Namanya Aisyah.
Tutur katanya lembut dan santun. Terkadang, saking asyiknya
ngobrol dengan putriku, logat Jawa-nya yang medok keluar. Membuat siapa pun
yang mendengar mengulum senyum. Termasuk aku.
Hari itu, seperti biasa, aku meminta beberapa orang maju
untuk menceritakan ulang hasil karyanya. Kali ini, Aisyah yang menawarkan diri. Aku
masih ingat, suaranya lantang dan percaya diri. Tanpa
menanggalkan kesantunan -dia mengucap salam terlebih dahulu- Aisyah mulai
bercerita. Judul ceritanya "Berlomba Kebaikan".
Suara beningnya lalu terdengar, membuat seisi kelas yang
awalnya hiruk pikuk karena semua berebut maju, mendadak senyap. Kurasa, karena semua ingin mendengar ceritanya.
"Ah, kamu yang menang hari ini. Kamu menolong banyak
orang."
"Memangnya apa hadiahnya kalau kita berlomba kebaikan?"
"Hadiahnya bukan piala. Bukan barang. Tapi hadiah lomba
kebaikan adalah pahala menuju surga."
Aku terdiam sejenak mendengar akhir ceritanya. Hangat
diam-diam memenuhi ruang hatiku. Selalu ada pelajaran berharga bersama
anak-anak ini. Kali ini, kudapat dari Aisyah.
Dan, ini sangat berharga.
wah dalam banget kalimat aisyah ya mak...mmg banyak tempat belajar bg kita meski itu anak kecil :)
ReplyDeleteIya, Mak. Kadang aku pikir bukan kita guru mereka tapi merekalah yang jadi guru kita :)
DeleteTerpukau dengan endingnya, Mba Fit. Aisya anak sholihah. . .
ReplyDeleteCoba semua orang kayak Aisyah, dunia pasti jadi lebih indah :)
ReplyDeleteMasya Allah Aisyah. Karakter menenangkan sudah terlihat sejak SD (beneran SD ya mak?)
ReplyDeleteMudah2an istiqomah hingga dewasa nantinya :)
Njleb banget :")
ReplyDelete