Berbicara tentang museum, saya jadi
teringat saat pertama kali saya membawa ketiga putri saya ke Museum Nasional.
Waktu itu mereka masih balita. Si sulung baru menjelang 5 tahun, sedang kedua
adik kembarnya baru 1 tahun. Komentar beberapa teman ketika tahu saya membawa
anak-anak ke sana adalah, “Kecil-kecil sudah diajak ke museum. Memangnya mereka
sudah ngerti?”
Saya hanya tersenyum menanggapi.
Komentar yang mengelitik, memang. Jujur saja, saya sih, nggak berharap banyak
dari kunjungan saya. Yang saya inginkan saat itu hanyalah, kami punya
alternatif tempat berlibur selain ke mal. Tentu saja, dengan syarat, tempat
tersebut haruslah yang edukatif.
So, here we are…
Makna Museum
Museum memiliki banyak makna bagi kita. Beberapa di antaranya adalah:
- Menyimpan sejarah.
- Menjadi sumber informasi di masa depan untuk generasi berikutnya.
- Simbol kecintaan suatu masyarakat pada bangsanya sendiri.
- Menjadi penghubung antara satu masa ke masa lain, satu bangsa dengan bangsa lain, satu masyarakat dengan masyarakat lain yang berbeda budaya.
- Dan masih banyak lagi yang lainnya.
Menilik manfaatnya yang sangat besar, maka sudah menjadi kewajiban kita untuk menjaganya. Karena jika kita kehilangan salah satu saja "saksi" sejarah yang tersimpan di dalam museum, maka akan terjadi kehilangan besar bagi ilmu pengetahuan. Sering kita dengar, bangsa yang besar adalah bangsa yang mengerti sejarah. Dari mana kita akan belajar sejarah jika tidak dari museum?
Museum Nasional, Sekilas di Masa Lalu
Berdirinya Museum Nasional bermula
ketika sekumpulan masyarakat Belanda di Batavia mendirikan sebuah organisasi
yang bergerak di bidang seni dan ilmu pengetahuan. Sejumlah koleksi budaya dan
buku pun dikumpulkan di sebuah rumah
milik JCM Radermacher (salah satu pendiri perkumpulan ini) di Kalibesar.
Ketika rumah tersebut sudah tak cukup
menampung benda koleksi yang semakin banyak, Raffles memerintahkan pembangunan
gedung baru sebagai museum dan ruang pertemuan. Lokasinya di Jl. Majapahit yang
sekarang menjadi kompleks gedung Sekretariat Negara. Jumlah koleksi yang semakin banyak dari waktu
ke waktu membuat museum tersebut tidak lagi memadai. Maka pada tahun 1862
dibangunlah gedung di Jl. Medan Merdeka Barat. Museum pun dibuka untuk umum pada
tahun 1868.
Museum Nasional dikenal dengan sebutan
Gedung Gajah karena di depannya terdapat sebuah patung gajah, hadiah dari Raja
Chulalongkorn saat berkunjung. Dengan semboyan “memajukan ilmu-ilmu kebudayaan
yang berfaedah untuk meningkatkan pengetahuan tentang kepulauan Indonesia dan
negeri-negeri sekitarnya,” museum ini menyimpan sumber ilmu dan sejarah bagi
masyarakat luas.
Patung Gajah. Dok: pribadi |
Tulisan yang menyatakan patung tersebut sebagai hadiah. Dok: pribadi |
Koleksi museum saat ini mencapai
lebih dari 240 ribu yang berasal dari seluruh nusantara yang terbagi dalam beberapa
kategori seperti history, geography, prasejarah, ethnography, archeology serta numismatic
dan keramik. Bayangkan, gudang ilmu seperti apa yang akan kita peroleh dari
tempat ini!
Museum Nasional, Saat Itu
Seumur hidup saya, saat itulah kali pertama
saya masuk ke Museum Nasional. Terlambat? Mungkin. Meski saya berasal dari
perantauan, saya sudah lebih dari 5 tahun tinggal di pinggiran Jakarta. Masak
sih, sebagai warga negara Indonesia, saya nggak kenal museum ini? Tapi, lebih
baik terlambat daripada tidak sama sekali, kan.
Spanduk Visit Museum Year di tahun 2010. Dok: pribadi |
Patung dari belakang. Dok: Pribadi |
Halaman dalam, tampat bersih. Dok: Pribadi |
Masuk ke halaman museum, putri sulung
saya tertarik melihat patung gajah. Saya jelaskan bahwa patung gajah itu adalah
pemberian dari seorang raja, nama kota Jakarta dahulu. Lalu kami pun
melihat-lihat koleksi museum. Yang saya ingat saat itu, suasana yang temaram
membuat anak-anak kurang nyaman. Untungnya, di bagian tertentu ada benda-benda
koleksi yang membuat putri sulung saya senang. Misalnya, saat melihat
patung-patung, senjata, dan alat-alat yang digunakan pada masa lampau.
Sayangnya lagi, saat itu tak banyak
yang berkunjung meski sedang masa liburan. Namun, menurut petugas, saya
mendapatkan keterangan bahwa mereka sering mendapat kunjungan anak-anak sekolah
secara berombongan.
Museum Nanti
Banyak
hal yang saya impikan tentang museum di masa depan. Harapan saya, museum bisa
menjadi "rumah" untuk semua orang. Sebagaimana rumah yang kita
tinggali, rasa nyaman akan membuat kita ingin selalu kembali ke tempat
tersebut. Dengan demikian museum bisa menjadi alternatif liburan yang
menyenangkan bagi masyarakat juga edukatif.
Mengutip
kalimat ini dari Yusri Abdul Ghani Abdullah dalam bukunya, “Sejarah ingin agar
kita tidak mengulangi kesalahan pada masa silam dan mengambil pelajaran guna
membangun masa kini,” maka kita bisa menilik adanya hubungan sejarah dengan
kehidupan sekarang. Generasi masa kini harus kenal dengan sejarah supaya mereka
bisa mengambil hal-hal baik, menyingkirkan hal-hal buruk, dan membangun
Indonesia dengan pemikiran baru.
Sebagai
orangtua dan masyarakat, berikut ini beberapa usulan pemikiran yang menjadi
harapan saya untuk museum.
Event bagi
semua kalangan
Tak
kenal maka tak sayang, begitu kata peribahasa. Bagaimana kita bisa mengharapkan
generasi muda mengenal sejarahnya jika ke museum saja tak pernah? Untuk itu
supaya lebih akrab dengan museum ada baiknya membuat banyak event bertempat di
museum.
Info acara yang pernah diadakan di Museum Nasional. Sumber: FB Museum Nasional |
Salah
satu event yang bagus yang pernah saya dengar adalah A Day for Book. Saya,
sebagai penulis, pengajar dan orang yang suka membaca buku sangat mengapresiasi
kegiatan ini. Di waktu-waktu mendatang, ada beberapa kegiatan yang bisa
dilakukan oleh museum supaya makin banyak kalangan yang datang ke tempat ini.
Misalnya mengadakan berbagai kegiatan berkaitan dengan sejarah. Workshop
menulis cerita bertema sejarah untuk anak-anak; workshop menggambar komik
sejarah untuk remaja; pertunjukan film sejarah untuk keluarga; dan sebagainya,
saya kira cukup menarik.
Duta museum
Seorang
duta, akan menjadi role model bagi
masyarakat untuk memperkenalkan museum ke masyarakat luas. Selain itu, mereka
juga dapat mengajak dan merangkul generasi untuk mencintai sejarah. Tentu saja,
duta museum pun juga harus punya pengetahuan yang luas tentang sejarah.
Bersama-sama, kita akan belajar mencintai sejarah.
Media
Interaktif
Di
masa sekarang, media interaktif menjadi semacam kebutuhan. Supaya museum lebih
memiliki daya tarik, letakkan media seperti itu di berbagai sisi. Dengan
demikian, pengunjung bisa mudah mengakses informasi yang dibutuhkan. Selain
informasi mengenai benda koleksi, bisa juga ditampilkan media interaktif games
yang berisi tentang sejarah. Misalnya aplikasi games Tresure Hunt yang bisa ditemukan jika bisa menjawab pertanyaan dari
mesin tersebut. Rasa-rasanya, anak-anak generasi sekarang akan tertarik
memainkannya, ketimbang membaca papan informasi saja.
Tempat Rekreasi
dan Tempat Belajar
Tempat
belajar tak harus sekolah. Tempat rekreasi tak harus mal. Bagaimana jika kita
menyatukan keduanya ke satu tempat yaitu museum? Mungkinkah? Menurut saya, ini
sangat mungkin. Hanya saja, perlu kerjasama dari banyak kalangan supaya impian
ini terwujud.
Kendi salah satu koleksi museum. Sumber: Web Museum |
Suasana di dalam museum. Sumber: FB Museum Nasional |
- Museum haruslah dilengkapi
pencahayaan yang baik, sehingga tidak temaram dan menakutkan.
- Desain bangunan yang modern dan
menarik akan lebih “mengundang” masyarakat untuk berkunjung.
- Suasana yang nyaman, sirkulasi
udara yang baik dan tidak lembab akan membuat betah.
- Orangtua sebaiknya menjadi
panutan bagi anak-anaknya dalam hal mengajak mereka mencintai sejarah.
Jika orangtua sering mengajak anak-anak ke museum, anak-anak akan menjadi
generasi yang suka ke museum dibanding ke mal.
- Para pendidik yang mengajak
murid-murid ke museum, mungkin bisa berinisiatif untuk memberi tugas yang
lebih menarik. Misalnya, membuat laporan dalam bentuk buku bergambar atau
komik hasil karya mereka. Dengan demikian, anak-anak akan lebih antusias
dan tanpa sadar mereka banyak belajar.
- Benda koleksi yang terawat dengan baik akan lebih menarik.
Sumber: Web Museum Nasional
Website
Supaya masyarakat luas baik warga negara Indonesia maupun tidak bisa mengakses informasi tentang museum, website sebaiknya di-update secara berkala. Lengkapi dengan foto-foto kegiatan yang pernah dilakukan serta kolom untuk tanya jawab. Ada baiknya jika museum juga menyediakan e-book yang bisa diunduh secara gratis. Melalui web tersebut, ajak remaja, orangtua dan masyarakat untuk menjadi anggota komunitas museum. Akan lebih menyenangkan jika mereka digandeng menjadi kontributor untuk menulis artikel ringan dengan gaya bahasa yang mudah dicerna (tetap no alay ya) namun tetap berbobot.
Konsep Ramah Pengunjung
Pernahkah terbayang, betapa berbedanya kunjungan ke sebuah restoran atau gerai toko ternama dengan kunjungan ke mal? Sapaan selamat datang bagi pengunjung merupakan hal yang menentukan kesan. Karena itu, petugas di museum pun tidak sekadar menjalankan tugas, namun harus bisa membuat pengunjung betah. Memberi salam, menyapa, dan menerangkan dengan bahasa yang santun akan memberikan nilai plus di mata pengunjung. Konsep ramah pengunjung ini harus selalu ditekankan supaya pengunjung datang lagi dan lagi.
Mengenal sejarah menjadi tanggung jawab kita bersama. Sebagai orangtua, kita harus mengenalkannya pada anak-anak. Sebagai anggota masyarakat, kita harus ikut manjaga museum dan melestarikannya. Apa yang sudah kita lakukan untuk museum? Mari, lakukan sekarang agar museum menjadi “rumah” bagi semua kalangan. Dengan demikian, museum dapat menjembatani antar generasi; memberikan informasi sejarah dari satu masa ke masa lain; memberikan ilmu pengetahuan dari satu bangsa ke bangsa lain; dan pada akhirnya menumbuhkan semangat cinta tanah air dan kebangsaan.
Referensi:
cantik bgt musiumnya ya mbk..keren
ReplyDeleteBagian yang paling disuka anak-anak yang di halaman, mak heheh... Bersiih.
Deleteharus di mulai dari orang tua ya supaya anak-anak tahu sejarah juga melalui museum
ReplyDeleteIya, supaya anak-anak meniru yang baik, Mak :)
Deletemuseum nyaman serupa rumah...setuju mba...
ReplyDeleteAamiin, mudah-mudahan terwujud ya :)
DeleteIkutan lomba ini harus pernah ke museum nasional ga si mak?blm pernah kesitu soalnya hehe ;)
ReplyDeleteHeheh nggak harus sepertinya, mak. Kan boleh ambil foto dan bahannya dari web resminya. :) Asal disertakan sumber gpp kan.
Deletewah lengkap informasinya mbak fita. aku belum pernah ke sana nih. pengin ngajak anak-anak ke sana ah. ^_^
ReplyDeleteHayuk, Mbak Nelfi :)
Deletefoto halaman museumnya asik mak.. jadi pengen ke situ kapan2. tulisannya bagus, moga menang ya mak ^_^
ReplyDeleteAamiin. Makasih ya, Mak. Iya, Mak asik halamannya hehe
DeleteDuh sayang euy waktu ajang Srikandi Blogger ga sempet llihat-lihat dulu sisi lain gedung ini. Sukses ngontesnya, ya, mak :)
ReplyDeleteAamiin, makasih ya, Mak. Hehehe fotoku di acara SB cuma foto narsis heheh
Deletemembaca tulisan ini jadi pengin berkunjung ke museum. Sukses untuk lombanya ya mbak. Salam
ReplyDeleteAamiin. terima kasih sudah mampir, Mas :)
DeleteMenyimak tulisanmu. Jadi belajar menulis esay. Keren. Lengkap.
ReplyDeleteMakasih ya, Mbak. Senang disemangati begini hehe
DeleteRumah yang ramah. :)
ReplyDeleteSayangnya pas ke museum ini, saya gak masuk area yg dalam itu. Hiks
Semoga menang ya, Mbaaaaaa.
Aamiin :)
Deletesekarang nyaman kalau pergi ke Museum Nasional :)
ReplyDeleteResik ya, Mak :)
Deleteselamat ya mak..juara pertama....
ReplyDeleteMakasih ya, Mak :)
Deleteselamat mbak, jadi pemenang pertama :))
ReplyDeleteMakasih :)
DeleteSelamat ya mbak jadi juara 1, seperti prediksiku saat pertama kali baca tulisan di atas
ReplyDeleteMakasih, Mas. Aslinya saya nggak pede. Ini postingan terburu-buru. Biasanya sempet mengendapkan. Tapi kali ini nggak hehe. Alhamdulillah masih rejeki :)
Deleteselamat mba fita, tulisannya bagus sekali :)
ReplyDeleteMakasih banyak :) Saya masih terus belajar kok.
Delete