Wednesday, January 29, 2014

[Cerita Anak] Gaun Puteri Kaira


Dimuat di Majalah Bravo Vol 2/22 Tahun 2008
Puteri Kaira senang sekali hari ini. Di hari ulang tahunnya, Raja dan Ratu memberikan sebuah kado istimewa. Gaun putih berenda yang luar biasa cantik! Dengan tak sabar, Puteri Kaira mengenakan gaun itu. Dia ingin memperlihatkannya pada Melanie, sahabatnya. Dia pun bergegas berlari keluar istana menuju rumah Melanie yang terletak di pinggir danau. Melanie sahabatnya, adalah anak koki istana. Mereka sudah berteman akrab sejak lama.
Belum sampai di rumahnya, Puteri Kaira bertemu Melanie. Dia sedang membawa sebuah kotak besar di tangannya.
“Hai, Melanie! Lihat, gaun ini kado dari kedua orang tuaku. Indah sekali, bukan?” katanya sambil menari-nari di depan Melanie.
“Wah, cantiknya! Gaun itu kelihatan pas di tubuhmu,” Melanie terkagum-kagum. “Boleh aku menyentuhnya?”
“Tentu saja,” jawab Puteri Kaira sambil terus menari-nari.
Sebelah tangan Melanie memegang kotak putih besar dengan kerepotan, sementara sebelah tangan lainnya meraba gaun yang indah itu. Kainnya sungguh halus. Belum pernah Melanie memiliki gaun sehalus itu. Pasti harganya sangat mahal. Tetapi, sekalipun Melanie tidak iri padanya. Puteri Kaira memang cocok mengenakan gaun itu.
Puteri Kaira masih menari-nari kesana kemari dengan riang. Tiba-tiba….
Bruuuk!
Kaki Puteri Kaira tersangkut akar pohon di depannya. Dia jatuh menubruk Melanie dan mengenai kotak yang dibawanya. Kue tart di dalam kotak itu meloncat keluar, hancur berkeping-keping. Mereka berdua terduduk di tanah. Gaun Puteri Kaira kotor terkena serpihan kue tart yang dibawa Melanie.
“Oh, lihat gaunku! Kotor sekali. Gara-gara kamu, gaunku jadi rusak!” sungut Puteri Kaira.
Melanie tertunduk sedih.
“Maafkan aku, Puteri Kaira…”
“Enak saja bilang maaf! Kamu harus membersihkan gaun ini hingga bersih, kalau tidak, aku tidak mau lagi berteman denganmu!” bentak Puteri Kaira
Melanie tersentak kaget. Belum pernah Puteri Kaira berkata sekasar itu padanya.
Hari itu setelah Puteri Kaira berganti pakaian, Melanie membawa pulang gaun Puteri Kaira untuk dicuci di rumahnya.
*
Berhari-hari lamanya, mereka tak bertemu. Puteri Kaira masih marah pada Melanie. Dia sungguh kesal, gaunnya yang indah jadi rusak karena ulah Melanie.
Tetapi di hari ketiga, dia mulai merasa kesepian. Melanie sahabat terbaiknya, tanpa dia Puteri Kaira tidak punya teman bermain. Dia menyesal telah berbuat kasar pada Melanie. Maka, Puteri Kaira pun menanyakan pada ibu Melanie yang bekerja sebagai koki istana.
“Ibu, dimanakah Melanie? Sudah beberapa hari ini dia tidak kelihatan,” tanya Puteri Kaira.
“Melanie ada di rumah, Tuan Puteri,” jawab ibunya.
“Apakah dia sedang sibuk?”
“Mmm.. Dia takut bertemu dengan Tuan Puteri,” jawab ibu Melanie lirih.
“Kenapa?”
“Dia… Dia tidak bisa membuat gaun Tuan Puteri kembali seperti semula. Melanie berusaha mencuci gaun itu berulang-ulang, menggunakan berbagai macam sabun untuk mencucinya, tetapi tidak satupun berhasil. Masih ada bekas noda kue ulang tahun yang dia buat pada gaun itu.”
“Kue ulang tahun?” tanya Puteri Kaira. Dia ingat waktu itu, Melanie membawa sebuah kotak berisi kue. Tapi dia tidak tahu kue untuk siapakah yang dibawanya.
“Benar, Tuan Puteri. Bukankah waktu itu dia memberikan kue itu untuk Tuan Puteri? Dia membuatnya semalaman hingga larut malam. Dia bilang dia ingin memberikan kue ulang tahun terbaik dan terlezat untuk Puteri Kaira,” jelas ibu Melanie.
Puteri Kaira terdiam sejenak. Jadi sebenarnya kue itu untukku? Ternyata Melanie sungguh perhatian padanya.
Dia semakin merasa bersalah pada Melanie. Bukankah semua itu bukan salah Melanie seluruhnya? Jika dia tidak bergerak-gerak, menari-nari tanpa melihat sekelilingnya, tentu semua itu tak akan terjadi.
Puteri Kaira segera berlari keluar istana menuju rumah Melanie.
“Melanie!” panggil Puteri Kaira.
Melanie mengintip dari balik jendela dengan takut-takut.
“Jangan takut! Keluarlah… Aku sudah tidak marah lagi. Aku kesini ingin minta maaf,” seru Puteri Kaira.
Melanie keluar dari rumahnya.
“Benarkah? Tapi, aku belum berhasil membuat gaun itu kembali seperti sedia kala…” katanya.
Putri Kaira tersenyum.
“Tak apa Melanie. Dibandingkan persahabatan kita, gaun itu tak berarti apapun. Barang bisa digantikan dengan yang lain, tetapi sahabat tidak tergantikan. Apalagi sahabat sepertimu. Maafkan aku ya,” Putri Kaira memeluk Melanie erat.
“Aku juga minta maaf. Waktu itu sebenarnya aku ingin memberikan kue ulang tahun untukmu, tapi kue itu rusak,” sahut Melanie.
“Aku sudah tahu dari ibumu. Lain kali, kita bisa membuat kue bersama-sama. Kue buatan kita berdua pasti lezat dan istimewa.”
Mereka tertawa bersama. Mulai hari itu, mereka bersahabat semakin akrab. Tidak ada lagi masalah sepele yang dapat menghancurkan persahabatan mereka berdua.[Fita Chakra]

1 comment :

  1. wah,saya baru tahu ternyata ini blog mbk fita..pdhl beberapa x kesini tp kok g mudeng yah hehehe....keren mbk^^

    ReplyDelete