Monday, September 24, 2012

(Artikel Wisata) Masjid Agung Jawa Tengah



Tulisan ini dimuat di Leisure, Republika 18 September 2012. Panjang tulisan sekitar 800 kata. Sertakan juga foto-foto pendukung, pilih yang kualitasnya baik (saya biasa mengirimkan lebih dari 10 foto agar redaksi bisa memilih yang terbaik). Lengkapi tulisan dengan keterangan "Naik Apa Habis Berapa", data diri serta no. rek.  Kirim melalui attachment ke e-mail leisure@rol.republika.co.id. Selamat menulis!


Beberapa kali saat pulang kampung, saya sempat melintas di depan Masjid Agung Jawa Tengah. Saya berangan-angan, suatu hari nanti harus menelusuri masjid yang luas dan megah itu. Usai lebaran kemarin, akhirnya saya berkesempatan menjelajah masjid tersebut, mulai dari halaman, menara, museum, ruang utama, hingga wisma.


Megah dan Indah
            Suatu hari, jelang siang, saya melaju ke Masjid Agung Jawa Tengah. Kompleks masjid ini menurut salah seorang teman yang bersama saya, mencapai 10 hektar dengan luas bangunan utama seluas 7.669 meter persegi. Menurut prasasti, masjid ini dibangun mulai 6 September 2002 dan diresmikan 14 November 2006. Saat sholat Ied, masjid dipadati pengunjung hingga ke pelatarannya. Informasi yang saya peroleh, Masjid Agung Jawa Tengah ini dapat menampung sekitar 15 ribu jamaah.
            Selain nampak megah, keindahan masjid terpancar dari arsitekturnya, yang merupakan perpaduan arsitektur Jawa, Timur Tengah, dan dibumbui detail Romawi yang nampak pada sudut lengkung pilar bangunan yang sekilas mengingatkan saya pada Coloseum di Roma. Ketika saya perhatikan terlihat dari motif-motif batik seperti tumpal, kawung dan parang-parangan pada bagian dasar tiang penyangga. Juga terdapat kaligrafi pada dinding masjid.
            Uniknya, terdapat enam payung hidrolik besar berada di pelataran masjid. Payung-payung tersebut dibuka untuk menaungi para jamaah saat dibutuhkan. Payung-payung ini diadopsi dari Masjid Nabawi di Madinah. Dari arah pintu masuk menuju pelataran ada lima ornamen berjajar membentuk hiasan yang indah. Ternyata setelah saya amati, ornament tersebut bertuliskan lima rukun Islam.
Menjelang sore, saya terpesona menyaksikan sinar matahari yang menerobos di sela-sela bangunan dan pilar-pilar. Di antara sinar jingga, masjid berhiaskan warna dominan putih, ungu dan keemasan ini semakin cantik.
           


Menara Asmaul Husna
            Di depan pelataran masjid, tepatnya di pojok barat daya masjid, terdapat sebuah menara. Tinggi menara tersebut 99 meter, melambangkan 99 Asmaul Husna. Ramai orang yang masuk ke dalamnya menggelitik hati saya untuk mengikuti. Meski saat masuk ke area masjid pengunjung tidak dipungut bayaran, untuk masuk ke dalam menara tersebut pengunjung membayar Rp 5000,- per orang.
            Sampai di puncak menara, ada beberapa teropong yang menarik perhatian saya. Ternyata, melalui teropong tersebut pengunjung bisa melihat pemandangan kota Semarang dari kejauhan. Rumah-rumah penduduk, petak-petak sawah, bahkan kesibukan kapal yang mondar-mandir di pelabuhan terlihat. Teropong ini juga digunakan untuk melihat rukyatul hilal. Jika ingin menggunakan teropong, pengunjung tinggal memasukkan koin ke dalamnya.
            Dari puncak menara, kemegahan masjid semakin terlihat. Bangunan masjid terlihat seluruhnya dari atas sehingga detail lantai pelataran masjid yang coraknya kotak-kotak unik nampak jelas dari atas. Saat berada di puncak menara tersebut, saya merasakan betapa kecilnya saya di hadapan Allah yang Maha Besar dan Maha Kuasa.
Artikel Religi di Leisure, Republika

Museum
            Di menara masjid, tepatnya di lantai 2 dan 3, terdapat Museum Perkembangan Islam Jawa Tengah. Saya tertarik masuk ke dalamnya dan menemukan berbagai koleksi museum yang mencakup peninggalan Islam seperti Al Quran, miniatur masjid, foto-foto penting, hingga “tatal” (bagian dari tiang utama Masji Agung Demak atau Saka Sunan Kalijaga). Selain peninggalan sejarah yang bernafaskan Islam, juga terdapat gamelan, keramik-keramik kuno, dan beberapa komputer layar sentuh yang bisa digunakan pengunjung untuk menyelami pengetahuan lebih dalam.

Bangunan Penunjang yang Lengkap
            Dari menara, saya berjalan mengitari kompleks masjid. Selain bangunan utama masjid sebagai tempat beribadah, kompleks Masjid Agung Jawa Tengah ini juga terdapat beberapa bangunan pendukung. Auditorium di sayap kanan masjid berfungsi sebagai tempat untuk pameran, pernikahan, dan kegiatan-kegiatan lainnya. Sedangkan auditorium di sayap kiri masjid, digunakan sebagai ruang perpustakaan ruang perkantoran, juga disewakan untuk umum.
            Jika ingin menginap di kompleks masjid, terdapat pula penginapan yang bernama Hotel Graha Agung di bagian utara masjid. Sementara di sekeliling masjid terdapat pertokoan kecil yang menjual berbagai barang cindera mata dan kebutuhan ibadah, serta kios makanan dan minuman.
Pada kunjungan ke Semarang beberapa waktu lalu, saat melintas di hari Minggu, dari kejauhan saya sempat melihat pelataran masjid ramai oleh pengunjung Biasanya mereka mengunjungi arena hiburan untuk anak-anak di tempat tersebut. Salah satu yang menjadi favorit pengunjung adalah kereta kelinci yang memutari kompleks masjid.
Salah satu tempat yang paling ingin dikunjungi saat berada di masjid ini adalah restoran yang berada di menara Asmaul Husna lantai 18. Yang menarik dari restoran yang disebut sebagai “Restoran Berputar” ini adalah lantainya yang bisa berputar 360 derajat, setiap menit. Pengunjung yang makan makanan khas Jawa Tengah yang disajikan di sini bisa makan sambil menikmati pemandangan kota Semarang dari jendela kacanya. Sayangnya, saat itu saya tidak berkesempatan untuk mencoba retoran ini. Pasalnya saat itu pengunjung sedang ramai sementara resto tersebut terbatas kapasitasnya.

Naik apa?
            Untuk menuju Masjid Agung Jawa Tengah yang letaknya di Jl. Gajah Raya, yaitu di kelurahan Sambirejo, Kecamatan Gayamsari, Semarang. banyak rute yang bisa dilalui dari terminal Terboyo ataupun dari Bandara Ahmad Yani. Pengunjung bisa naik bus, angkutan kota, maupun kendaraan pribadi.
Jika menggunakan kendaraan pribadi inilah rute yang bisa ditempuh. Dari arah Demak, pengunjung bisa melintas melalui Jl. Kaligawe menuju Jl. Citarum lalu berbelok kanan ke arah Jl. Gajah. Dari arah pusat kota (Simpang Lima), pengunjung bisa mengambil jalan lurus ke arah timur menuju Jl. Majapahit lalu berbelok kiri ke Jl. Gajah ketika sampai di depan Lottemart. Dari arah Yogyakarta, pengunjung bisa melintas di Jl. Wahidin, lalu belok kanan di Jl. Tentara Pelajar, ketika melewati Pasar Mrican berbelok kiri ke Jl. Lamper lalu terus menuju Jl. Gajah.

5 comments :

  1. mba, saya pernah nulis postingan di blog ala wisata religi begini. kalo misalnya saya mau kirim ke republika menurut mba gimana, secara etika? tentu dengan dipermak terlebih dahulu. plis visit my blog untuk balas komennya xixixi jadi maksa judulnya :)

    ReplyDelete
  2. bagus juga ya ada museumnya juga :)

    ReplyDelete
  3. menarik mbak masjidnya juga bangunan penunjangnya. Semoga yg datang k sana tidak hanya sekedar wisata ya mbak tapi krn u ibadah juga hehe saya jadi ingin ke sana juga...

    ReplyDelete
  4. Wah ty infonya.. mf numpng share umpn blik :D http://tugascumi.blogspot.com/2013/02/wali-songo.html Ty..

    ReplyDelete
  5. mbak klo dr terboyo naik bus atau angkotan jurusan mana..???
    trim's.

    ReplyDelete