Di suatu siang,
Di tepi Laut Merah, aku duduk memandangi lautan. Warnanya yang biru cerah, ditingkahi riak kecil air membuatku merasa tenang. Udaranya sungguh panas. Hanya sesekali angin bertiup, membelai rasa. Silau matahari kuhalau menggunakan sunglasses, berharap keindahan lautan bisa tetap kunikmati berkatnya.
Dengan seksama kuamati burung-burung yang terbang rendah, lalu hinggap. Rupanya mereka sibuk mematuki makanan. Riuhnya seolah pesta besar. Aku mengulum senyum melihatnya, teringat ketiga anak-anakku yang bertingkah seperti mereka saat aku datang membawa makanan kesukaannya.
Aku bersama dia, duduk bersisian. Suatu kegiatan yang hampir tak pernah kami lakukan semenjak rumah kami ramai dengan celoteh anak-anak. Diskusi kami tak pernah bisa serius di rumah. Namun, kali itu, kami bicara banyak hal.
Tentang banyak perubahan yang akan kami lakukan sepulang umroh ini. Tentang keimanan yang mesti kami tingkatkan terus. Tentang cara mendidik anak-anak yang senantiasa harus kami perbaiki. Semuanya bermuara pada kebaikan, yang semoga saja bisa terus kami lakukan. Siang itu, kami berjanji akan mengingatkan satu sama lain.
Di suatu siang,
Aku dan dia, bicara dari hati ke hati. Sesuatu yang menenangkan, membuat hatiku terasa hangat. Aku merindukan perbincangan ini. Tapi rupanya, tak selalu semua harus dikatakan. Dalam diam, hati kami pun berbicara. Maka, setelah lelah berbicara, yang kami lakukan hanyalah memandang ke depan.
Lalu, dia ikut tertarik melihat tingkah burung-burung kecil itu. Disodorkannya makanan di telapak tangannya. Sayangnya, karena terlalu tiba-tiba bergerak, burung-burung itu malah berterbangan. Dan, aku tertawa, menertawakan kekecewaannya.
Di suatu siang,
Tak lama kemudian, adzan memanggil dari dalam masjid. Baru kutahu dari ustadz yang membimbing kami, nama asli masjid itu adalah Masjid Ar Rahman. Tapi kami mengenalnya sebagai Masjid Terapung atau Floating Mosque. Letaknya yang berada tepat di tepian laut membuatnya seakan melayang. Masjid ini menjadi persinggahan terakhir kami sebelum pulang ke tanah air melalui Bandara King Abdul Aziz, Jeddah.
Di suatu siang,
Damai memelukku. Hanya satu harap tersimpan. Kelak, kan kembali bersama ketiga buah hati kami.
Tulisan ini diikutsertakan dalam A Place Remember Give Away dari Mak Nurul Noe.
hiks...mbrebes mili membacanya...ya Allah sampaikanlah kami kesana aamiin.
ReplyDeleteAamiin. Semoga kelak bisa ke sana, Mak :)
Deletesama mak Irul
DeleteKaan... Pingin kesana menjadi-jadi kaann.. Hiks
ReplyDeleteAyo, Mak. Bagus bangeeet
Deleteini kan lokasi masjid Terapung ya mbak,,, pengen kesana eeuuuyyy :D
ReplyDeleteIya, Mak. Hayuuuk
Deletesaya malah suka sama foto2nya :) kereeen
ReplyDeleteSaya juga suka. Padahal asal jepret pake hp heheh. Makasih sudah mampir. :)
Deletesemoga aku juga bisa kesana sama keluarga mak
ReplyDeleteAamiin, Mak Lid :)
DeleteKeren, Mak Fita...
ReplyDeleteMoga sukses ikut GA nya :)
Aamiin. Makasih udah mampir, mak :)
DeleteFotonya yg pake kebaya cantik
ReplyDeletekayak Desi Ratnasari #salahfokus :)
Hahaha. Makasih :)
DeleteSubhanallah, takjub dengan pemandangan, rasa dan kata.
ReplyDeleteSemiga cita2 untuk kembali lagi ke sana tercapai ya, MakFit.
Aamiin. Makasih Idaaah
Deletepengen ke tempat itu juga. adem ya di sana, mbak. lautnya cantik
ReplyDeleteSebenernya udaranya panas, Ila. Tapi memang hati rasanya adem :)
Deleteaaeehhh mak, ngiler pokonya aku kesana, terutama dengan gambaranmu melalui tiap kalimat yang menggoda <3
ReplyDeleteAhahaha... yuk, Mak. Makasih sudah mampir yaa
Deletefoto2nya bener2 keren :)
ReplyDeleteNarasinya keren ditambah dg foto2 yang keren... jadinya wow banget nih Mak.
ReplyDeleteAku melihat foto masjid terapung saat Ibuku umroh beberapa waktu lalu, dan aku sangat terkesan...
Aamiin. Harapan semua keluarga muslim, bisa umrah dan haji sekeluarga. Insya Allah dilimpahi rejeki mak :)
ReplyDeleteFita, aku mau juga donk bisa kesana bersama suami dan anak-anakku.
ReplyDeleteTerima kasih sudah meramaikan GA ini. Good luck.