“Nulis
novel remaja? Nggak salah tuh?”
Begitu
batin saya ketika beberapa orang teman mendorong saya mengikuti sebuah lomba
menulis novel. Pasalnya, saya masih belum percaya diri menulis naskah untuk segmen remaja.
Naskah remaja yang saya tulis sebelumnya hancur lebur. Perlu banyak revisi, dan
sekarang teronggok begitu saja di dalam folder khusus. Entah kapan akan saya
eksekusi ulang. Saya terlalu lelah membayangkan revisi naskah itu.
Tapi,
dorongan untuk mengikuti Lomba Menulis Novel Bluestroberi yang diadakan Ice
Cube Publisher (salah satu penerbit yang berada di dalam grup Kompas Gramedia)
ini begitu kuat. Akhirnya, muncul juga keberanian dari dalam hati saya, “Kalau
yang lain bisa, kenapa saya tidak?”
Iya,
saya akui, saya sering keras kepala. Kalau sudah muncul kalimat itu, jangan
tanya yang saya lakukan setelahnya. Saya benar-benar kerja keras untuk
mewujudkan novel itu. Tentu saja, saya nggak berani berharap jadi juara.
Namanya juga masih belajar. Saya hanya ingin naskah ini selesai sebelum
deadline, yaitu akhir Juni 2013.
Tadinya,
saya ingin merevisi naskah lama saya yang berantakan itu, karena khawatir tidak
terkejar kalau menulis naskah baru. Namun, merevisi malah bikin kepala saya
berdenyut. Pusingnya seperti menulis naskah baru. Baiklah, saya putar haluan.
Sesuai temanya yang mellow, ending harus menyedihkan. Ini susah juga buat saya,
karena saya suka happy ending walaupun di sisi lain suka membaca novel yang
mellow.
Jadi,
saya pikirin dulu endingnya. Meski sad ending, saya ingin pembaca tetap
menangkap hal positif yang saya sisipkan. Paling tidak, ada semangat hidup dari
tokohnya untuk melangkah lagi. Setelah mendapatkan ending yang cocok sesuai
tema, saya mulai memikirkan hal lain.
Saya
membuat character sheet. Isinya daftar tokoh, biodata, termasuk foto mereka
(stt… kalau ada yang baca novel ini kelak, coba tebak foto artis yang saya
pasang di character sheet hehehe). Tujuannya supaya saya bisa mendeskripsikan
lebih jelas tokoh di dalam novel ini. Sekaligus supaya saya tidak lupa karakternya.
Kedua
tokoh utama, saya buat seunik mungkin. Si cowok, punya gantungan kunci boneka
berbentuk Winnie-the-Pooh, suka tanaman, dan suka hujan. Si cewek, tertutup, suka
mengurung diri, dan benci hujan. Dari mana saya dapat ide kedua tokoh itu? Yang
cowok, saya dapetin ketika saya nonton film Thailand! Yang cewek, khayalan saya
saja hehe.
Setting,
tak kalah penting. Saya nggak mau settingnya serupa dengan novel-novel
kebanyakan. Misalnya sekolah. Jadi, saya buat kedua tokoh ini tinggal di
apartemen. Konsekuensinya, saya harus mencari tahu kehidupan di dalam
apartemen.
Masuk
ke bagian terpenting alias konflik dan plot, kepala saya kembali pening (begini
nih kalau biasa menulis cerita anak lalu nekad ganti haluan. :p). Untunglah
saya ingat sebuah cerita yang pernah dimuat di majalah Gadis beberapa waktu
lalu. Judulnya Anggrek Ungu. Ceritanya tentang cewek yang dapat kiriman anggrek
ungu dari seseorang. Tapi… nggak mungkin kan ceritanya sesimpel itu? Nah, di
sinilah imajinasi bekerja. Saking kepikiran, malamnya saya bermimpi. Di mimpi
itu jelas semua alur, plot dan konflik yang tadinya macam puzzle. Paginya,
seperti kesetanan, saya langsung buat mindmap (saya lebih suka mencatat plot dalam bentuk mindmap).
Oya,
untuk gaya penulisannya, saya bikin dua sudut pandang. Sudut pandang tokoh
cewek dan sudut pandang tokoh cowok. Penulisan model begini, saya pelajari dari
novel Marginalia yang ditulis oleh Dyah Rinni (thanks Dee!). Susahnya, menulis
dengan sudut pandang yang berganti-ganti membuat penulis sering terbawa salah
satu karakter, sehingga antara satu bab dengan bab lain mirip gaya berceritanya.
Karena itu, saya butuh sekitar dua minggu untuk membaca ulang dan editing.
Akhir
Juni, beberapa hari sebelum deadline, akhirnya saya berhasil menyelesaikan
naskah. Tiga hari menjelang deadline, saya kirimkan naskah itu. Nothing to
lose. Saya senang bisa menyelesaikannya, namun tetap tak berharap banyak. Saya
bahkan sudah mencadangkan penerbit lain jika naskah ini tak lolos.
Lucunya,
sehari sebelum deadline, ada pengumuman bahwa deadline diundur sebulan hahaha.
Saya jadi nyesel kirim duluan. Soalnya, ada banyak hal yang menurut saya masih
blum sempurna. Ya sudah, saya ikhlaskan saja.
Nyatanya, Allah Swt punya
rencana. Di bulan September, ketika saya berada di tepian Danau Toba, datang
kabar bertubi-tubi dari teman-teman yang mengabarkan Rainy’s Days menjadi juara
1. Alhamdulillah… Senangnya bukan main! Novel pertama yang saya tulis menang,
itu merupakan kebahagiaan besar. Untung saja saya nggak sampai nyebur ke Danau
Toba saking senangnya hehe.
Nah,
buat teman-teman yang ingin tahu lebih banyak soal novel ini, tunggu terbitnya
27 Januari 2014. Insya Allah, akan ada launching bersama novel pemenang yang
lain di bulan Februari. Tunggu tanggal mainnya, ya *senyum manis.
*mata berbinar-binar... jadi semangat menyelesaikan novel buat lomba. makasiiiiiiiii
ReplyDeleteHayuuk!
DeleteHuaaa, saya jadi terpacu buat beresin naskah novel saya yg masih gantung. Makasih sharingnya ^_^
ReplyDeleteSemangaaat!
Deletewah mbak fita hebat... :) selamat ya mbak :)
ReplyDeleteMakasih ya. Doaiakn istiqomah berkarya :)
DeleteSelamat ya Fit :)
ReplyDeleteMakasih, Esti :)
DeleteSelamat ya Fit :)
ReplyDeleteSelamat ya Fit :)
ReplyDeleteselamat ya kak :) oya, aku suka stroberi loh *gak nyambung*
ReplyDeletekak kasih tips dong, gimana sih supaya dapat ide dan gak writers block?
Makasih, Fasya. Udah kan tipsnya tadi malem :)
DeleteWuhaa, perjuangan yang berhasil manis..sudah terbit kah novelnya Mba Fitri?
ReplyDeleteSudah terbit, Mbak. Available on book store :)
Deletesalam kenal mbak. menginspirasi banget mbak. kebetulan saya sedang ada ide menari-nari di kepala. tapi bingung mau memulainya. he he maklum belum pernah ada pengalaman sama sekali.
ReplyDeleteCoba bikin mindmap dulu, Mbak. Buatku sih membantu. Semacam outline begitu. Good luck ya :)
DeleteSelamat ya adik guru. Mbak suka dengan cover orang yang berpayung. Apalagi ada hujannya. Hmm keren.
ReplyDeleteMakasih, Mbak. Ditunggu komennya :)
DeleteSalut uni (y) fita keren banget,...
ReplyDeleteada versi pdfnya gk kak?
ReplyDelete