Dimuat di Majalah Bravo Vol 2/22 Tahun 2008 |
Puteri Kaira senang sekali hari ini. Di
hari ulang tahunnya, Raja dan Ratu memberikan sebuah kado istimewa. Gaun putih
berenda yang luar biasa cantik! Dengan tak sabar, Puteri Kaira mengenakan gaun
itu. Dia ingin memperlihatkannya pada Melanie, sahabatnya. Dia pun bergegas
berlari keluar istana menuju rumah Melanie yang terletak di pinggir danau.
Melanie sahabatnya, adalah anak koki istana. Mereka sudah berteman akrab sejak
lama.
Belum
sampai di rumahnya, Puteri Kaira bertemu Melanie. Dia sedang membawa sebuah
kotak besar di tangannya.
“Hai,
Melanie! Lihat, gaun ini kado dari kedua orang tuaku. Indah sekali, bukan?”
katanya sambil menari-nari di depan Melanie.
“Wah,
cantiknya! Gaun itu kelihatan pas di tubuhmu,” Melanie terkagum-kagum. “Boleh
aku menyentuhnya?”
“Tentu
saja,” jawab Puteri Kaira sambil terus menari-nari.
Sebelah
tangan Melanie memegang kotak putih besar dengan kerepotan, sementara sebelah
tangan lainnya meraba gaun yang indah itu. Kainnya sungguh halus. Belum pernah
Melanie memiliki gaun sehalus itu. Pasti harganya sangat mahal. Tetapi,
sekalipun Melanie tidak iri padanya. Puteri Kaira memang cocok mengenakan gaun
itu.
Puteri Kaira masih
menari-nari kesana kemari dengan riang. Tiba-tiba….
Bruuuk!
Kaki
Puteri Kaira tersangkut akar pohon di depannya. Dia jatuh menubruk Melanie dan
mengenai kotak yang dibawanya. Kue tart di dalam kotak itu meloncat keluar,
hancur berkeping-keping. Mereka berdua terduduk di tanah. Gaun Puteri Kaira
kotor terkena serpihan kue tart yang dibawa Melanie.
“Oh,
lihat gaunku! Kotor sekali. Gara-gara kamu, gaunku jadi rusak!” sungut Puteri
Kaira.
Melanie
tertunduk sedih.
“Maafkan
aku, Puteri Kaira…”
“Enak
saja bilang maaf! Kamu harus membersihkan gaun ini hingga bersih, kalau tidak,
aku tidak mau lagi berteman denganmu!” bentak Puteri Kaira
Melanie
tersentak kaget. Belum pernah Puteri Kaira berkata sekasar itu padanya.
Hari
itu setelah Puteri Kaira berganti pakaian, Melanie membawa pulang gaun Puteri
Kaira untuk dicuci di rumahnya.
*
Berhari-hari
lamanya, mereka tak bertemu. Puteri Kaira masih marah pada Melanie. Dia sungguh
kesal, gaunnya yang indah jadi rusak karena ulah Melanie.
Tetapi
di hari ketiga, dia mulai merasa kesepian. Melanie sahabat terbaiknya, tanpa
dia Puteri Kaira tidak punya teman bermain. Dia menyesal telah berbuat kasar
pada Melanie. Maka, Puteri Kaira pun menanyakan pada ibu Melanie yang bekerja
sebagai koki istana.
“Ibu,
dimanakah Melanie? Sudah beberapa hari ini dia tidak kelihatan,” tanya Puteri
Kaira.
“Melanie
ada di rumah, Tuan Puteri,” jawab ibunya.
“Apakah
dia sedang sibuk?”
“Mmm..
Dia takut bertemu dengan Tuan Puteri,” jawab ibu Melanie lirih.
“Kenapa?”
“Dia…
Dia tidak bisa membuat gaun Tuan Puteri kembali seperti semula. Melanie
berusaha mencuci gaun itu berulang-ulang, menggunakan berbagai macam sabun
untuk mencucinya, tetapi tidak satupun berhasil. Masih ada bekas noda kue ulang
tahun yang dia buat pada gaun itu.”
“Kue
ulang tahun?” tanya Puteri Kaira. Dia ingat waktu itu, Melanie membawa sebuah
kotak berisi kue. Tapi dia tidak tahu kue untuk siapakah yang dibawanya.
“Benar,
Tuan Puteri. Bukankah waktu itu dia memberikan kue itu untuk Tuan Puteri? Dia
membuatnya semalaman hingga larut malam. Dia bilang dia ingin memberikan kue
ulang tahun terbaik dan terlezat untuk Puteri Kaira,” jelas ibu Melanie.
Puteri
Kaira terdiam sejenak. Jadi sebenarnya kue itu untukku? Ternyata Melanie
sungguh perhatian padanya.
Dia semakin merasa
bersalah pada Melanie. Bukankah semua itu bukan salah Melanie seluruhnya? Jika
dia tidak bergerak-gerak, menari-nari tanpa melihat sekelilingnya, tentu semua
itu tak akan terjadi.
Puteri Kaira segera
berlari keluar istana menuju rumah Melanie.
“Melanie!” panggil
Puteri Kaira.
Melanie mengintip dari
balik jendela dengan takut-takut.
“Jangan takut!
Keluarlah… Aku sudah tidak marah lagi. Aku kesini ingin minta maaf,” seru
Puteri Kaira.
Melanie keluar dari
rumahnya.
“Benarkah? Tapi, aku
belum berhasil membuat gaun itu kembali seperti sedia kala…” katanya.
Putri Kaira tersenyum.
“Tak apa Melanie.
Dibandingkan persahabatan kita, gaun itu tak berarti apapun. Barang bisa
digantikan dengan yang lain, tetapi sahabat tidak tergantikan. Apalagi sahabat
sepertimu. Maafkan aku ya,” Putri Kaira memeluk Melanie erat.
“Aku juga minta maaf. Waktu
itu sebenarnya aku ingin memberikan kue ulang tahun untukmu, tapi kue itu
rusak,” sahut Melanie.
“Aku sudah tahu dari
ibumu. Lain kali, kita bisa membuat kue bersama-sama. Kue buatan kita berdua
pasti lezat dan istimewa.”
Mereka tertawa bersama.
Mulai hari itu, mereka bersahabat semakin akrab. Tidak ada lagi masalah sepele
yang dapat menghancurkan persahabatan mereka berdua.[Fita Chakra]
wah,saya baru tahu ternyata ini blog mbk fita..pdhl beberapa x kesini tp kok g mudeng yah hehehe....keren mbk^^
ReplyDelete