Thursday, July 19, 2012

Love, Aubrey


Posting ulang dari blog lama saya  http://fhyta.multiply.com/reviews/item/7

Category:


Books
Genre:Childrens Books
Author:Suzanne LaFleur

Buku yang diterjemahkan secara apik oleh Teh Ary Nilandari ini saya kenal ketika mampir di blognya. Setelah sekian lama terlupakan, saya teringat kembali buku ini saat perbincangan di suatu forum tentang buku-buku anak yang terbaik menghangat. Salah satu yang saya baca adalah komentar Teh Ary. Saya pun hunting buku ini. Karena tak menemukannya di toko buku, saya membelinya secara online. Mulai dari buku itu saya terima, saya tidak berhenti membaca sampai selesai. :)

Buku yang mengharu biru ini bercerita tentang Aubrey, gadis berusia 11 tahun yang ditinggalkan oleh ibunya sendirian di rumah pasca kecelakaan yang menimpa keluarganya. Keluarga Aubrey yang terdiri dari Mom, Dad, Aubrey dan Suzannah, adiknya mengalami kecelakaan mobil sepulang liburan. Ayah dan adiknya meninggal. Sedangkan ibunya yang sangat terpukul karena dialah yang mengendarai mobil, pergi entah kemana.

Aubrey pikir, ibunya hanya pergi sebentar. Ternyata dugaannya salah. Ibunya pergi berhari-hari lamanya. Selama itu, Aubrey mengurus dirinya sendiri, berteman sepi, dan kenangan akan keluarganya yang selalu membuatnya sedih. Aubrey diselamatkan Gram, neneknya. Beliau lalu membawa Aubrey pulang ke rumahnya.

Aubrey berjuang melawan kesedihan. Berulang kali dia bertanya mengapa ibunya meninggalkannya. Perutnya selalu mual mengingat kenangan-kenangan itu. Maka, dia menulis surat setiap kali dia ingin.

Gram, menarik Aubrey keluar dari jeratan kenangan-kenangan itu. Gram memberinya tugas setiap hari, memantaunya, dan memastikan dia baik-baik saja di sekolah barunya. Aubrey mendapatkan sahabat di tempat barunya. Bridget, sahabatnya itu mempunyai keluarga yang bahagia. Aubrey ikut merasakan kehangatan keluarga Bridget. Mereka membuatnya kembali tersenyum, meski kadang dia masih menangis dan merasa mual jika teringat ayah, ibu dan adiknya. Selain mereka, ada beberapa orang yang juga berempati padanya.

Gram terus mencari ibunya. Suatu hari, Gram mengatakan ibunya sudah ditemukan. Aubrey tak tahu harus senang atau marah. Dia kecewa karena ibunya meninggalkannya. Menurutnya, sangat berbeda antara meninggalkan karena mati, dan meninggalkan karena memang ingin pergi. Ibunya tinggal beberapa saat di rumah Gram. Lalu kemudian pergi lagi untuk memulihkan diri, berobat, dan mencari pekerjaan. Setelah semuanya dapat terlewati ibu memintanya kembali bersamanya. Aubrey dan ibunya menjalani saat yang berat sampai akhirnya dapat pulih.

Entah mengapa, saya menyukai cerita seperti ini. Cerita yang muram, membuat mata saya berembun selama membacanya. Kisah Aubrey membuat saya seolah ikut merasakan kesedihannya. Bagaimana perasaannya saat orang-orang yang dicintai hilang dalam kehidupan, baik karena harus pergi maupun karena memilih pergi, tergambar dengan baik disini. Suzanne LaFluer membuat cerita ini mengalir, disertai detil di setiap adegannya.

Salah satu kalimat yang menarik untuk dikutip adalah, "Aku memegang foto itu di hadapanku, menutup mata. Aku masih bisa melihatnya. Aku masih bisa merasakan kenangan itu ada di sana, dekat, tapi tidak menarikku masuk seperti dulu. Mungkin sekarang terserah aku."

Orang-orang yang kita cintai merupakan kenangan termanis dalam hidup kita. Mereka begitu berharga di hati kita. Perpisahan dengan mereka bisa terjadi kapan saja. Kita pasti akan merasa sedih dan kehilangan. Tapi hidup terus berjalan. Kita harus memilih, mau terjerat kenangan selamanya atau merasakan manisnya kenangan itu sambil terus berjalan.

No comments :

Post a Comment