Tulisan ini pernah dimuat di Majalah Sekar No 26 Tahun 2010 (edar 10-24 Maret 2010). Sudah lama memang, tetapi saya ingin membaginya disini. Berikut versi asli dari saya, belum disunting redaksinya.
Nusa Lembongan, Pulau Kecil Nan Indah
Ini
bukan kali pertama saya pergi ke Nusa Lembongan. Sekitar dua tahun sebelumnya
saya sudah pernah ke pulau ini dan menemukan hal-hal menarik untuk diamati.
Maka ketika suatu hari di bulan Oktober tahun lalu saya dan suami berkesempatan
datang ke Bali untuk sebuah urusan, saya tak melewatkan kesempatan ini untuk
berjalan-jalan sejenak ke Nusa Lembongan untuk kedua kalinya.
Nusa Lembongan
Pulau Lembongan disebut
pula dengan nama Nusa Lembongan (dalam bahasa Bali). Pulau ini terletak di
sebelah tenggara Pulau Bali. Tepatnya kurang lebih 2 km dari barat laut Nusa
Penida yang terletak di Selat Badung. Nusa Lembongan termasuk di dalam
Kabupaten Klungkung, Bali.
Nusa Lembongan adalah
sebuah pulau kecil yang menyimpan banyak pesona. Kalau ingin “melarikan diri”
sejenak dari hingar bingar dunia, disinilah tempatnya. Ya, di Bali memang
banyak tempat pariwisata yang menarik untuk dikunjungi. Tetapi tentu saja Bali
sudah banyak penghuninya, ditambah dengan pelancong-pelancongnya. Maka, tidak
heran jika dua tahun yang lalu waktu saya pergi ke Bali, rasanya Bali sudah
semakin jauh berbeda dengan Bali yang dulu. Terlalu ramai, sesak, dan padat.
Nah, menurut saya, Nusa
Lembongan ini cocok untuk para pasangan pengantin baru yang ingin berbulan madu.
Mengapa? Karena disana terdapat sebuat resort plus segala fasilitas (kolam
renang, spa, bungalow, fasilitas olahraga, dan sebagainya), yang cocok untuk
menyepi.
Tapi, kalau memang tidak ingin menginap dan tidak sedang berbulan madu pun, tempat ini cukup menarik untuk dijelajahi karena berwisata di tempat ini sungguh jauh berbeda rasanya dibandingkan berwisata ke pulau lain.
Tapi, kalau memang tidak ingin menginap dan tidak sedang berbulan madu pun, tempat ini cukup menarik untuk dijelajahi karena berwisata di tempat ini sungguh jauh berbeda rasanya dibandingkan berwisata ke pulau lain.
Disini Anda bisa
melakukan perjalanan mengelilingi pulau, membaur dengan penduduk asli, dan mengenali
budaya mereka. Konsep ini cocok untuk orang yang jika berwisata ke suatu tempat
selalu ingin menyisir keunikan tempat tersebut dan tidak melulu ingin
berbelanja. Apalagi jika Anda adalah tipe orang yang ingin dekat dengan alam.
Saya yakin Anda pasti suka dengan indahnya pulau ini.
Perjalanan
di Dalam Kapal
Untuk menuju ke Nusa
Lembongan saya harus menggunakan sebuah kapal dari pelabuhan Benoa. Perjalanan
akan memakan waktu kurang lebih 45 menit hingga satu jam. Ada beberapa
perusahaan yang menawarkan jasa wisata ke Nusa Lembongan secara lengkap.
Masing-masing disertai paket-paket yang bisa kita pilih sesuai dengan keinginan
dan anggaran yang telah kita sediakan untuk wisata ini. Kami bisa memilih paket
wisata air di pontoon (kapal besar yang berlabuh di dekat Nusa Lembongan, bukan
kapal yang membawa kita ke Nusa Lembongan), paket wisata kunjungan ke desa,
atau keduanya. Tentu saja semakin banyak paket atau kegiatan yang kita ambil
semakin banyak uang yang harus kita keluarkan.
Singkat cerita, saya dan
suami mengambil satu paket wisata lengkap agar kami bisa berwisata air di
pontoon sekaligus jalan-jalan ke Nusa Lembongan. Saya dan suami beserta
rombongan sudah dijemput oleh tour agent kami pukul 8 pagi. Kapal dijadwalkan
berangkat pukul 9 pagi.
Sampai di pelabuhan
tempat kapal pesiar kami melabuhkan sauh, ternyata banyak calon penumpang kapal
yang sudah antri masuk kapal. Tidak hanya wisatawan domestik tetapi banyak pula
wisatawan mancanegara, seperti Jepang dan Amerika. Sebagian besar dari mereka
datang berombongan, seperti halnya saya dan suami. Tak heran jika kapal
bertingkat tiga yang akan kami tumpangi tersebut pagi itu menjadi cukup padat.
Sebelum masuk ke dalam
kapal tersebut, kami difoto oleh petugas dari kapal tersebut. Hasil foto itu
dijanjikan selesai saat kami kembali pulang sore nanti. Kami berfoto bersama
rombongan masing-masing. Setelahnya kami masuk ke dalam kapal yang penuh dengan
pengunjung itu.
Saya pikir selama satu
jam perjalanan saya akan merasa bosan berada di dalam kapal itu. Ternyata saya
salah, di dalam kapal itu sudah disediakan berbagai makanan dan minuman sebagai
teman ngobrol, sekaligus hiburan dari sebuah band pengiring! Penumpang kapal
yang ingin menyanyi dan berdansa bisa mempertunjukkan kebolehannya di atas
kapal tersebut. Waktu itu, penumpang kapal juga disegarkan dengan hiburan dari
dua orang anak kecil yang menari-nari lincah. Senyum saya tak henti-hentinya
terkembang dari bibir melihat mereka yang lucu. Hmm, sungguh sebuah hiburan
yang menarik! Kebosanan saya pun menguap karena kru-kru kapal dengan ramah
menyapa tamu-tamunya. Mungkin karena sudah terbiasa menemui orang dari berbagai
negara, banyak di antara mereka yang fasih berbahasa asing seperti Inggris,
Jepang, dan Belanda.
Wisata
Air di Pontoon
Perjalanan selama satu
jam berjalan dengan cepat. Kami pun sampai di tempat tujuan, sebuah pulau kecil
yang masih asri disertai resort yang indah. Yang menarik, pengunjung bisa
memilih apakah mau menikmati wisata air di kapal utama (bukan kapal yang
membawa kami dari Bali) yang berada di laut atau menikmati village tour di
daratan.
Kegiatan yang bisa
dilakukan di kapal utama bermacam-macam jenisnya seperti banana boat, meluncur
dari perosotan (water slide) setinggi kurang lebih 35 meter, menikmati
pemandangan bawah laut menggunakan glass bottom boat, diving, dan snorkeling.
Jika mau bersantai-santai, kita bisa menikmati spa di atas kapal sambil
menikmati angin laut yang menerpa. Yang jelas, semua fasilitas disini
disediakan untuk menunjang semua kegiatan wisata air. Jadi jangan sampai lupa
membawa baju ganti dan pakaian renang bila ingin melakukan wisata air. Jangan
khawatir di dalam pontoon disediakan kamar ganti dan kamar mandi.
Saya memilih untuk
melihat ikan dan kehidupan bawah laut dari dalam glass bottom boat. Glass bottom
boat adalah kapal kecil yang bagian bawahnya dilengkapi dengan kaca di
sekeliling badan kapal sehingga kita bisa melihat ikan-ikan dan terumbu karang
dari dalam kapal. Kapal itu pun dalam sekejap penuh dengan penumpang. Padahal
menutu perkiraan saya, kapal itu bisa menampung kurang lebih 50 penumpang
sekali jalan.
Saya masuk ke dalam
kapal itu dan mengambil tempat duduk di dekat tangga. Kapal itu berputar-putar
memperlihatkan kehidupan di bawah laut yang cantik. Banyak ikan berwarna-warni
yang bersliweran kesana kemari. Cukup menarik, sayangnya, terumbu karangnya
tidak sebanyak yang saya harapkan.
Setelah masuk ke dalam
glass bottom boat, saya memutuskan untuk melihat-lihat anggota rombongan yang
lain bermain-main air. Beberapa kali terguling dari banana boat ternyata tidak
cukup membuat rasa puas memenuhi hati mereka. Mereka asyik juga berseluncur
dari atas perosotan, paraisailing, dan snorkeling. Meskipun panas matahari
menyengat tetap saja tidak melunturkan semangat untuk bermain air. Segar sekali
rasanya!
Village
Tour
Sebelum jam makan
siang, kami serombongan dibawa menuju resort di Nusa Lembongan untuk makan
siang. Nah, inilah yang paling saya tunggu! Hidangan yang disajikan cukup
membuat perut kami yang kelaparan terobati. Semuanya ditata menarik sehingga
kami bisa makan di pinggir pantai sembari melihat pemandangan laut. Nyamannya
suasana dan lezatnya hidangan membuat hidangan ala barbeque yang disediakan
laris manis dalam sekejap.
Saya amati ternyata di
resort tersebut juga disediakan bungalow-bungalow jika pengunjung ingin
menginap. Uniknya, deretan bungalow tersebut didesain semi terbuka agar para
tamu yang ingin menginap lebih dekat dengan alam. Bangunannya terbuat dari
kayu, dihiasi jendela-jendela besar. Bentuk bangunannya menyerupai lumbung penyimpanan
padi, dan beratapkan ilalang. Ditunjang dengan pemandangan dari bungalow yang
langsung menghadap lautan luas dan sisi pulau lain yang masih hijau oleh
pepohonan, lengkaplah keindahan pulau ini. Wow, benar-benar kembali ke alam!
Tentu saja, jika ingin
menginap disini kita harus menyiapkan kocek yang cukup besar. Dari brosur yang
saya lihat rate-nya sekitar 125 USD semalam. Resort itu dilengkapi dengan
berbagai fasilitas seperti kolam renang, tempat bermain volley, dan spa.
Setelah makan siang, kami
semua diantar keliling pulau menggunakan sebuah mobil bak terbuka.
Berderet-deret mobil jenis itu mengantarkan puluhan pengunjung tiap harinya.
Ada dua tempat yang kami kunjungi di pulau tersebut, yaitu Goa Gala-Gala dan
tempat pengembangan (atau pertanian?) rumput laut. Tempat yang akan kami
kunjungi adalah Desa Jungut Batu.
Kami dibawa ke sisi
pulau yang lain untuk melihat rumput laut ditanam dan dipanen. Puluhan perahu
berderet di lautan yang dangkal dan berpetak-petak. Wah, saya tidak menyangka
menanam rumput laut di lautan ternyata mirip menanam padi di sawah. Ada semacam
petak-petak untuk membatasi sekumpulan rumput laut itu. Di atas tebing di
pinggir pantai itu terdapat bangunan-bangunan kecil yang berfungsi sebagai
gudang penyimpanan rumput laut yang telah dipanen. Sebagian rumput laut yang
belum kering dijemur di luarnya. Rumput laut ternyata warnanya juga tak melulu
hijau, sebagian berwarna kecoklatan, merah tua, dan kuning. Menurut pemandu
wisata kami, sebagian besar penduduk desa itu bekerja menanam rumput laut.
Usai dari tempat
pengembangan rumput laut, kami dibawa ke Goa Gala-Gala. Goa Gala-Gala ini
adalah gua bawah tanah yang dibuat oleh seorang lelaki bernama Made Byasa. Dia
membuat gua bawah tanah tersebut dari usia 75 tahun seorang diri tanpa bantuan
orang lain dan berhenti menggali di usia 90 tahun. Di dalam gua tersebut dibuat
ruang-ruang khusus untuk bersemedi, mandi, tidur, dan bahkan untuk memasak! Dia
juga melengkapi gua itu dengan ruang tamu dan tempat duduknya. Saya tak habis
pikir, bagaimana cara membuatnya ya? Beberapa lubang pintu keluar dan ventilasi
juga dibuatnya.Konon, dia membuat gua itu karena terinspirasi cerita Pandawa
saat diisolasi.
Usai mengunjungi kedua
tempat tersebut kami kembali ke kapal yang mengantar kami ke daratan. Ada
hal-hal yang membuat saya terkesan dengan tempat ini. Yang pertama, keindahan
pantainya yang masih bersih belum banyak tersentuh orang. Resort di pinggir
pantai tersebut pun dibuat se-natural mungkin agar pengunjung tersentuh oleh
alam.
Yang kedua, kehidupan masyarakat di pulau ini yang masih sangat sederhana dan kekeluargaan. Mereka hidup dari hasil “bertani” rumput laut, berdagang, dan menyewakan mobil bak terbuka (yang diorganisir oleh sebuah kelompok) sebagai alat transportasi pengunjung. Penduduk setempat, seperti halnya penduduk Bali, menganut budaya Bali, sehingga tak heran jika di sana-sini terdapat sesajen khas Bali.
Yang kedua, kehidupan masyarakat di pulau ini yang masih sangat sederhana dan kekeluargaan. Mereka hidup dari hasil “bertani” rumput laut, berdagang, dan menyewakan mobil bak terbuka (yang diorganisir oleh sebuah kelompok) sebagai alat transportasi pengunjung. Penduduk setempat, seperti halnya penduduk Bali, menganut budaya Bali, sehingga tak heran jika di sana-sini terdapat sesajen khas Bali.
Tulisan saya yang dimuat di Sekar, Maret 2010 |
Jika teman-teman ingin mengirimkan atikel wisata ke Majalah Sekar, berikut ketentuan dan tips dari saya:
1. Panjang tulisan 3 halaman kuarto.
2. Tulis cathcer di awal tulisan. Pilih kalimat yang menarik pembaca.
3. Gunakan sudut pandang "saya" dan sapa pembaca dengan "anda".
4. Kirimkan minimal 5 foto yang menarik, indah, yang mengekspose pemandangan.
5. Buat sub-sub judul sehingga pembaca bisa menangkap poin-poin penting yang bisa diperoleh jika berkunjung ke tempat tersebut.
Selamat menulis!
Terimakasih adik guru tipnya
ReplyDeletesemoga sy bs ke nusa lembongan & terima kasih buat tipsnya :)
ReplyDeleteKirimnya ke redaksi sekar mungkin ada emailnya mba,mksih
ReplyDeleteAda, tapi saya lupa e-mailnya hehe. Ntar saya cari ya :) Makasih sudah mampir.
Deletewah sangat indah sekali ya, jdi bermimpi ne ingin kesana,hehehe
ReplyDeletesalam blogger
http://websitewisata.blogspot.com/