Rainy's Days, Pemenang 1 Lomba Menulis Novel Bluestroberi Penerbit Ice Cube |
Gadis itu duduk pada ayunan bertali yang
dililiti tanaman rambat. Tubuhnya bergoyang pelan. Kepalanya terkulai lemas
seperti boneka yang patah leher. Dan, matanya kehilangan sinar.
Berhari-hari
sudah peristiwa buruk itu terjadi pada lelaki yang disayanginya. Namun, dia
masih mengingat betul semuanya. Terlalu banyak kata “seandainya” muncul di
otaknya. Pada akhirnya dia tahu, itu tak akan mengubah apapun.
Tanpa bisa dicegah
sebuah kenangan manis melintas. Saat bersama seorang lelaki di suatu senja.
Waktu itu, mereka berdua berada di tempat tersebut bersama wangi bunga-bunga.
Hanya beberapa menit, namun waktu seakan berhenti seketika.
“Hujan
itu tak berarti sedih, Rainy,” kata sang lelaki.
“Meski
hujan selalu datang di saat-saat buruk?” tanyanya serupa bocah yang menuntut
penjelasan. Dia tak pernah punya kenangan menyenangkan di saat hujan.
Sang
lelaki mendorong ayunan yang didudukinya lebih keras, membuat rambut tipis Rainy
tertiup angin.
“Hujan
akan berlalu. Dan saat itulah, kamu akan melihat pelangi. Tanpa hujan, pelangi
tak kan muncul. Hujan tak seburuk yang kaubayangkan. Kamu tahu, ada satu lagi
yang kusuka dari hujan.”
“Apa?”
“Bau
tanah usai hujan. Harum dan segar.”
Sang
gadis memejamkan mata, ayunan itu membuat tubuhnya bergerak naik turun. Dia
menyukai sensasinya. Menyenangkan sekali berada di ayunan. Saat meluncur turun,
rasanya jantungnya ikut jatuh. Saat naik, rasanya seperti terbang.
“Berjanjilah
untuk tersenyum, Rain,” kata sang lelaki ketika ayunan melambat geraknya.
“Berjanjilah untukku.”
Tepat
ketika ayunan berhenti dan gadis itu membuka mata, sang lelaki berjongkok di
hadapannya, di antara bunga-bunga. Gadis itu tersenyum. Wajahnya bersemu merah.
Titik-titik
hujan tiba-tiba turun membasahi bumi, membuyarkan lamunan sang gadis. Matanya
menghangat seketika mengingat ucapan lembut lelaki yang kini tergolek lemah
tanpa daya itu. Namun, dia tak juga beranjak menghalau titik-titik hujan dari
rambutnya. Untuk kali ini saja, dia ingin larut dalam hujan.
Lalu, hujan pun
menyembunyikan air matanya yang ikut turun bersamaan dengan titik-titik air.[Fita Chakra]
Penasaran gimana kelanjutannya? Yuk, dibeli!
Oya, kalau teman-teman ingin datang kenal lebih dekat dengan Seri Bluestroberi dan para penulisnya, silakan hadir di acara berikut ini:
Be there! |
Paragraf awal bikin mupeng baca Fita... pesen dong :)
ReplyDeleteMbak Wati, boleh. Inbox alamat ke aku ya :)
Deletewaw, manisss..
ReplyDeleteMakasih, ya. :)
Deleteciiiee romantis ya kata2 nya :-)
ReplyDeleteHahaha *tutup muka, aslinya gak romantis lho :)
Delete“Hujan itu tak berarti sedih, Rainy,” kata sang lelaki.
ReplyDeleteIya hujan itu juga kegembiraan bagiku...:)
Aku juga senang hujan, asal nggak bikin banjir :))
Deletetunggu ke JCc aja deeh
ReplyDeleteAsik, dateng ya... ya...
Delete