Tuesday, October 23, 2012

(Artikel Wisata) Keindahan Nusa Lembongan

Tulisan ini pernah dimuat di Majalah Sekar No 26 Tahun 2010 (edar 10-24 Maret 2010). Sudah lama memang, tetapi saya ingin membaginya disini. Berikut versi asli dari saya, belum disunting redaksinya.




Nusa Lembongan, Pulau Kecil Nan Indah



Ini bukan kali pertama saya pergi ke Nusa Lembongan. Sekitar dua tahun sebelumnya saya sudah pernah ke pulau ini dan menemukan hal-hal menarik untuk diamati. Maka ketika suatu hari di bulan Oktober tahun lalu saya dan suami berkesempatan datang ke Bali untuk sebuah urusan, saya tak melewatkan kesempatan ini untuk berjalan-jalan sejenak ke Nusa Lembongan untuk kedua kalinya.

Nusa Lembongan
Pulau Lembongan disebut pula dengan nama Nusa Lembongan (dalam bahasa Bali). Pulau ini terletak di sebelah tenggara Pulau Bali. Tepatnya kurang lebih 2 km dari barat laut Nusa Penida yang terletak di Selat Badung. Nusa Lembongan termasuk di dalam Kabupaten Klungkung, Bali.
Nusa Lembongan adalah sebuah pulau kecil yang menyimpan banyak pesona. Kalau ingin “melarikan diri” sejenak dari hingar bingar dunia, disinilah tempatnya. Ya, di Bali memang banyak tempat pariwisata yang menarik untuk dikunjungi. Tetapi tentu saja Bali sudah banyak penghuninya, ditambah dengan pelancong-pelancongnya. Maka, tidak heran jika dua tahun yang lalu waktu saya pergi ke Bali, rasanya Bali sudah semakin jauh berbeda dengan Bali yang dulu. Terlalu ramai, sesak, dan padat.
Nah, menurut saya, Nusa Lembongan ini cocok untuk para pasangan pengantin baru yang ingin berbulan madu. Mengapa? Karena disana terdapat sebuat resort plus segala fasilitas (kolam renang, spa, bungalow, fasilitas olahraga, dan sebagainya), yang cocok untuk menyepi.
Tapi, kalau memang tidak ingin menginap dan tidak sedang berbulan madu pun, tempat ini cukup menarik untuk dijelajahi karena berwisata di tempat ini sungguh jauh berbeda rasanya dibandingkan berwisata ke pulau lain.
Disini Anda bisa melakukan perjalanan mengelilingi pulau, membaur dengan penduduk asli, dan mengenali budaya mereka. Konsep ini cocok untuk orang yang jika berwisata ke suatu tempat selalu ingin menyisir keunikan tempat tersebut dan tidak melulu ingin berbelanja. Apalagi jika Anda adalah tipe orang yang ingin dekat dengan alam. Saya yakin Anda pasti suka dengan indahnya pulau ini.

Perjalanan di Dalam Kapal
Untuk menuju ke Nusa Lembongan saya harus menggunakan sebuah kapal dari pelabuhan Benoa. Perjalanan akan memakan waktu kurang lebih 45 menit hingga satu jam. Ada beberapa perusahaan yang menawarkan jasa wisata ke Nusa Lembongan secara lengkap. Masing-masing disertai paket-paket yang bisa kita pilih sesuai dengan keinginan dan anggaran yang telah kita sediakan untuk wisata ini. Kami bisa memilih paket wisata air di pontoon (kapal besar yang berlabuh di dekat Nusa Lembongan, bukan kapal yang membawa kita ke Nusa Lembongan), paket wisata kunjungan ke desa, atau keduanya. Tentu saja semakin banyak paket atau kegiatan yang kita ambil semakin banyak uang yang harus kita keluarkan.
Singkat cerita, saya dan suami mengambil satu paket wisata lengkap agar kami bisa berwisata air di pontoon sekaligus jalan-jalan ke Nusa Lembongan. Saya dan suami beserta rombongan sudah dijemput oleh tour agent kami pukul 8 pagi. Kapal dijadwalkan berangkat pukul 9 pagi.
Sampai di pelabuhan tempat kapal pesiar kami melabuhkan sauh, ternyata banyak calon penumpang kapal yang sudah antri masuk kapal. Tidak hanya wisatawan domestik tetapi banyak pula wisatawan mancanegara, seperti Jepang dan Amerika. Sebagian besar dari mereka datang berombongan, seperti halnya saya dan suami. Tak heran jika kapal bertingkat tiga yang akan kami tumpangi tersebut pagi itu menjadi cukup padat.
Sebelum masuk ke dalam kapal tersebut, kami difoto oleh petugas dari kapal tersebut. Hasil foto itu dijanjikan selesai saat kami kembali pulang sore nanti. Kami berfoto bersama rombongan masing-masing. Setelahnya kami masuk ke dalam kapal yang penuh dengan pengunjung itu.
Saya pikir selama satu jam perjalanan saya akan merasa bosan berada di dalam kapal itu. Ternyata saya salah, di dalam kapal itu sudah disediakan berbagai makanan dan minuman sebagai teman ngobrol, sekaligus hiburan dari sebuah band pengiring! Penumpang kapal yang ingin menyanyi dan berdansa bisa mempertunjukkan kebolehannya di atas kapal tersebut. Waktu itu, penumpang kapal juga disegarkan dengan hiburan dari dua orang anak kecil yang menari-nari lincah. Senyum saya tak henti-hentinya terkembang dari bibir melihat mereka yang lucu. Hmm, sungguh sebuah hiburan yang menarik! Kebosanan saya pun menguap karena kru-kru kapal dengan ramah menyapa tamu-tamunya. Mungkin karena sudah terbiasa menemui orang dari berbagai negara, banyak di antara mereka yang fasih berbahasa asing seperti Inggris, Jepang, dan Belanda.

Wisata Air di Pontoon
Perjalanan selama satu jam berjalan dengan cepat. Kami pun sampai di tempat tujuan, sebuah pulau kecil yang masih asri disertai resort yang indah. Yang menarik, pengunjung bisa memilih apakah mau menikmati wisata air di kapal utama (bukan kapal yang membawa kami dari Bali) yang berada di laut atau menikmati village tour di daratan.
Kegiatan yang bisa dilakukan di kapal utama bermacam-macam jenisnya seperti banana boat, meluncur dari perosotan (water slide) setinggi kurang lebih 35 meter, menikmati pemandangan bawah laut menggunakan glass bottom boat, diving, dan snorkeling. Jika mau bersantai-santai, kita bisa menikmati spa di atas kapal sambil menikmati angin laut yang menerpa. Yang jelas, semua fasilitas disini disediakan untuk menunjang semua kegiatan wisata air. Jadi jangan sampai lupa membawa baju ganti dan pakaian renang bila ingin melakukan wisata air. Jangan khawatir di dalam pontoon disediakan kamar ganti dan kamar mandi.
Saya memilih untuk melihat ikan dan kehidupan bawah laut dari dalam glass bottom boat. Glass bottom boat adalah kapal kecil yang bagian bawahnya dilengkapi dengan kaca di sekeliling badan kapal sehingga kita bisa melihat ikan-ikan dan terumbu karang dari dalam kapal. Kapal itu pun dalam sekejap penuh dengan penumpang. Padahal menutu perkiraan saya, kapal itu bisa menampung kurang lebih 50 penumpang sekali jalan.
Saya masuk ke dalam kapal itu dan mengambil tempat duduk di dekat tangga. Kapal itu berputar-putar memperlihatkan kehidupan di bawah laut yang cantik. Banyak ikan berwarna-warni yang bersliweran kesana kemari. Cukup menarik, sayangnya, terumbu karangnya tidak sebanyak yang saya harapkan.
Setelah masuk ke dalam glass bottom boat, saya memutuskan untuk melihat-lihat anggota rombongan yang lain bermain-main air. Beberapa kali terguling dari banana boat ternyata tidak cukup membuat rasa puas memenuhi hati mereka. Mereka asyik juga berseluncur dari atas perosotan, paraisailing, dan snorkeling. Meskipun panas matahari menyengat tetap saja tidak melunturkan semangat untuk bermain air. Segar sekali rasanya!

Village Tour
Sebelum jam makan siang, kami serombongan dibawa menuju resort di Nusa Lembongan untuk makan siang. Nah, inilah yang paling saya tunggu! Hidangan yang disajikan cukup membuat perut kami yang kelaparan terobati. Semuanya ditata menarik sehingga kami bisa makan di pinggir pantai sembari melihat pemandangan laut. Nyamannya suasana dan lezatnya hidangan membuat hidangan ala barbeque yang disediakan laris manis dalam sekejap.
Saya amati ternyata di resort tersebut juga disediakan bungalow-bungalow jika pengunjung ingin menginap. Uniknya, deretan bungalow tersebut didesain semi terbuka agar para tamu yang ingin menginap lebih dekat dengan alam. Bangunannya terbuat dari kayu, dihiasi jendela-jendela besar. Bentuk bangunannya menyerupai lumbung penyimpanan padi, dan beratapkan ilalang. Ditunjang dengan pemandangan dari bungalow yang langsung menghadap lautan luas dan sisi pulau lain yang masih hijau oleh pepohonan, lengkaplah keindahan pulau ini. Wow, benar-benar kembali ke alam!
Tentu saja, jika ingin menginap disini kita harus menyiapkan kocek yang cukup besar. Dari brosur yang saya lihat rate-nya sekitar 125 USD semalam. Resort itu dilengkapi dengan berbagai fasilitas seperti kolam renang, tempat bermain volley, dan spa.
Setelah makan siang, kami semua diantar keliling pulau menggunakan sebuah mobil bak terbuka. Berderet-deret mobil jenis itu mengantarkan puluhan pengunjung tiap harinya. Ada dua tempat yang kami kunjungi di pulau tersebut, yaitu Goa Gala-Gala dan tempat pengembangan (atau pertanian?) rumput laut. Tempat yang akan kami kunjungi adalah Desa Jungut Batu.
Kami dibawa ke sisi pulau yang lain untuk melihat rumput laut ditanam dan dipanen. Puluhan perahu berderet di lautan yang dangkal dan berpetak-petak. Wah, saya tidak menyangka menanam rumput laut di lautan ternyata mirip menanam padi di sawah. Ada semacam petak-petak untuk membatasi sekumpulan rumput laut itu. Di atas tebing di pinggir pantai itu terdapat bangunan-bangunan kecil yang berfungsi sebagai gudang penyimpanan rumput laut yang telah dipanen. Sebagian rumput laut yang belum kering dijemur di luarnya. Rumput laut ternyata warnanya juga tak melulu hijau, sebagian berwarna kecoklatan, merah tua, dan kuning. Menurut pemandu wisata kami, sebagian besar penduduk desa itu bekerja menanam rumput laut.
Usai dari tempat pengembangan rumput laut, kami dibawa ke Goa Gala-Gala. Goa Gala-Gala ini adalah gua bawah tanah yang dibuat oleh seorang lelaki bernama Made Byasa. Dia membuat gua bawah tanah tersebut dari usia 75 tahun seorang diri tanpa bantuan orang lain dan berhenti menggali di usia 90 tahun. Di dalam gua tersebut dibuat ruang-ruang khusus untuk bersemedi, mandi, tidur, dan bahkan untuk memasak! Dia juga melengkapi gua itu dengan ruang tamu dan tempat duduknya. Saya tak habis pikir, bagaimana cara membuatnya ya? Beberapa lubang pintu keluar dan ventilasi juga dibuatnya.Konon, dia membuat gua itu karena terinspirasi cerita Pandawa saat diisolasi.
Usai mengunjungi kedua tempat tersebut kami kembali ke kapal yang mengantar kami ke daratan. Ada hal-hal yang membuat saya terkesan dengan tempat ini. Yang pertama, keindahan pantainya yang masih bersih belum banyak tersentuh orang. Resort di pinggir pantai tersebut pun dibuat se-natural mungkin agar pengunjung tersentuh oleh alam.
Yang kedua, kehidupan masyarakat di pulau ini yang masih sangat sederhana dan kekeluargaan. Mereka hidup dari hasil “bertani” rumput laut, berdagang, dan menyewakan mobil bak terbuka (yang diorganisir oleh sebuah kelompok) sebagai alat transportasi pengunjung. Penduduk setempat, seperti halnya penduduk Bali, menganut budaya Bali, sehingga tak heran jika di sana-sini terdapat sesajen khas Bali.
Tulisan saya yang dimuat di Sekar, Maret 2010
Semoga saja, keunikan ini tetap terpelihara hingga kapanpun, karena jika dilihat dari banyaknya pelancong yang datang, bukan tidak mungkin beberapa tahun ke depan akan muncul lebih banyak resort disana yang mungkin dapat mengurangi kenyamanan pengunjung. (Fita Chakra)

Jika teman-teman ingin mengirimkan atikel wisata ke Majalah Sekar, berikut ketentuan dan tips dari saya:

1. Panjang tulisan 3 halaman kuarto.
2. Tulis cathcer di awal tulisan. Pilih kalimat yang menarik pembaca.
3. Gunakan sudut pandang "saya" dan sapa pembaca dengan "anda".
4. Kirimkan minimal 5 foto yang menarik, indah, yang mengekspose pemandangan.
5. Buat sub-sub judul sehingga pembaca bisa menangkap poin-poin penting yang bisa diperoleh jika berkunjung ke tempat tersebut.

Selamat menulis!



5 comments :

  1. semoga sy bs ke nusa lembongan & terima kasih buat tipsnya :)

    ReplyDelete
  2. Kirimnya ke redaksi sekar mungkin ada emailnya mba,mksih

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ada, tapi saya lupa e-mailnya hehe. Ntar saya cari ya :) Makasih sudah mampir.

      Delete
  3. wah sangat indah sekali ya, jdi bermimpi ne ingin kesana,hehehe
    salam blogger

    http://websitewisata.blogspot.com/

    ReplyDelete