ilmu yang muncul kemudian. Salah satunya datang dari Kelas Inspirasi. Saya begitu excited menanti datangnya Hari Inspirasi ini. Selain karena ini adalah pengalaman pertama saya, saya juga sudah membayangkan serunya mengajar. Apalagi, di saat briefing, saya sudah bertemu beberapa teman yang sekelompok dengan saya. Mereka datang dari berbagai
profesi, usia dan minat. Bahkan ada yang usianya hampir mendekati usia Bapak saya, lho. Hebat.

Walau baru kenal, kami bisa kompak berbagi tugas dan membicarakan persiapan kelompok kami. Saya rasa, hanya satu yang merekatkan kami, yaitu keinginan berbagi yang demikian
kuat. Tak hentinya saya bersyukur bertemu dengan mereka, karena aura positif seakan menular. Saya bahkan bisa merasakan ketulusan hati mereka.

Kamis, 24 April 2014 selepas sholat subuh, saya berangkat. Tim kami terdiri dari 9 orang relawan inspirator, 3 fotografer dan seorang fasilitator berjanji tiba pukul 06.00 di
SD Paseban 02, sebuah sekolah di kawasan Salemba, tepatnya di tepi lintasan kereta. Bisa dibayangkan riuhnya suasana sekolah, karena hampir setiap kali ada kereta yang melintas. Kami sengaja datang pagi karena jam belajar dimulai pukul 06.30. Jam belajar yang tergolong pagi itu rupanya disebabkan oleh keterbatasan ruang kelas. Kelas 1 dan 2 harus bergantian memakai sebuah ruang karena jumlah ruang yang bisa dipakai hanya 5 ruang kelas.
Beberapa kegiatan kami. Foto: Tim fotografer
Tiba di gedung sekolah, saya dan teman-teman langsung naik ke lantai 3. Gedung 3 lantai ini
digunakan bersama dua sekolah lainnya yaitu SD Paseban 01 dan 03. Kebetulan SD Paseban 02 mendapat jatah lantai 3. Entah mengapa dada saya berdegup kencang. Padahal, sehari-hari saya mengajar anak SD. Mungkin, karena kali ini yang bakal menjadi murid saya punya latar belakang yang berbeda.

Tak sempat berlama-lama merasakan ketegangan, saya mesti masuk kelas. Kelas pertama yang mesti saya masuki adalah kelas 6. Dari awal saya sapa kelas ini tampak tenang. Dengan mudah saya mendapatkan perhatian mereka. Di kelas ini, saya bisa menjelaskan banyak hal tentang profesi penulis termasuk alur penerbitan buku. Senangnya lagi, anak-anak bisa menikmati permainan merangkai kalimat menjadi sebuah cerita yang saya siapkan. Satu jam pun berlalu tanpa terasa.


Asyik merangkai kalimat menjadi sebuah cerita. Foto: dokumen pribadi
Selanjutnya saya masuk kelas 1 pada jam pelajaran ketiga. Kelas 1 masuk sampai pukul 09.30. Artinya waktu saya hanya 35 menit. Waktu yang sangat singkat dibandingkan waktu untuk kelas 6. Suasana kelas 1 ramai luar biasa waktu saya masuk. Mereka bahkan
ada yang masih makan.

Butuh kesabaran untuk mendapatkan perhatian mereka. Begitu saya bilang, "Siapa mau
didongengin?" Semua serempak bilang, "Sayaaa!" 

Mendengarnya membuat saya bersemangat. Wah, sepertinya ini akan berjalan sesuai rencana,pikir saya. Sayangnya, baru beberapa menit mendengar cerita konsentrasi mendadak buyar ketika salah seorang anak mengambil buku saya yang lain, "Kakak, aku baca ini yaa!"
Waktu masih manis-manis mendengar cerita. Foto: Tim fotografer
Wuss... mendadak teman-temannya mengikuti aksi anak ini. Mereka pun sibuk membaca sendiri. Aduduh... ampun dah! Bisa dibayangkan yang terjadi setelahnya. Anak-anak berlarian ke sana kemari. Ada yang berebut taplak meja. Ada yang berebut buku.Ada yang naik meja untuk mengintip kereta yang melintas dari kereta. Ada yang ngumpet di bawah meja. Superkacau!

Panik. 
Tapi saya berusaha mengingat-ingat yang harus dilakukan untuk menertibkan suasana. Saya
coba berhai-halo, minta mereka bertepuk tangan jika mendengar suara saya, sampai meminta dua orang yang bertengkar untuk bergantian membaca buku di depan. Berhasil, namun hanya dalam... ehm hitungan menit. Selanjutnya, tebak sendiri deh. Nightmare hehehe...

Menit-menit berikutnya semangat saya menguap. Tetap saja... sebagian besar berlari keliling kelas. Parahnya, suara saya mendadak hilang karena kebanyakan bicara. Puncak kepanikan terjadi ketika salah seorang anak berteriak, "Kakaaak, ada yang
pingsan!" 

Saya langsung berlari mendekat. Seorang anak perempuan terbaring di antara dua kursi. Saya guncang-guncang tubuhnya menastikan dia pingsan atau
tidur. 

"Kamu kenapa? Ngantuk?"tanya saya. 
Jangan tanya perasaan saya saat itu. Saya pikir anak ini dipukul temannya karena sebelumnya mereka bertengkar. Tahu-tahu gadis kecil itu membuka mata sambil tertawa. Hayaah, rupanya dia menipu saya! Hahaha...

Bersama kelas 1. Foto: Tim fotografer
Setelah sesi yang menguras tenaga itu, giliran saya masuk kelas 3. Jujur saja, saya sedikit
down setelah jumpalitan mengatasi kelas 1 yang sepertinya kelebihan tenaga. Maka sebelumnya saya sempat bertanya-tanya setelah anak pura-pura pingsan, jebakan Batman macam apa yang akan saya temui?


Meneruskan cerita. Foto: dokumentasi pribadi
Well, rupanya kelas 3 masih lebih ramah dibandingkan kelas 1. Mereka bisa meneruskan cerita yang saya tulis. Meski demikian saya masih merasa kurang puas karena belum semua materi tersampaikan namun waktu terlanjur habis, hiks. Lagipula, saya terlanjur kehilangan sebagian besar semangat saya. Ternyata, butuh lebih dari kesabaran untuk mengajar anak-anak.

Di akhir jam pelajaran bersama teman sekelompok, kami mengadakan penutupan. Masing-masing anak menempelkan cita-citanya di pohon cita-cita. Lalu kami bersama-sama menonton video kegiatan kami selama sehari itu. Senang rasanya melihat wajah bahagia mereka.

Setelah sesi foto bersama tibalah saat berpisah. Tanpa saya duga mereja bersalaman dan
mencium tangan kami semua. Mendadak hati saya menghangat. Saat salah seorang bertanya, "Kakak akan datang lagi kan?" Air mata mendesak-desak keluar dari sudut mata. Mati-matian saya berusaha menahannya, semata-mata supaya tidak menangis di depan mereka.

Terus terang, ada rasa tak puas dengan cara mengajar saya. Tapi saya berjanji dalam hati, suatu saat akan lebih baik. Dan untuk itu saya rela belajar terus. 


Foto bersama sebelum pulang. Foto: Tim fotografer
Hari itu, saya mungkin hanya membagi sedikit. Tapi percayalah, tak ada yang terasa hilang dari saya selain meluangkan waktu, tenaga, pikiran dan keringat. Justru, yang saya peroleh jauh lebih banyak. Rasa bahagia yang tak terlupa di suatu hari yang menginspirasi. Kelak, ini akan jadi kenangan yang indah. 

Supaya lebih tergambar suasananya, silakan nikmati video ini ya. Mungkin, setelah ini, ada yang tergerak menjadi relawan kelas inspirasi mendatang. Cek di web Kelas Inspirasi, ya. 




Terima kasih untuk,
Allah Swt, yang memberi saya kesempatan belajar lagi.
Fasilitator kelompok 22 yang mau menyediakan telinga dan hati untuk mendengarkan kami: Mbak Luluk.
Teman-teman relawan inspirator. You rock!: Elisa, Ibu Dyah, Ibu Nana, Ibu Elda, Aisha, Riri, Agi, dan Cikna.
Teman-teman fotografer dan videografer yang mengabadikan momen istimewa ini dalam gambar yang cantik: Bongky, Coky, dan Yosi.

20 comments :

  1. seruuuu yamak, jadi punya pengalaman baru

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yiaaa, Mak Lid cepet banget nongol :)) Iya, bener-bener pengalaman seru, Mak.

      Delete
  2. Ikut senang membacanya.... anak2 selalu bikin rindu, bikin addicted. Lelah kita adl iuran buat pendidikan Indonesia. Tetaplah menginspirasi.... salam inspirasi

    ReplyDelete
    Replies
    1. Thanks sudah mampir, Mak Donna. Iya, begitulah yang kurasakan :)

      Delete
  3. Ikut senang dan deg-degan bacanya di bagian jebakan Batman pingsan itu. Begitulah anak-anak, Fit. Tapi, tanpa mereka dunia kita bakal garing dan sepi. Btw, teruslah berbagi maka suatu saat Fita akan menemukan kepuasan dan kerinduan ketika jauh dari mereka. Sukses ya. *hug*

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, Mbak. Mudah-mudahan ada kesempatan memperbaiki diri. *hug

      Delete
  4. Terharu banget baca bagian umrohnya mbak fitaa.. Mudah2an tahun depan masi semangat ikutan.. sekalian memantapkan cara mengajar. Akupun masi amatir banget ngajar anak2.. T_T

    ReplyDelete
    Replies
    1. Elisa, mudah-mudahan ya. Aamiin. Memang selepas umroh itu rasanya jadi manusia baru, inget banyak dosa hiks

      Delete
  5. anak2 kelas 1 itu emang 'ngegemesin' yah :D

    ReplyDelete
  6. terharu banget nonton videonya... :')
    dan pura2 pingsannya juaraaa bangeeet x)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahaha... Iya, Pungkyyy... Drama bangetlah :))

      Delete
  7. Seru banget maak, kau juga penegn ikutan ngajar, tapi kalo ngadepin anak yang super ribut takuut ga bisa sabar hihi. Eh masih dipanggil kaka sama anak kelas 1 ya hihi

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yang kelas 6 juga panggil Kakak, padahal sudah dikenalkan dari awal untuk manggil Ibu. Memang aturannya begitu, saat briefing pengajar harus memperkenalkan diri sebagai Bapak/Ibu guru. Kenyataannya semua manggil Kakak hehehe

      Delete
  8. Hahaha dikerjain anak kelas 1 SD. Td baru baca punya mak winda, dia di kelas 3 yg malah keabisan energi. Ternyata beda2 ya. Jadi makin pengin ikut aku maaaak. Mudah2an tahun depan ada di jakarta. Aamiin.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahaha iya. Tapi secara umum kelas 1-3 itu yang mesti ekstra effort :)) Aamiin, mudah-mudahan bisa ikutan ya, Mak. Seru deh.

      Delete
  9. Horeee, Ibu Guru tertipuiiu. .. hahaha

    Senang bangey bisa berbagi ya, Mba.

    ReplyDelete
  10. Buahahahahaha ada yang iseng pingsan :))))))(

    Aku pengen ikut selanjutnya...next ^^

    ReplyDelete
  11. Wah emang seru banget ini kelas inspirasi, saya habis tenaga ngadepin anak-anak..
    Senengnya ya Mbak bisa gabung di KI.

    ReplyDelete