Tulisan ini dimuat di Leisure, Republika 18 September 2012. Panjang tulisan sekitar 800 kata. Sertakan juga foto-foto pendukung, pilih yang kualitasnya baik (saya biasa mengirimkan lebih dari 10 foto agar redaksi bisa memilih yang terbaik). Lengkapi tulisan dengan keterangan "Naik Apa Habis Berapa", data diri serta no. rek. Kirim melalui attachment ke e-mail leisure@rol.republika.co.id. Selamat menulis!
Beberapa kali saat pulang kampung,
saya sempat melintas di depan Masjid Agung Jawa Tengah. Saya berangan-angan,
suatu hari nanti harus menelusuri masjid yang luas dan megah itu. Usai lebaran
kemarin, akhirnya saya berkesempatan menjelajah masjid tersebut, mulai dari
halaman, menara, museum, ruang utama, hingga wisma.
Megah
dan Indah
Suatu
hari, jelang siang, saya melaju ke Masjid Agung Jawa Tengah. Kompleks masjid
ini menurut salah seorang teman yang bersama saya, mencapai 10 hektar dengan
luas bangunan utama seluas 7.669 meter persegi. Menurut prasasti, masjid ini
dibangun mulai 6 September 2002 dan diresmikan 14 November 2006. Saat sholat
Ied, masjid dipadati pengunjung hingga ke pelatarannya. Informasi yang saya
peroleh, Masjid Agung Jawa Tengah ini dapat menampung sekitar 15 ribu jamaah.
Selain
nampak megah, keindahan masjid terpancar dari arsitekturnya, yang merupakan
perpaduan arsitektur Jawa, Timur Tengah, dan dibumbui detail Romawi yang nampak
pada sudut lengkung pilar bangunan yang sekilas mengingatkan saya pada Coloseum
di Roma. Ketika saya perhatikan terlihat dari motif-motif batik seperti tumpal,
kawung dan parang-parangan pada bagian dasar tiang penyangga. Juga terdapat
kaligrafi pada dinding masjid.
Uniknya,
terdapat enam payung hidrolik besar berada di pelataran masjid. Payung-payung
tersebut dibuka untuk menaungi para jamaah saat dibutuhkan. Payung-payung ini
diadopsi dari Masjid Nabawi di Madinah. Dari arah pintu masuk menuju pelataran
ada lima ornamen berjajar membentuk hiasan yang indah. Ternyata setelah saya
amati, ornament tersebut bertuliskan lima rukun Islam.
Menjelang sore, saya
terpesona menyaksikan sinar matahari yang menerobos di sela-sela bangunan dan
pilar-pilar. Di antara sinar jingga, masjid berhiaskan warna dominan putih,
ungu dan keemasan ini semakin cantik.
Menara
Asmaul Husna
Di
depan pelataran masjid, tepatnya di pojok barat daya masjid, terdapat sebuah
menara. Tinggi menara tersebut 99 meter, melambangkan 99 Asmaul Husna. Ramai
orang yang masuk ke dalamnya menggelitik hati saya untuk mengikuti. Meski saat
masuk ke area masjid pengunjung tidak dipungut bayaran, untuk masuk ke dalam
menara tersebut pengunjung membayar Rp 5000,- per orang.
Sampai
di puncak menara, ada beberapa teropong yang menarik perhatian saya. Ternyata,
melalui teropong tersebut pengunjung bisa melihat pemandangan kota Semarang
dari kejauhan. Rumah-rumah penduduk, petak-petak sawah, bahkan kesibukan kapal
yang mondar-mandir di pelabuhan terlihat. Teropong ini juga digunakan untuk
melihat rukyatul hilal. Jika ingin menggunakan teropong, pengunjung tinggal
memasukkan koin ke dalamnya.
Dari puncak menara, kemegahan masjid
semakin terlihat. Bangunan masjid terlihat seluruhnya dari atas sehingga detail
lantai pelataran masjid yang coraknya kotak-kotak unik nampak jelas dari atas.
Saat berada di puncak menara tersebut, saya merasakan betapa kecilnya saya di
hadapan Allah yang Maha Besar dan Maha Kuasa.
Artikel Religi di Leisure, Republika |
Museum
Di menara
masjid, tepatnya di lantai 2 dan 3, terdapat Museum Perkembangan Islam Jawa
Tengah. Saya tertarik masuk ke dalamnya dan menemukan berbagai koleksi museum
yang mencakup peninggalan Islam seperti Al Quran, miniatur masjid, foto-foto
penting, hingga “tatal” (bagian dari tiang utama Masji Agung Demak atau Saka
Sunan Kalijaga). Selain peninggalan sejarah yang bernafaskan Islam, juga
terdapat gamelan, keramik-keramik kuno, dan beberapa komputer layar sentuh yang
bisa digunakan pengunjung untuk menyelami pengetahuan lebih dalam.
Bangunan
Penunjang yang Lengkap
Dari
menara, saya berjalan mengitari kompleks masjid. Selain bangunan utama masjid
sebagai tempat beribadah, kompleks Masjid Agung Jawa Tengah ini juga terdapat
beberapa bangunan pendukung. Auditorium di sayap kanan masjid berfungsi sebagai
tempat untuk pameran, pernikahan, dan kegiatan-kegiatan lainnya. Sedangkan
auditorium di sayap kiri masjid, digunakan sebagai ruang perpustakaan ruang
perkantoran, juga disewakan untuk umum.
Jika
ingin menginap di kompleks masjid, terdapat pula penginapan yang bernama Hotel
Graha Agung di bagian utara masjid. Sementara di sekeliling masjid terdapat
pertokoan kecil yang menjual berbagai barang cindera mata dan kebutuhan ibadah,
serta kios makanan dan minuman.
Pada kunjungan ke
Semarang beberapa waktu lalu, saat melintas di hari Minggu, dari kejauhan saya
sempat melihat pelataran masjid ramai oleh pengunjung Biasanya mereka
mengunjungi arena hiburan untuk anak-anak di tempat tersebut. Salah satu yang
menjadi favorit pengunjung adalah kereta kelinci yang memutari kompleks masjid.
Salah satu tempat yang
paling ingin dikunjungi saat berada di masjid ini adalah restoran yang berada
di menara Asmaul Husna lantai 18. Yang menarik dari restoran yang disebut
sebagai “Restoran Berputar” ini adalah lantainya yang bisa berputar 360
derajat, setiap menit. Pengunjung yang makan makanan khas Jawa Tengah yang
disajikan di sini bisa makan sambil menikmati pemandangan kota Semarang dari
jendela kacanya. Sayangnya, saat itu saya tidak berkesempatan untuk mencoba
retoran ini. Pasalnya saat itu pengunjung sedang ramai sementara resto tersebut
terbatas kapasitasnya.
Naik
apa?
Untuk
menuju Masjid Agung Jawa Tengah yang letaknya di Jl. Gajah Raya, yaitu di
kelurahan Sambirejo, Kecamatan Gayamsari, Semarang. banyak rute yang bisa
dilalui dari terminal Terboyo ataupun dari Bandara Ahmad Yani. Pengunjung bisa
naik bus, angkutan kota, maupun kendaraan pribadi.
Jika menggunakan
kendaraan pribadi inilah rute yang bisa ditempuh. Dari arah Demak, pengunjung
bisa melintas melalui Jl. Kaligawe menuju Jl. Citarum lalu berbelok kanan ke
arah Jl. Gajah. Dari arah pusat kota (Simpang Lima), pengunjung bisa mengambil
jalan lurus ke arah timur menuju Jl. Majapahit lalu berbelok kiri ke Jl. Gajah
ketika sampai di depan Lottemart. Dari arah Yogyakarta, pengunjung bisa
melintas di Jl. Wahidin, lalu belok kanan di Jl. Tentara Pelajar, ketika
melewati Pasar Mrican berbelok kiri ke Jl. Lamper lalu terus menuju Jl. Gajah.
mba, saya pernah nulis postingan di blog ala wisata religi begini. kalo misalnya saya mau kirim ke republika menurut mba gimana, secara etika? tentu dengan dipermak terlebih dahulu. plis visit my blog untuk balas komennya xixixi jadi maksa judulnya :)
ReplyDeletebagus juga ya ada museumnya juga :)
ReplyDeletemenarik mbak masjidnya juga bangunan penunjangnya. Semoga yg datang k sana tidak hanya sekedar wisata ya mbak tapi krn u ibadah juga hehe saya jadi ingin ke sana juga...
ReplyDeleteWah ty infonya.. mf numpng share umpn blik :D http://tugascumi.blogspot.com/2013/02/wali-songo.html Ty..
ReplyDeletembak klo dr terboyo naik bus atau angkotan jurusan mana..???
ReplyDeletetrim's.