Perhentian kami selanjutnya setelah Venezia adalah Wina.
Seperti sebelumnya, kami berencana naik kereta malam, demi mengirit budget penginapan. Kali ini kami naik kereta
OBB (entah apa kepanjangannya). Berangkat dari Venezia pukul 20.57 dan sampai
di Wina pukul 07.51.
Tidak seperti kereta sebelumnya, kali ini kami
terbengong-bengong karena kereta ini bisa dibilang minim pemeriksaan. Tiket
dicek setelah kereta berjalan beberapa menit dan petugasnya terbilang jarang.
Ada enam tempat duduk di ruangan
kami. Tapi rupanya, hanya kami berdua yang menempatinya. Saya dan suami sengaja
mengambil tempat mepet ke jendela supaya kalau ada penumpang lain yang masuk
saat kami tidur, kami tidak terganggu. Koper kecil dan backpack kami letakkan
di rak. Sedangkan tas kecil yang saya bawa sengaja saya pakai untuk bantal. Lumayan empuk karena ada syal dan topi yang saya simpan di dalamnya.
Mumpung ada colokan listrik, sekalian kami langsung
nge-charge hp. Lalu suami saya menutup pintu. Sempat dia berkomentar, “Kok
pintunya nggak bisa dikunci sih?” Dan memang ini rada aneh, mengingat di kereta
sebelumnya pintu kompartemen bisa kami kunci.
Mungkin karena kecapekan jalan-jalan di Venezia, nggak lama
saya langsung pulas. Demikian pula suami saya. Malamnya, saya terbangun, lalu
mencabut kabel charger dan memasukkan hp ke dalam saku jaket saya. Ketika
itu, saya lihat pintu kompartemen terbuka lebar. Karena ngantuk, saya langsung
menutupnya dan kembali tidur tanpa berkomentar.
Keesokan harinya, suami membangunkan saya. Ucek-ucek mata
sebentar lalu saya cek beberapa pesan di hp saya, terutama pesan dari adik saya
yang menanyakan keberadaan kami. Suami saya mengingatkan untuk ke kamar mandi
sebelum turun. Saya pun berdiri, mencari-cari tas saya untuk mengambil tissue.
Ternyata, Saudara-saudara, tas saya lenyap! Panik, saya cari-cari di bawah
kursi. Duh, nggak ada juga! Apakah tas itu dicuri? Saya hanya ingat terbangun tengah malam saat pintu terbuka. Tapi saya sama sekali nggak nyadar kalau tas saya raib. Apa saya geser letak tasnya ya? Seingat saya, tas itu saya pakai alas kepala. Dan tas itu adalah pemberian suami saya beberapa bulan lalu.
Saya pun duduk lagi, berusaha menenangkan diri sambil
mengingat-ingat benda yang ada di dalamnya. Ada dua hp, yang satu hp saya, satu
lagi punya adik saya yang dipinjamkan supaya saya bisa mengontaknya dengan
mudah. Hp pinjaman itu berisi kartu telepon Jerman. Keduanya bukan hp yang
mahal, tapi tetap saja berharga. Selain hp juga ada kamera saku yang hanya
beberapa kali saya pakai karena saya tidak terlalu suka kualitas gambarnya.
Lalu uang, hanya ada beberapa Euro di dalam tas itu karena
sebagian besar saya pindahkan ke dalam dompet yang ada di pinggang saya. Paspor
dan kartu kredit semuanya di dalam dompet pinggang. Parahnya, saya ingat ada
copy kartu kredit di dalam tas itu. Duh, lemes rasanya!
Sampai di Wina, rasanya masih cemas saja. Sampai-sampai suami saya menegur saya, "Sudahlah ikhlaskan saja." Ya, saya sih berusaha ikhlas, tapi tetap saja saya cemas karena copy kartu kredit itu masih bisa digunakan oleh orang untuk bertransaksi kan.
Sampai akhirnya suami saya menelepon adiknya, minta tolong memblokir kartu kredit saya. Setelah semua kartu diblokir barulah saya merasa tenang. Alhamdulillah, saya bisa mengikhlaskan yang
hilang, dan percaya bahwa Allah akan menggantinya kelak. Hanya saja, kejadian
ini sedikit merusak mood jalan-jalan saya. Biasanya kemana-mana pegang tas itu,
kali ini tidak.
Keluar dari Wien Bhf, kami langsung menyeberang jalan menuju
tempat penginapan kami. Ya, suami saya memesan kamar walaupun kami rencananya
akan langsung bertolak ke Frankfurt sore harinya. Kenapa? Karena dari kemarin
kami belum mandi hehehe. Dua malam di kereta membuat kami tak bisa mandi. Paling
banter cuci muka dan gosok gigi.
Masuk di penginapan tersebut kami disambut petugas yang
super ramah. Dia mengatakan bahwa suhu saat itu tidak terlalu dingin, namun
sangat berangin. Memang benar, begitu kami keluar penginapan setelah mandi kami
langsung diserbu angin. Kalau nggak pegangan, mungkin saya sudah jatuh tertiup
angin. Padahal suhunya mirip-mirip suhu di Puncak. Sekitar belasan derajat.
Suhu paling enak selama di Eropa, tapi bikin masuk angin hihi |
Tidak ada tempat wisata yang spesifik yang ingin kami
kunjungi di Wina. Kami hanya berjalan-jalan keliling kota. Satu hal yang sangat
mengesankan bagi saya, Wina adalah kota yang sangat bersih. Seneng banget melihatnya. Jarang sekali kami menemukan sampah berceceran. Pernah sekali saya lihat ada es krim terjatuh di dekat tempat sampah, lalu ada orang yang melihatnya dan memasukkannya ke dalam tempat sampah. Salut!
Jalanan Wina sangat
ramah untuk para pejalan kaki. Bahkan, jalan untuk pejalan kaki lebih lebar
dibandingkan jalan untuk mobil. Kabarnya, Wina lumayan aman. Saya sendiri tidak
melihat pengemis atau homeless di sepanjang jalan.
Jalannya ramah untuk pejalan kaki |
Saya dan suami sempat terheran-heran ketika di stasiun,
tidak ada terdapat alat untuk mengecek tiket kami. Kami hanya membeli tiket
lalu berlalu masuk ke dalam kereta. Artinya, masyarakat di Wina sudah terbiasa
dan terdidik untuk berbuat jujur. Kami amati juga, harga barang di Wina sedikit
lebih mahal dibandingkan di tempat lain yang telah kami kunjungi. Apakah ini
berarti tingkat kesejahteraan mereka lebih tinggi? Mungkin saja, karena dari
yang saya baca-baca, kota ini termasuk dalam daftar kota terbaik kualitas hidupnya.
Duduk-duduk di depan pertokoan |
Keliling kemana saja di Wina? Nggak banyak kok. Hanya
melihat-lihat Rathaus alias Balai Kota, Stephansdom (Gereja Kathedral), melihat
gedung opera, kastil dan menikmati jalan-jalan di pusat perbelanjaan dekat. Saat
kami melewati opera, beberapa petugas menyapa ramah kami. Eh, mereka bahkan
menyapa kami dalam bahasa Indonesia! Hahaha. Saya dan suami sampai
terkaget-kaget melihat betapa ramahnya mereka. Sayangnya, kami harus segera
pulang sore harinya. Kalau tidak, mungkin masih bisa mempertimbangkan untuk
nonton opera. Sekadar memuaskan rasa ingin tahu.
Bersih banget kan kotanya? |
Kami sempat beristirahat di taman. Uniknya, banyak tanaman
yang ditutup karung di taman tersebut. Ternyata, begitulah cara melindungi
tanaman dari musim dingin. Lucu juga ya.
Selesai berjalan-jalan, kami makan kebab di sebuah resto.
Sempat membawa pulang ke penginapan beberapa makanan untuk berjaga-jaga kalau
nanti lapar lagi. Beberapa jam sebelum kereta kami dijadwalkan berangkat, kami
sempat tidur sebentar. Habisnya, di luar dingiiin!
I like the blue sky! |
Kalau ditanya kota mana yang berkesan selama kunjungan kami, mungkin saya bisa menjawab semuanya berkesan. Tapi untuk Wina, saya sangat ingin kembali lagi untuk melihat sisi kota yang belum sempat kami lihat karena mood yang rusak akibat hilang tas . Mudah-mudahan kelak kami bisa datang lagi. Aamiin.
Keren. Nggak hanya cantik tp juga bersih.
ReplyDeleteKpn Indonesia bgini yah....
Mdh2an Bandung, the next Wina.
Tfs ya mak :)
Aamiin... mudah-mudahan ya, Mak. Makasih sudah berkunjung :)
DeleteMakfit, kereen, kapan indonesia bisa sebersih itu di semua tempat yaak
ReplyDeleteIyaaa mudah-mudahan ya, Mak :)
DeleteAndai Jakarta seperti itu ya mak
ReplyDeleteAamiin :)
Deletesemoga dapat gantinya mak :(
ReplyDeletebagus banget wina,keren^^
Aamiin. makasih Mak :)
Deletecakep bangett kotanya..kapan ya dakuw bisa nginjek kota itu fiiit..*lalu ngences...hihihi
ReplyDeleteInsya Allah bisa ke sana, Dew. Dari royalti buku dan film. Aamiin :) Hihi.
DeleteAamiin, mudah2an bisa balik lagi ke wina ya mbak, apalagi klo ajak saia hehe :)
ReplyDeleteAamiin. Maree
Deletedulu waktu papa ku kesana aku sempet ngamuk karena nggak diajak mak hehe..apalagi liat foto2nya wuuuiiihhh.....
ReplyDeleteduuuhhh... pengeeen...pengeeeen...pengeeeeennn........
Hahaha anakku juga marah karena nggak diajak :)) Insya Allah nanti ada rejekinya, Mak. Aamiin.
Deletekeren mbakkk ..
ReplyDeletesemoga dapat gantiinya yan lebih yaa .. amin
salam kenal :)
Aamiin. Salam kenal balik. Makasih sudah berkunjung ya :)
DeleteCantiik ya, jalanannya bersiih dan lebaar. Gedung2nya cantiik buat begron foto. Hmm... Andai kota tua jakarta dirawat dg baik, bisa tuuh secantik inii
ReplyDeletesemoga kesampean jalan-jalan kesini...aamiin :)
ReplyDeletewah disapa dalam bahasa indonesia..pastinya menakjubkan banget ya mba..
ReplyDelete