Thursday, May 1, 2014

[A Place to Remember Give Away] Di Suatu Siang

Di suatu siang,

Di tepi Laut Merah, aku duduk memandangi lautan. Warnanya yang biru cerah, ditingkahi riak kecil air membuatku merasa tenang. Udaranya sungguh panas. Hanya sesekali angin bertiup, membelai rasa. Silau matahari kuhalau menggunakan sunglasses, berharap keindahan lautan bisa tetap kunikmati berkatnya.

Dengan seksama kuamati burung-burung yang terbang rendah, lalu hinggap. Rupanya mereka sibuk mematuki makanan. Riuhnya seolah pesta besar. Aku mengulum senyum melihatnya, teringat ketiga anak-anakku yang bertingkah seperti mereka saat aku datang membawa makanan kesukaannya.



Di suatu siang,

Aku bersama dia, duduk bersisian. Suatu kegiatan yang hampir tak pernah kami lakukan semenjak rumah kami ramai dengan celoteh anak-anak. Diskusi kami tak pernah bisa serius di rumah. Namun, kali itu, kami bicara banyak hal.

Tentang banyak perubahan yang akan kami lakukan sepulang umroh ini. Tentang keimanan yang mesti kami tingkatkan terus. Tentang cara mendidik anak-anak yang senantiasa harus kami perbaiki. Semuanya bermuara pada kebaikan, yang semoga saja bisa terus kami lakukan. Siang itu, kami berjanji akan mengingatkan satu sama lain.



Di suatu siang,

Aku dan dia, bicara dari hati ke hati. Sesuatu yang menenangkan, membuat hatiku terasa hangat. Aku merindukan perbincangan ini. Tapi rupanya, tak selalu semua harus dikatakan. Dalam diam, hati kami pun berbicara. Maka, setelah lelah berbicara, yang kami lakukan hanyalah memandang ke depan.

Lalu, dia ikut tertarik melihat tingkah burung-burung kecil itu. Disodorkannya makanan di telapak tangannya. Sayangnya, karena terlalu tiba-tiba bergerak, burung-burung itu malah berterbangan. Dan, aku tertawa, menertawakan kekecewaannya.


Di suatu siang,

Tak lama kemudian, adzan memanggil dari dalam masjid. Baru kutahu dari ustadz yang membimbing kami, nama asli masjid itu adalah Masjid Ar Rahman. Tapi kami mengenalnya sebagai Masjid Terapung atau Floating Mosque. Letaknya yang berada tepat di tepian laut membuatnya seakan melayang. Masjid ini menjadi persinggahan terakhir kami sebelum pulang ke tanah air melalui Bandara King Abdul Aziz, Jeddah.


Di suatu siang,

Damai memelukku. Hanya satu harap tersimpan. Kelak, kan kembali bersama ketiga buah hati kami.


Tulisan ini diikutsertakan dalam A Place Remember Give Away dari Mak Nurul Noe.




25 comments :

  1. hiks...mbrebes mili membacanya...ya Allah sampaikanlah kami kesana aamiin.

    ReplyDelete
  2. Kaan... Pingin kesana menjadi-jadi kaann.. Hiks

    ReplyDelete
  3. ini kan lokasi masjid Terapung ya mbak,,, pengen kesana eeuuuyyy :D

    ReplyDelete
  4. saya malah suka sama foto2nya :) kereeen

    ReplyDelete
    Replies
    1. Saya juga suka. Padahal asal jepret pake hp heheh. Makasih sudah mampir. :)

      Delete
  5. semoga aku juga bisa kesana sama keluarga mak

    ReplyDelete
  6. Keren, Mak Fita...
    Moga sukses ikut GA nya :)

    ReplyDelete
  7. Fotonya yg pake kebaya cantik
    kayak Desi Ratnasari #salahfokus :)

    ReplyDelete
  8. Subhanallah, takjub dengan pemandangan, rasa dan kata.

    Semiga cita2 untuk kembali lagi ke sana tercapai ya, MakFit.

    ReplyDelete
  9. pengen ke tempat itu juga. adem ya di sana, mbak. lautnya cantik

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sebenernya udaranya panas, Ila. Tapi memang hati rasanya adem :)

      Delete
  10. aaeehhh mak, ngiler pokonya aku kesana, terutama dengan gambaranmu melalui tiap kalimat yang menggoda <3

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ahahaha... yuk, Mak. Makasih sudah mampir yaa

      Delete
  11. Narasinya keren ditambah dg foto2 yang keren... jadinya wow banget nih Mak.
    Aku melihat foto masjid terapung saat Ibuku umroh beberapa waktu lalu, dan aku sangat terkesan...

    ReplyDelete
  12. Aamiin. Harapan semua keluarga muslim, bisa umrah dan haji sekeluarga. Insya Allah dilimpahi rejeki mak :)

    ReplyDelete
  13. Fita, aku mau juga donk bisa kesana bersama suami dan anak-anakku.

    Terima kasih sudah meramaikan GA ini. Good luck.

    ReplyDelete