Tuesday, February 17, 2015

Terpesona pada Kebersihan Wina #TravellingtoEurope (Part 9)

Perhentian kami selanjutnya setelah Venezia adalah Wina. Seperti sebelumnya, kami berencana naik kereta malam, demi mengirit budget penginapan. Kali ini kami naik kereta OBB (entah apa kepanjangannya). Berangkat dari Venezia pukul 20.57 dan sampai di Wina pukul 07.51.

Tidak seperti kereta sebelumnya, kali ini kami terbengong-bengong karena kereta ini bisa dibilang minim pemeriksaan. Tiket dicek setelah kereta berjalan beberapa menit dan petugasnya terbilang jarang. 

Ada enam tempat duduk di ruangan kami. Tapi rupanya, hanya kami berdua yang menempatinya. Saya dan suami sengaja mengambil tempat mepet ke jendela supaya kalau ada penumpang lain yang masuk saat kami tidur, kami tidak terganggu. Koper kecil dan backpack kami letakkan di rak. Sedangkan tas kecil yang saya bawa sengaja saya pakai untuk bantal. Lumayan empuk karena ada syal dan topi yang saya simpan di dalamnya.

Mumpung ada colokan listrik, sekalian kami langsung nge-charge hp. Lalu suami saya menutup pintu. Sempat dia berkomentar, “Kok pintunya nggak bisa dikunci sih?” Dan memang ini rada aneh, mengingat di kereta sebelumnya pintu kompartemen bisa kami kunci.

Mungkin karena kecapekan jalan-jalan di Venezia, nggak lama saya langsung pulas. Demikian pula suami saya. Malamnya, saya terbangun, lalu mencabut kabel charger dan memasukkan hp ke dalam saku jaket saya. Ketika itu, saya lihat pintu kompartemen terbuka lebar. Karena ngantuk, saya langsung menutupnya dan kembali tidur tanpa berkomentar.

Keesokan harinya, suami membangunkan saya. Ucek-ucek mata sebentar lalu saya cek beberapa pesan di hp saya, terutama pesan dari adik saya yang menanyakan keberadaan kami. Suami saya mengingatkan untuk ke kamar mandi sebelum turun. Saya pun berdiri, mencari-cari tas saya untuk mengambil tissue. Ternyata, Saudara-saudara, tas saya lenyap! Panik, saya cari-cari di bawah kursi. Duh, nggak ada juga! Apakah tas itu dicuri? Saya hanya ingat terbangun tengah malam saat pintu terbuka. Tapi saya sama sekali nggak nyadar kalau tas saya raib. Apa saya geser letak tasnya ya? Seingat saya, tas itu saya pakai alas kepala. Dan tas itu adalah pemberian suami saya beberapa bulan lalu. 

Saya pun duduk lagi, berusaha menenangkan diri sambil mengingat-ingat benda yang ada di dalamnya. Ada dua hp, yang satu hp saya, satu lagi punya adik saya yang dipinjamkan supaya saya bisa mengontaknya dengan mudah. Hp pinjaman itu berisi kartu telepon Jerman. Keduanya bukan hp yang mahal, tapi tetap saja berharga. Selain hp juga ada kamera saku yang hanya beberapa kali saya pakai karena saya tidak terlalu suka kualitas gambarnya.

Lalu uang, hanya ada beberapa Euro di dalam tas itu karena sebagian besar saya pindahkan ke dalam dompet yang ada di pinggang saya. Paspor dan kartu kredit semuanya di dalam dompet pinggang. Parahnya, saya ingat ada copy kartu kredit di dalam tas itu. Duh, lemes rasanya! 

Sampai di Wina, rasanya masih cemas saja. Sampai-sampai suami saya menegur saya, "Sudahlah ikhlaskan saja." Ya, saya sih berusaha ikhlas, tapi tetap saja saya cemas karena copy kartu kredit itu masih bisa digunakan oleh orang untuk bertransaksi kan.

Sampai akhirnya suami saya menelepon adiknya, minta tolong memblokir kartu kredit saya. Setelah semua kartu diblokir barulah saya merasa tenang.  Alhamdulillah, saya bisa mengikhlaskan yang hilang, dan percaya bahwa Allah akan menggantinya kelak. Hanya saja, kejadian ini sedikit merusak mood jalan-jalan saya. Biasanya kemana-mana pegang tas itu, kali ini tidak.

Keluar dari Wien Bhf, kami langsung menyeberang jalan menuju tempat penginapan kami. Ya, suami saya memesan kamar walaupun kami rencananya akan langsung bertolak ke Frankfurt sore harinya. Kenapa? Karena dari kemarin kami belum mandi hehehe. Dua malam di kereta membuat kami tak bisa mandi. Paling banter cuci muka dan gosok gigi.

Masuk di penginapan tersebut kami disambut petugas yang super ramah. Dia mengatakan bahwa suhu saat itu tidak terlalu dingin, namun sangat berangin. Memang benar, begitu kami keluar penginapan setelah mandi kami langsung diserbu angin. Kalau nggak pegangan, mungkin saya sudah jatuh tertiup angin. Padahal suhunya mirip-mirip suhu di Puncak. Sekitar belasan derajat.

Suhu paling enak selama di Eropa, tapi bikin masuk angin hihi

Tidak ada tempat wisata yang spesifik yang ingin kami kunjungi di Wina. Kami hanya berjalan-jalan keliling kota. Satu hal yang sangat mengesankan bagi saya, Wina adalah kota yang sangat bersih. Seneng banget melihatnya. Jarang sekali kami menemukan sampah berceceran. Pernah sekali saya lihat ada es krim terjatuh di dekat tempat sampah, lalu ada orang yang melihatnya dan memasukkannya ke dalam tempat sampah. Salut!

Jalanan Wina sangat ramah untuk para pejalan kaki. Bahkan, jalan untuk pejalan kaki lebih lebar dibandingkan jalan untuk mobil. Kabarnya, Wina lumayan aman. Saya sendiri tidak melihat pengemis atau homeless di sepanjang jalan.

Jalannya ramah untuk pejalan kaki

Saya dan suami sempat terheran-heran ketika di stasiun, tidak ada terdapat alat untuk mengecek tiket kami. Kami hanya membeli tiket lalu berlalu masuk ke dalam kereta. Artinya, masyarakat di Wina sudah terbiasa dan terdidik untuk berbuat jujur. Kami amati juga, harga barang di Wina sedikit lebih mahal dibandingkan di tempat lain yang telah kami kunjungi. Apakah ini berarti tingkat kesejahteraan mereka lebih tinggi? Mungkin saja, karena dari yang saya baca-baca, kota ini termasuk dalam daftar kota terbaik kualitas hidupnya.

Duduk-duduk di depan pertokoan
Keliling kemana saja di Wina? Nggak banyak kok. Hanya melihat-lihat Rathaus alias Balai Kota, Stephansdom (Gereja Kathedral), melihat gedung opera, kastil dan menikmati jalan-jalan di pusat perbelanjaan dekat. Saat kami melewati opera, beberapa petugas menyapa ramah kami. Eh, mereka bahkan menyapa kami dalam bahasa Indonesia! Hahaha. Saya dan suami sampai terkaget-kaget melihat betapa ramahnya mereka. Sayangnya, kami harus segera pulang sore harinya. Kalau tidak, mungkin masih bisa mempertimbangkan untuk nonton opera. Sekadar memuaskan rasa ingin tahu.

Bersih banget kan kotanya?
Kami sempat beristirahat di taman. Uniknya, banyak tanaman yang ditutup karung di taman tersebut. Ternyata, begitulah cara melindungi tanaman dari musim dingin. Lucu juga ya.

Selesai berjalan-jalan, kami makan kebab di sebuah resto. Sempat membawa pulang ke penginapan beberapa makanan untuk berjaga-jaga kalau nanti lapar lagi. Beberapa jam sebelum kereta kami dijadwalkan berangkat, kami sempat tidur sebentar. Habisnya, di luar dingiiin!

I like the blue sky!


Kalau ditanya kota mana yang berkesan selama kunjungan kami, mungkin saya bisa menjawab semuanya berkesan. Tapi untuk Wina, saya sangat ingin kembali lagi untuk melihat sisi kota yang belum sempat kami lihat karena mood yang rusak akibat hilang tas . Mudah-mudahan kelak kami bisa datang lagi. Aamiin.

19 comments :

  1. Keren. Nggak hanya cantik tp juga bersih.
    Kpn Indonesia bgini yah....
    Mdh2an Bandung, the next Wina.
    Tfs ya mak :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin... mudah-mudahan ya, Mak. Makasih sudah berkunjung :)

      Delete
  2. Makfit, kereen, kapan indonesia bisa sebersih itu di semua tempat yaak

    ReplyDelete
  3. semoga dapat gantinya mak :(
    bagus banget wina,keren^^

    ReplyDelete
  4. cakep bangett kotanya..kapan ya dakuw bisa nginjek kota itu fiiit..*lalu ngences...hihihi

    ReplyDelete
    Replies
    1. Insya Allah bisa ke sana, Dew. Dari royalti buku dan film. Aamiin :) Hihi.

      Delete
  5. Aamiin, mudah2an bisa balik lagi ke wina ya mbak, apalagi klo ajak saia hehe :)

    ReplyDelete
  6. dulu waktu papa ku kesana aku sempet ngamuk karena nggak diajak mak hehe..apalagi liat foto2nya wuuuiiihhh.....
    duuuhhh... pengeeen...pengeeeen...pengeeeeennn........

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahaha anakku juga marah karena nggak diajak :)) Insya Allah nanti ada rejekinya, Mak. Aamiin.

      Delete
  7. keren mbakkk ..
    semoga dapat gantiinya yan lebih yaa .. amin
    salam kenal :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin. Salam kenal balik. Makasih sudah berkunjung ya :)

      Delete
  8. Cantiik ya, jalanannya bersiih dan lebaar. Gedung2nya cantiik buat begron foto. Hmm... Andai kota tua jakarta dirawat dg baik, bisa tuuh secantik inii

    ReplyDelete
  9. semoga kesampean jalan-jalan kesini...aamiin :)

    ReplyDelete
  10. wah disapa dalam bahasa indonesia..pastinya menakjubkan banget ya mba..

    ReplyDelete