Tuesday, May 20, 2014

Museum, "Rumah" untuk Semua Kalangan

Berbicara tentang museum, saya jadi teringat saat pertama kali saya membawa ketiga putri saya ke Museum Nasional. Waktu itu mereka masih balita. Si sulung baru menjelang 5 tahun, sedang kedua adik kembarnya baru 1 tahun. Komentar beberapa teman ketika tahu saya membawa anak-anak ke sana adalah, “Kecil-kecil sudah diajak ke museum. Memangnya mereka sudah ngerti?”

Saya hanya tersenyum menanggapi. Komentar yang mengelitik, memang. Jujur saja, saya sih, nggak berharap banyak dari kunjungan saya. Yang saya inginkan saat itu hanyalah, kami punya alternatif tempat berlibur selain ke mal. Tentu saja, dengan syarat, tempat tersebut haruslah yang edukatif.

So, here we are…

Makna Museum 
Museum memiliki banyak makna bagi kita. Beberapa di antaranya adalah:
  • Menyimpan sejarah.
  • Menjadi sumber informasi di masa depan untuk generasi berikutnya.
  • Simbol kecintaan suatu masyarakat pada bangsanya sendiri.
  • Menjadi penghubung antara satu masa ke masa lain, satu bangsa dengan bangsa lain, satu masyarakat dengan masyarakat lain yang berbeda budaya.
  • Dan masih banyak lagi yang lainnya.
Menilik manfaatnya yang sangat besar, maka sudah menjadi kewajiban kita untuk menjaganya. Karena jika kita kehilangan salah satu saja "saksi" sejarah yang tersimpan di dalam museum, maka akan terjadi kehilangan besar bagi ilmu pengetahuan. Sering kita dengar, bangsa yang besar adalah bangsa yang mengerti sejarah. Dari mana kita akan belajar sejarah jika tidak dari museum?

Museum Nasional, Sekilas di Masa Lalu
Berdirinya Museum Nasional bermula ketika sekumpulan masyarakat Belanda di Batavia mendirikan sebuah organisasi yang bergerak di bidang seni dan ilmu pengetahuan. Sejumlah koleksi budaya dan buku pun dikumpulkan  di sebuah rumah milik JCM Radermacher (salah satu pendiri perkumpulan ini) di Kalibesar.

Ketika rumah tersebut sudah tak cukup menampung benda koleksi yang semakin banyak, Raffles memerintahkan pembangunan gedung baru sebagai museum dan ruang pertemuan. Lokasinya di Jl. Majapahit yang sekarang menjadi kompleks gedung Sekretariat Negara.  Jumlah koleksi yang semakin banyak dari waktu ke waktu membuat museum tersebut tidak lagi memadai. Maka pada tahun 1862 dibangunlah gedung di Jl. Medan Merdeka Barat. Museum pun dibuka untuk umum pada tahun 1868.

Museum Nasional dikenal dengan sebutan Gedung Gajah karena di depannya terdapat sebuah patung gajah, hadiah dari Raja Chulalongkorn saat berkunjung. Dengan semboyan “memajukan ilmu-ilmu kebudayaan yang berfaedah untuk meningkatkan pengetahuan tentang kepulauan Indonesia dan negeri-negeri sekitarnya,” museum ini menyimpan sumber ilmu dan sejarah bagi masyarakat luas.
Patung Gajah. Dok: pribadi

Tulisan yang menyatakan patung tersebut sebagai hadiah. Dok: pribadi
Koleksi museum saat ini mencapai lebih dari 240 ribu yang berasal dari seluruh nusantara yang terbagi dalam beberapa kategori seperti history, geography, prasejarah, ethnography, archeology serta numismatic dan keramik. Bayangkan, gudang ilmu seperti apa yang akan kita peroleh dari tempat ini!

Museum Nasional, Saat Itu
Seumur hidup saya, saat itulah kali pertama saya masuk ke Museum Nasional. Terlambat? Mungkin. Meski saya berasal dari perantauan, saya sudah lebih dari 5 tahun tinggal di pinggiran Jakarta. Masak sih, sebagai warga negara Indonesia, saya nggak kenal museum ini? Tapi, lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali, kan.
Spanduk Visit Museum Year di tahun 2010. Dok: pribadi

Patung dari belakang. Dok: Pribadi

Halaman dalam, tampat bersih. Dok: Pribadi

Masuk ke halaman museum, putri sulung saya tertarik melihat patung gajah. Saya jelaskan bahwa patung gajah itu adalah pemberian dari seorang raja, nama kota Jakarta dahulu. Lalu kami pun melihat-lihat koleksi museum. Yang saya ingat saat itu, suasana yang temaram membuat anak-anak kurang nyaman. Untungnya, di bagian tertentu ada benda-benda koleksi yang membuat putri sulung saya senang. Misalnya, saat melihat patung-patung, senjata, dan alat-alat yang digunakan pada masa lampau.

Sayangnya lagi, saat itu tak banyak yang berkunjung meski sedang masa liburan. Namun, menurut petugas, saya mendapatkan keterangan bahwa mereka sering mendapat kunjungan anak-anak sekolah secara berombongan.

Museum Nanti
Banyak hal yang saya impikan tentang museum di masa depan. Harapan saya, museum bisa menjadi "rumah" untuk semua orang. Sebagaimana rumah yang kita tinggali, rasa nyaman akan membuat kita ingin selalu kembali ke tempat tersebut. Dengan demikian museum bisa menjadi alternatif liburan yang menyenangkan bagi masyarakat juga edukatif.

Mengutip kalimat ini dari Yusri Abdul Ghani Abdullah dalam bukunya, “Sejarah ingin agar kita tidak mengulangi kesalahan pada masa silam dan mengambil pelajaran guna membangun masa kini,” maka kita bisa menilik adanya hubungan sejarah dengan kehidupan sekarang. Generasi masa kini harus kenal dengan sejarah supaya mereka bisa mengambil hal-hal baik, menyingkirkan hal-hal buruk, dan membangun Indonesia dengan pemikiran baru.

Sebagai orangtua dan masyarakat, berikut ini beberapa usulan pemikiran yang menjadi harapan saya untuk museum.

Event bagi semua kalangan
Tak kenal maka tak sayang, begitu kata peribahasa. Bagaimana kita bisa mengharapkan generasi muda mengenal sejarahnya jika ke museum saja tak pernah? Untuk itu supaya lebih akrab dengan museum ada baiknya membuat banyak event bertempat di museum.

Info acara yang pernah diadakan di Museum Nasional. Sumber: FB Museum Nasional
Salah satu event yang bagus yang pernah saya dengar adalah A Day for Book. Saya, sebagai penulis, pengajar dan orang yang suka membaca buku sangat mengapresiasi kegiatan ini. Di waktu-waktu mendatang, ada beberapa kegiatan yang bisa dilakukan oleh museum supaya makin banyak kalangan yang datang ke tempat ini. Misalnya mengadakan berbagai kegiatan berkaitan dengan sejarah. Workshop menulis cerita bertema sejarah untuk anak-anak; workshop menggambar komik sejarah untuk remaja; pertunjukan film sejarah untuk keluarga; dan sebagainya, saya kira cukup menarik.

Duta museum
Seorang duta, akan menjadi role model bagi masyarakat untuk memperkenalkan museum ke masyarakat luas. Selain itu, mereka juga dapat mengajak dan merangkul generasi untuk mencintai sejarah. Tentu saja, duta museum pun juga harus punya pengetahuan yang luas tentang sejarah. Bersama-sama, kita akan belajar mencintai sejarah.

Media Interaktif
Di masa sekarang, media interaktif menjadi semacam kebutuhan. Supaya museum lebih memiliki daya tarik, letakkan media seperti itu di berbagai sisi. Dengan demikian, pengunjung bisa mudah mengakses informasi yang dibutuhkan. Selain informasi mengenai benda koleksi, bisa juga ditampilkan media interaktif games yang berisi tentang sejarah. Misalnya aplikasi games Tresure Hunt yang bisa ditemukan jika bisa menjawab pertanyaan dari mesin tersebut. Rasa-rasanya, anak-anak generasi sekarang akan tertarik memainkannya, ketimbang membaca papan informasi saja.

Tempat Rekreasi dan Tempat Belajar
Tempat belajar tak harus sekolah. Tempat rekreasi tak harus mal. Bagaimana jika kita menyatukan keduanya ke satu tempat yaitu museum? Mungkinkah? Menurut saya, ini sangat mungkin. Hanya saja, perlu kerjasama dari banyak kalangan supaya impian ini terwujud.
Kendi salah satu koleksi museum. Sumber: Web Museum 
Suasana di dalam museum. Sumber: FB Museum Nasional
  1. Museum haruslah dilengkapi pencahayaan yang baik, sehingga tidak temaram dan menakutkan.
  2. Desain bangunan yang modern dan menarik akan lebih “mengundang” masyarakat untuk berkunjung.
  3. Suasana yang nyaman, sirkulasi udara yang baik dan tidak lembab akan membuat betah.
  4. Orangtua sebaiknya menjadi panutan bagi anak-anaknya dalam hal mengajak mereka mencintai sejarah. Jika orangtua sering mengajak anak-anak ke museum, anak-anak akan menjadi generasi yang suka ke museum dibanding ke mal.
  5. Para pendidik yang mengajak murid-murid ke museum, mungkin bisa berinisiatif untuk memberi tugas yang lebih menarik. Misalnya, membuat laporan dalam bentuk buku bergambar atau komik hasil karya mereka. Dengan demikian, anak-anak akan lebih antusias dan tanpa sadar mereka banyak belajar.
  6. Benda koleksi yang terawat dengan baik akan lebih menarik.


Sumber: Web Museum Nasional

Website
Supaya masyarakat luas baik warga negara Indonesia maupun tidak bisa mengakses informasi tentang museum, website sebaiknya di-update secara berkala. Lengkapi dengan foto-foto kegiatan yang pernah dilakukan serta kolom untuk tanya jawab. Ada baiknya jika museum juga menyediakan e-book yang bisa diunduh secara gratis. Melalui web tersebut, ajak remaja, orangtua dan masyarakat untuk menjadi anggota komunitas museum. Akan lebih menyenangkan jika mereka digandeng menjadi kontributor untuk menulis artikel ringan dengan gaya bahasa yang mudah dicerna (tetap no alay ya) namun tetap berbobot.

Konsep Ramah Pengunjung
Pernahkah terbayang, betapa berbedanya kunjungan ke sebuah restoran atau gerai toko ternama dengan kunjungan ke mal? Sapaan selamat datang bagi pengunjung merupakan hal yang menentukan kesan. Karena itu, petugas di museum pun tidak sekadar menjalankan tugas, namun harus bisa membuat pengunjung betah. Memberi salam, menyapa, dan menerangkan dengan bahasa yang santun akan memberikan nilai plus di mata pengunjung. Konsep ramah pengunjung ini harus selalu ditekankan supaya pengunjung datang lagi dan lagi.

Mengenal sejarah menjadi tanggung jawab kita bersama. Sebagai orangtua, kita harus mengenalkannya pada anak-anak. Sebagai anggota masyarakat, kita harus ikut manjaga museum dan melestarikannya. Apa yang sudah kita lakukan untuk museum? Mari, lakukan sekarang agar museum menjadi “rumah” bagi semua kalangan. Dengan demikian, museum dapat menjembatani antar generasi; memberikan informasi sejarah dari satu masa ke masa lain; memberikan ilmu pengetahuan dari satu bangsa ke bangsa lain; dan pada akhirnya menumbuhkan semangat cinta tanah air dan kebangsaan.


Referensi:

30 comments :

  1. cantik bgt musiumnya ya mbk..keren

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bagian yang paling disuka anak-anak yang di halaman, mak heheh... Bersiih.

      Delete
  2. harus di mulai dari orang tua ya supaya anak-anak tahu sejarah juga melalui museum

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, supaya anak-anak meniru yang baik, Mak :)

      Delete
  3. museum nyaman serupa rumah...setuju mba...

    ReplyDelete
  4. Ikutan lomba ini harus pernah ke museum nasional ga si mak?blm pernah kesitu soalnya hehe ;)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Heheh nggak harus sepertinya, mak. Kan boleh ambil foto dan bahannya dari web resminya. :) Asal disertakan sumber gpp kan.

      Delete
  5. wah lengkap informasinya mbak fita. aku belum pernah ke sana nih. pengin ngajak anak-anak ke sana ah. ^_^

    ReplyDelete
  6. foto halaman museumnya asik mak.. jadi pengen ke situ kapan2. tulisannya bagus, moga menang ya mak ^_^

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin. Makasih ya, Mak. Iya, Mak asik halamannya hehe

      Delete
  7. Duh sayang euy waktu ajang Srikandi Blogger ga sempet llihat-lihat dulu sisi lain gedung ini. Sukses ngontesnya, ya, mak :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin, makasih ya, Mak. Hehehe fotoku di acara SB cuma foto narsis heheh

      Delete
  8. membaca tulisan ini jadi pengin berkunjung ke museum. Sukses untuk lombanya ya mbak. Salam

    ReplyDelete
  9. Menyimak tulisanmu. Jadi belajar menulis esay. Keren. Lengkap.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Makasih ya, Mbak. Senang disemangati begini hehe

      Delete
  10. Rumah yang ramah. :)


    Sayangnya pas ke museum ini, saya gak masuk area yg dalam itu. Hiks


    Semoga menang ya, Mbaaaaaa.

    ReplyDelete
  11. sekarang nyaman kalau pergi ke Museum Nasional :)

    ReplyDelete
  12. selamat ya mak..juara pertama....

    ReplyDelete
  13. selamat mbak, jadi pemenang pertama :))

    ReplyDelete
  14. Selamat ya mbak jadi juara 1, seperti prediksiku saat pertama kali baca tulisan di atas

    ReplyDelete
    Replies
    1. Makasih, Mas. Aslinya saya nggak pede. Ini postingan terburu-buru. Biasanya sempet mengendapkan. Tapi kali ini nggak hehe. Alhamdulillah masih rejeki :)

      Delete
  15. selamat mba fita, tulisannya bagus sekali :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Makasih banyak :) Saya masih terus belajar kok.

      Delete