Kebetulan,
saya mengajar ekskul menulis di sebuah sekolah. Kami belajar di ruang ICT.
Anak-anak bisa mengakses internet melalui komputer masing-masing. Saya pun
memanfaatkan kesempatan ini untuk memperkenalkan blog pada anak didik saya.
Awalnya,
saya meminta mereka membuka blog saya supaya bisa melihat lebih banyak
contoh-contoh cerpen yang pernah saya tulis. Lama kelamaan, ada yang bertanya,
“Bu, gimana sih, cara bikin blog seperti ini?” Tentu saja, rupanya pancingan
saya kena juga hehehe. Untuk anak-anak SD, saya baru jelaskan secara garis
besar karena keterbatasan waktu mengajar (saya mengajar hanya 1,5 jam).
Sedangkan untuk anak-anak SMP, saya minta mereka mencoba sendiri di rumah.
Tampilan blog saya |
Bagi
saya, banyak yang bisa mereka peroleh dari blog. Pertama, anak-anak akan tahu,
internet bukan sekadar bisa dipakai untuk socmed. Di blog, mereka bisa belajar
menulis. Kedua, mereka juga belajar melek tekhnologi, mengutak-atik blog butuh
ketrampilan, lho. Juga kesabaran dan ketelatenan tentu saja. Ketiga, melalui
blog, mereka bisa belajar apa saja. Saya berharap banyak hal positif yang
mereka bisa ambil dari blog, karena itu saya juga memberikan ‘rambu-rambu’ yang
berkaitan dengan penggunaan blog.
Suasana belajar mengajar di ruang ICT |
Lalu
apa kaitan blog dengan pintu ke mana saja seperti yang saya tulis di awal
tulisan saya ini? Bagi saya, blog ini mirip pintu Doraemon, yang bisa membuat
saya mengajak anak-anak didik saya ‘terbang’ ke mana saja dan ke masa kapan
saja. Maksudnya bagaimana? Begini, lho.
Pintu Masa Lalu : Belajar dari Karya
Orang Lain
“Bu, aku mau lihat cerpen-cerpen Ibu
yang pernah dimuat. Boleh nggak?” tanya salah satu muridku dengan mata penuh
harap.
“Tentu saja boleh,” jawabku.
“Asyik. Minggu depan Ibu bawa
fotocopiannya kan?” ujarnya penuh semangat.
Aku tersenyum, lalu berkata, “Kamu
buka blog Ibu saja. Di sana banyak cerpen-cerpen Ibu. Sini, Ibu ajari.”
Saya
lalu memberitahukan pada anak-anak alamat blog saya dan tag yang saya pakai
untuk cerpen-cerpen anak yang saya tulis. Saya memang sengaja mengumpulkan
cerpen-cerpen itu ke dalam blog untuk dokumentasi. Sekaligus supaya orang lain
yang membaca bisa mengambil manfaatnya. Bukan bermaksud pamer, saya tahu banyak
teman-teman penulis yang mungkin karyanya jauh lebih hebat dibanding saya.
Saya
sendiri pun banyak belajar dari karya-karya mereka yang dipajang di blog. Sekali
waktu, saya juga mengajak mereka berkunjung ke blog penulis lainnya, supaya
mereka bisa membaca karya orang lain selain saya. Saya memilihkan blog yang
tulisannya sesuai dengan usia mereka. Misalnya, blog para penulis cilik (seperti, blog milik Laksita Judith)
Bayangkan
kalau saya harus fotocopy semua karya saya untuk dibagikan pada murid-murid
saya. Jelas lebih merepotkan dan membutuhkan banyak kertas. Di sekolah tempat
saya mengajar bahkan midterm progress report pun dikirim melalui e-mail ke
orangtua murid untuk menghemat kertas. Saya sengaja mengurangi penggunaan
kertas untuk mendukung program sekolah ramah lingkungan.
Contoh cerita yang saya berikan pada anak-anak |
Kembali
lagi pada kegiatan kami tersebut. Anak-anak yang belum puas membaca
cerpen-cerpen saya melalui blog bisa meneruskannya di rumah. Terkadang, saya
minta mereka membaca salah satu judul lalu menyebutkan poin-poin penting dalam
cerpen itu, seperti tokoh dan karakternya, settingnya, dan konfliknya. Tanpa
sadar, mereka telah belajar memahami materi yang saya berikan sebelumnya. Manfaat
lain dari kegiatan ini, anak-anak menjadi lebih bersemangat menulis. Mereka
jadi tahu, anak-anak seusia mereka pun bisa menulis cerita dengan baik.
“Aku
ingin bisa bikin cerita seperti itu, Bu!” kata mereka.
“Kamu
pasti bisa, Nak,” jawab saya sambil tersenyum.
Pintu Masa Kini : Mencari Ilmu dan
Penyemangat
“Bu, akau kalau menulis, setiap habis
dialog pakai ‘katanya’ terus,” lapor salah seorang muridku.
“Coba pakai kata lain. Kira-kira bisa
tidak?” pancingku.
“Misalnya apa, Bu?” dia balik
bertanya.
Belajar menulis komik |
Saya
pun membuka blog. Kebetulan saya pernah menuliskannya, setelah saya memberikan
les privat pada seorang anak. Ada beberapa postingan di dalam blog saya yang
mengulas tips menulis cerita untuk anak. Salah satunya ada di sini. Saya pun membagikannya untuk
murid-murid saya.
Melihat kegiatan penulis cilik |
Selain
tips, juga menunjukkan beberapa postingan tentang kegiatan para penulis cilik.
Anak-anak biasanya lebih termotivasi melihat teman sebaya mereka. Salah satu
yang mereka baca adalah postingan tentang kegiatan putri saya ini. Saat mereka
down karena naskahnya tidak lolos lomba atau tidak berhasil menyelesaikan
ceritanya, saya menyemangati mereka melalui blog. Alhamdulillah, resep ini
lumayan berhasil.
Pintu Masa Depan : Merancang Impian
“Sejak kecil aku ingin jadi penulis,
Bu. Tapi aku nggak pernah bilang begitu kalau ditanya orang. Malu. Baru
sekarang ini aku berani bilang ingin jadi penulis,” ujar Maryam, salah satu
murid saya yang sudah duduk di kelas 9.
“Kenapa kamu malu?” tanyaku.
“Ya… karena setiap kali aku bilang
ingin jadi penulis, orang yang bertanya balik bertanya, ‘Kenapa ingin jadi
penulis? Kenapa nggak jadi dokter saja?’ Begitu, Bu,” dia pun mengaku.
Saya
menghela napas. Saya akui, masih banyak orang yang kurang paham pekerjaan
penulis. Mereka mungkin berpikir, menulis bukan pekerjaan bergengsi ataupun
mendatangkan materi berlimpah. Namun saya meyakini, jika seseorang melakukan
pekerjaan yang dicintai, sesuai passion-nya, maka materi dalam bentuk apapun
akan datang sendiri.
Supaya
Maryam bisa dengan bangga menyebutkan profesi penulis sebagai cita-citanya,
saya pun memberikan gambaran pekerjaan penulis. Saya ajak dia melihat-melihat
blog saya. Untung saja saya termasuk rajin mendokumentasikan kegiatan seperti
book launching, talkshow, promo buku di radio atau televisi, sesi berbagi ilmu
melalui workshop dan sebagainya. Saya juga katakana penulis bukan hanya menulis
buku atau cerita, tapi bisa jadi penulis skenario, penulis content web,
blogger, editor, dan masih banyak lagi yang lainnya.
Maryam
terlihat tertarik waktu saya ceritakan tentang profesi blogger. Saya juga
bilang, kelak, profesi ini akan semakin diminati dan dihargai. Saya juga
tunjukkan beberapa job review yang pernah saya tulis, supaya bisa menjadi
penyemangatnya.
Apa
katanya setelah mendengar cerita saya?
“Sekarang,
aku sudah tahu penulis bisa bekerja di banyak bidang. Kalau ditanya orang, aku
akan bilang bahwa aku ingin jadi penulis kelak.”
“Insya
Allah, Maryam akan jadi penulis yang hebat. Nggak ada yang salah dengan
cita-citamu, selama kamu yakin itu bermanfaat dan baik di mata-Nya,” balasku.
Ya,
mungkin saya tidak setiap hari bersama anak didik saya ini. Waktu mengajar
ekskul menulis hanya seminggu sekali. Tapi saya merasa bertanggung jawab untuk
mengenalkan sebanyak mungkin tentang profesi penulis karena mereka belajar
menulis di kelas saya.
Sebagai
guru, terutama karena saya memperkenalkan blog pada murid-murid saya, ada
beberapa hal penting yang saya pegang dalam penggunaan TIK ini, antara lain:
Menulis Konten Positif
Karena
saya sudah memperkenalkan blog saya pada anak-anak, saya punya tanggung jawab
moral. Guru adalah salah satu role model anak-anak. Jadi, mengecek dulu konten
sebelum posting hukumnya wajib. Dengan memberikan konten yang positif untuk
anak-anak saya berharap anak-anak terbiasa melakukan hal yang sama jika kelak
mereka menulis, di media apapun.
Menyampaikan Etika Penulisan
Saya
juga mengajarkan pada anak-anak bahwa ada etika menulis. Terkadang, saking
terinspirasinya mereka pada suatu karya, tanpa sadar mereka menulis hal yang
sama persis. Penting bagi saya untuk mengingatkan pada mereka ketika ini
terjadi. Blog bagi saya merupakan salah satu media pembelajaran yang bisa saya
pakai untuk memberikan contoh-contoh etika penulisan. Misalnya, ketika saya
mengutip sesuatu, saya akan berikan sumbernya; ketika saya mengambil gambar
dari blog orang lain saya berikan linknya dan seterusnya.
Saat mereka asyik mengetik |
Memperkenalkan Rambu-Rambu dalam
Menggunakan Tekhnologi
Selain
etika penulisan, hal penting yang saya sampaikan pada anak-anak yaitu mereka
harus berhati-hati menggunakan tekhnologi, dalam hal ini internet. Waspada itu
perlu. Oleh karenanya, saya katakan mereka harus memastikan tidak menuliskan
identitas pribadi seperti alamat lengkap dan nomor telepon di dalam blog. Saya
beritahukan pada mereka risiko jika mereka melakukannya.
Sarana untuk Memperkaya Wawasan
Saya
menyadari, masih banyak kekurangan saya dalam mengajar. Karena itulah saya
menggunakan tekhnologi untuk memperkaya wawasan saya, terutama yang bermanfaat
dalam proses belajar mengajar. Kalau muridnya semangat belajar, gurunya harus
lebih semangat, dong. Salah satu hal yang sering saya lakukan adalah
memperhatikan blog teman-teman pengajar atau web pendidikan. Saya ‘curi’ ilmu
dari mereka. Misalnya menerapkan games dalam proses pembelajaran. Saya sangat
berterima kasih pada para guru yang mau berbagi strategi mengajar di blog. Itu
sangat membantu saya.
Nah,
itulah sedikit cerita saya tentang blog sebagai media pembelajaran. Teknologi
Informasi dan Komunikasi (TIK) sangat menunjang proses belajar mengajar di
kelas menulis yang saya bimbing. Saya berharap, murid-murid saya dapat terus
memanfaatkan TIK untuk kepentingan yang positif.
Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Guru Blogger Inspiratif 2014.
Sumber: FB Indonesia Terdidik TIK |
Super sekali mbak.
ReplyDeleteAda begitu bnyak sarana mendidik anak, dan blog ini adalah salah satunya.
Semoga sukses dan menang mbak
Aamiin. Terima kasih sudah mampir ya, Mbak :)
Deleteharus guru yang ikutan ya
ReplyDeleteIya, Mak Lid. Kalau menang mesti nunjukin surat dari sekolah yang bersangkutan :)
DeleteHalo mba,
ReplyDeleteApakah ada kelas menulis/les menulis untuk anak2 SD di Semarang? Kalau ada info, boleh dong di - share tempatnya...
Halo, Mbak. Salam kenal :)
DeleteAda beberapa teman penulis bacaan anak di Semarang. Saat ini yang memberi les menulis cerita untuk anak-anak adalah Norma Avicena (panggilannya Nungma). Ada FBnya. Silakan kontak dia :)
Artikel yg bagus mbak, semoga menang
ReplyDeleteAamiin. Terima kasih kunjungannya :)
DeleteWah..sangat inspiratif dan inovatif proses pembelajarannya
ReplyDeleteAlhamdulillah dengan cara ini anak-anak kembali bersemangat. Terima kasih kunjungannya :)
Deletewah ibu fita sangat kreatif deh dalam menyajikan materi belajar pada anak didiknya. semoga sukses selalu buat ibu ..
ReplyDeleteAamiin. Terima kasih, Pak. Saya banyak belajar dari teman-teman blogger kok. Merekalah yang menginspirasi saya :)
DeleteSaya suka gambar profilnya, keren :)
ReplyDeleteHehehe... ngg, itu fotografernya yang keren :))
DeleteSeneng banget baca tulisan ini. Bu Guru enggak hanya memperkenalkan, menyampaikan materi kpd anak2, tapi juga menanam etika dlm menggunakan internet. Inspiratif. :)
ReplyDeleteInsya Allah juara ini. ^-*
Aamiin. Terima kasih kunjungannya, Idah :)
DeleteSukaaaa banget dgn tulisan ini. Asyiiik... mengalirrr... sedaap :)
ReplyDeleteMudah-mudahan juri juga suka. Terima kasih sudah berkunjung :)
DeleteWah kereen murid mak Fita pada melek IT yaa
ReplyDeleteMereka dapat kelas khusus belajar di ruang komputer, Mak :)
Deleteheubat mbak..
ReplyDeletegood luck ya
Aamiin. Makasih mbak :)
DeleteTulisannya menarik, mengalir dan enak dibaca. Isinya pun mantaap.. berusaha menularkan kegemaran menulis pada anak-anak dan memberitahukan manfaatnya pada mereka..sukses selalu ya mbak.. :)
ReplyDeleteMakasih sudah mampir, Mbak. Mudah-mudahan bermanfaat :)
Deleteseperti tenggelam dalam cerita, isinya menarik dan ringan dicerna. kalau membaca adalah jendela dunia maka bagi saya dengan menulis adalah sebagai pengikatnya, salam
ReplyDeleteSengaja dibuat ringan supaya enak dibaca, Mas hehehe. Mudah-mudahan betah membacanya ;)
Deleteartikelnya inspiratif sekali mbak,,mbak juga pandai memberikan pandangan yang positif terhadap anak didik sehingga anak didik mbak termotivasi untuk melakukannya :)
ReplyDeleteDuh, saya jadi tersanjung baca komennya, Mbak. :) Ini hanya sharing kok, semoga bermanfaat ya :)
DeleteTulisannya inspiratif Mak.. :)
ReplyDeleteSaya jadi tertarik untuk belajar nulis lebih dalam lagi, barangkali suatu saat bisa ikut jejaknya Mak Fita, sukses untuk ngajarny.. :)
Inilah yg namanya guru masa kini, lanjutkan mbak, semoga selalu berkembang dan menjadi lebih baik lagi :)
ReplyDeleteMantap, pasti seneng banget ya kalo punya bu guru kayak gini, sangat inspiratif dan bisa memotivasi
ReplyDeletewah tengkiu udah mau sharing kak
ReplyDelete