Tuesday, September 4, 2012

(On Air Bahana Sastra Produa FM RRI Semarang) Berbagi Cerita tentang Profesi Penulis

Kamis, 23 Agustus 2012 pukul 22.00-23.00, saya diminta mengisi acara Bahana Sastra di Produa FM RRI Semarang. Tadinya saya tidak punya gambaran tentang acara tersebut. Namun, hari itu, Miko, penyiar acara Bahana Sastra menghubungi saya untuk menjelaskan konten acaranya.

Singkat cerita, setengah jam sebelumnya saya sudah tiba di tempat. Saya dan Miko ngobrol banyak tentang penulisan. Di acara tersebut, saya menceritakan awal mula saya terjun ke dunia penulisan ini. Miko juga bertanya tentang buku-buku terbaru saya. Dan kebetulan saya membawa buku cerita Mima dan Putri Jenna sebanyak 3 eksemplar untuk dibagikan pada pendengar yang bertanya.


Saya dan Miko, penyiar Bahana Sastra

Alhamdulillah, respon pendengar di Semarang (yang kebanyakan anak muda. Oya, segmen pendengar Produa FM adalah remaja) cukup baik. Beberapa pertanyaan yang terekam oleh saya antara lain:


Bagaimana cara mendapatkan ide?


Ide bisa diperoleh dari mana saja. Buka mata, telinga, dan rasakan setiap peristiwa yang terjadi di sekitarmu. Pasti banyak yang bisa dijadikan tulisan. Misalnya, sambil menunggu bus, lihatlah orang-orang di sekitarmu, adakah karakter yang cocok untuk ceritamu? Amati seorang pengemis, anak kecil bersama ibunya, bapak yang sedang membaca surat kabar, atau pemuda yang melamun. Bayangkan, kira-kira seperti apa karakter mereka. Nah, kamu sudah mendapatkan satu tokoh cerita. Mudah, kan?



Mengapa cerita yang saya tulis tidak pernah selesai?


Biasanya, seseorang tidak pernah menyelesaikan cerita yang ditulisnya karena terlalu sibuk merevisi. Bisa jadi baru menulis beberapa kalimat tiba-tiba ingin kembali ke kalimat awal dan merevisinya. Begitu terus. Lama kelamaan, jadi jenuh dengan cerita itu.

Agar tulisan selesai, cobalah membuat poin-poin ceritanya terlebih dahulu. lalu jabarkan melalui paragraf-paragraf sesuai dengan poin-poin yang sudah dibuat. Teruslah menulis sampai selesai. jangan tergoda untuk merevisi sebelum selesai. Setelah selesai, endapkan dahulu. Artinya, hentikan aktivitas menulis, mulailah aktivitas lain seperti membaca, mendengar musik, pergi berjalan-jalan, dan sebagainya. Keesokan harinya, saat pikiran terasa fresh baca ulang cerita itu dan revisilah.

Kasih tahu dong resepnya agar produktif menulis?


Sederhana saja. Fokus dan konsisten. Saya menamkan motivasi pada diri sendiri agar ingat tujuan semula, yaitu menjadi penulis ya harus banyak menulis.

Oya, satu lagi. Disiplin itu juga penting. Saya punya target harian dan mingguan meskipun saat itu sedang tidak ada deadline dari penerbit atau media. Jadi, saya terus menulis ada atau tidak ada orderan. :)

Apa yang kamu lakukan ketika merasa stuck atau jenuh menulis?


Berhenti menulis, cari udara segar. Kadang-kadang mendengarkan musik, atau membaca buku. Membaca banyak buku penting bagi penulis. Kamu bisa mendapatkan banyak ide dari bacaanmu. Kalaupun tidak, kosakata akan bertambah, dan bisa belajar merangkai kata dari buku-buku tersebut.


Boleh nggak sih menulis dengan gaya remaja, kocak, dan nggak serius?


Boleh saja. Nantinya setelah banyak menulis, kamu akan menemukan gaya tulisan dan genre yang paling cocok untukmu. Tetapi, yang perlu diingat biasakan untuk menulis dengan tulisan yang rapi, bukan menggunakan tulisan alay. Dedew, penulis Anak Kost Dodol punya gaya bercerita yang kocak, tapi tetap enak dibaca kan? Atau pernah baca bukunya Iwok Abqary? Lucu, remaja banget. Keren deh pokoknya.

Saat on air

Bagaimana agar tulisan kita dilirik penerbit atau redaktur media?


Editor penerbitan atau redaktur majalah setiap hari mendapatkan kiriman banyak naskah. Agar tulisanmu dilirik harus berbeda dan unik. Tetapi selain itu, harus rapi, tidak banyak typo, dan menggunakan tata bahasa yang baik, sesuai kaidah KBBI. Jangan lupakan judul dan data diri agar mereka bisa menghubungi kita jika tertarik dengan tulisan kita.


Enak ya, bisa kerja dari rumah? 

Tiap pekerjaan pasti ada plus minusnya. Enaknya jadi penulis bisa kerja dari rumah. Tapi... harus siap jadi bos untuk diri sendiri. Artinya, karena tidak ada yang "memaksa" menulis (kecuali jika ada order) kita harus menulis atas kemauan sendiri. Selain itu, harus pandai-pandai mengatur waktu. Pernah nggak terbayang olehmu saat orang-orang sedang enak-enak tidur, saya bangun pagi-pagi buta, untuk menulis? Pernah nggak kebayang, saat banyak masalah, deadline tetap harus dikerjakan?
Enak nggak enak, saat sudah memutuskan jadi penulis harus siap dengan konsekuensinya. Saya sendiri, merasa beruntung karena menulis yang dulunya hobi bisa jadi profesi. Mengerjakan sesuatu yang jadi kesukaan nggak bakal merasa terbebani kan?

Selain menulis, apa yang kamu lakukan?

Selain menulis, saya juga mengajar. Mengajar apa? Menulis juga dong. Istilah kerennya, trainer penulisan. Oya, saya juga menjadi contributing editor untuk sebuah media online.


Saya suka menulis, tapi hanya di blog. Bisa nggak tulisan saya dibukukan?

Bisa saja. Awalnya, buku Notes From Qatar ditulis oleh Muhammad Assad di blognya. Karena isinya yang menarik, lalu ada penerbit yang berminat menerbitkannya. Kamu juga bisa kok seperti itu. Tulis di blogmu cerita-cerita yang ada benang merahnya (maksudnya punya satu tema besar). Siapa tahu ada penerbit yang melirik tulisanmu. :) Semangat ya.


No comments :

Post a Comment