Tuesday, February 11, 2014

Teman Lama Teman Baru


Dimuat di Majalah Parenting, Juni 2009

Berada jauh dari kampung halaman membuat saya merasa sedikit terkucil. Bagaimana tidak, saya yang dari lahir hingga usai kuliah tidak pernah pindah dari satu kota harus beradaptasi di lingkungan yang baru yang sama sekali berbeda dengan kota asal saya. Kota metropolitan yang sesungguhnya enggan saya datangi mau tidak mau harus diakrabi. Semuanya demi sebuah keluarga yang saya cintai, suami dan anak-anak saya. Saat itu, suami saya bekerja di Jakarta sehingga kami harus memilih apakah kami harus tinggal di dua kota berlainan atau pindah di Jakarta dan sekitarnya.

Akhirnya saya pun mengalah. Kepindahan ini sungguh di luar bayangan saya. Berbulan-bulan dan bahkan bertahun-tahun kemudian sampai anak-anak kami lahir saya masih sering merasa kesepian. Bayangkan saja, saya yang terbiasa hidup di kota kecil yang nyaman, dikelilingi banyak teman dan saudara kini harus hidup di tempat yang sama sekali belum pernah saya kenal. Memang, di tempat yang baru saya juga mendapatkan beberapa orang teman, tapi entah mengapa tetap saja saya kesepian. Mungkin ini karena di tempat tinggal saya yang baru saya belum menemukan teman yang cocok. Atau mungkin karena saya memang bukan tipe orang yang gampang akrab dengan orang-orang baru.

Saya jadi sering merasa rindu. Rindu pada teman, rindu pada sahabat, rindu pada kota kelahiran saya, dan bahkan rindu pada makanan khas yang hanya ada disana!

Awalnya saya tidak tahu harus berbuat apa. Saya ingin bekerja di luar rumah agar tetap bisa bersosialisasi (bukan berarti ibu rumah tangga tidak bersosialisasi ya) dengan dunia luar. Tetapi saya sungguh tak tega meninggalkan anak-anak di rumah tanpa pengawasan dari saya sebagai ibunya. Untungnya, di jaman serba canggih seperti sekarang ini ada media yang bernama internet. Saya mulai berpikir pekerjaan apa yang bisa saya lakukan tanpa meninggalkan anak-anak yang masih butuh pengawasan saya di rumah.

Iseng-iseng saya mencari-cari kegiatan melalui internet. Eh, tidak tahunya saya malah mendapatkan pekerjaan dari kebiasaan menjelajah dunia maya ini. Saya sering mendapatkan peluang menulis dari internet. Menulis artikel, essay, cerita anak, dan lain sebagainya, saya lakoni dengan hati senang karena pada dasarnya saya sangat suka menulis. Dari iseng-iseng, akhirnya saya pun menekuni dunia tulis menulis dan berkantor di rumah, yang dulunya hanya mimpi bagi saya.

“Enak ya, tidak perlu susah-susah ngantor. Kerja dari rumah, bisa mengawasi anak-anak, tapi dapat duit,” begitu komentar seorang teman saya saat dia bertanya apa pekerjaan saya.

“Kerja dari rumah kan ribet. Mana bisa kerja sambil direcokin anak-anak?” komentar teman saya yang lainnya.
            
Saya tersenyum saja. Yah saya tahu bahwa setiap hal memang selalu ada sisi positif dan negatifnya. Bekerja dari rumah memang kelihatannya menyenangkan tapi saya dituntut untuk pandai-pandai membagi waktu antara pekerjaan dan urusan rumah tangga yang tak pernah ada habisnya. Kadang-kadang saya harus mencuri-curi waktu agar bisa berkonsentrasi menulis di sela-sela rengekan dan tangisan anak-anak. Saya juga terkadang harus berlomba dengan deadline yang ketat hingga saat weekend pun saya masih harus menulis sementara tubuh saya rasanya ingin beristirahat menikmati liburan bersama anak-anak dan suami. Kenyataannya, meski begitu, saya menikmatinya lho.

Saya akui, seperti inilah pekerjaan yang ideal menurut saya. Sepertinya saya merasa nyaman bekerja dari rumah. Apalagi dalam hal pekerjaan, saya merasa sangat terbantu karena terhubung dengan internet. Bagaimana tidak? Saya tidak perlu hadir setiap saat saya harus menyerahkan hasil tulisan saya. Saya tinggal mengirimkannya melalui email dan hops… tulisan saya sudah diterima di seberang sana. Praktis, cepat,  dan hemat. Tidak perlu stres karena macet di jalan dan tidak perlu berlama-lama meninggalkan rumah. Saya hanya perlu sekali waktu keluar rumah untuk bekerja jika memang ada yang harus saya kerjakan di luar rumah.

Yang lebih menyenangkan, melalui internet ternyata saya tidak hanya mendapatkan pekerjaan. Saya juga mendapatkan banyak teman yang menekuni dunia yang sama dan memiliki interes sama. Milis dan blog-lah yang mempertemukan kami. Kami sering berbagi ilmu, berbagi info mengenai lomba atau peluang menulis, dan saling menyemangati satu sama lain untuk terus berkarya.

Bahkan, saking intensnya komunikasi yang kami lakukan melalui milis atau blog, kadang-kadang “pertemuan” kami pun berlanjut di dunia nyata. Jika saya berkunjung ke suatu kota saya menyempatkan diri untuk kopdar (kopi darat) bersama teman-teman yang berada di kota itu. Begitupun sebaliknya. Atau jika suatu hari milis kami mengadakan acara, kami juga bertemu secara langsung.

Bahkan, terkadang kami juga bertegur sapa melalui telepon hanya untuk bertukar kabar. Jangan salah, ikatan emosional di antara kami ternyata cukup kuat. Kedekatan kami juga diikuti dengan saling memberikan kiriman bingkisan di saat-saat istimewa seperti  ulang tahun, kelahiran anak, dan tentu saja saat salah satu di antara kami merayakan keberhasilannya menerbitkan tulisan. Wuih, rasanya hati saya ikut melonjak gembira saat tahu teman saya senang!

Belakangan, saya juga “menemukan” teman-teman lama saya melalui internet. Facebook, nama situs yang mempertemukan kami. Waktu saya baru mengenalnya, sama sekali tidak terpikirkan oleh saya bahwa saya akan keranjingan Facebook. Paling-paling seperti situs-situs pertemanan serupa yang sudah pernah ngetren sebelumnya, pikirku. Saat itu, saya belum menemukan asyiknya ber-Facebook-ria.

Ternyata hari demi hari banyak orang yang sering membicarakan kelebihan situs ini. Saya jadi tertarik sedikit demi sedikit. Lama kelamaan ketika berkat situs ini, satu persatu teman-teman lama saya yang terpisah di belahan dunia manapun bisa saya temukan kembali. Teman kuliah yang sekarang sama sepertiku, bekerja dari rumah sembari mengasuh anak; teman SMU yang sudah jadi dokter, kerja di bank, dan jadi pengusaha; bahkan teman les saya yang sudah hampir sepuluh tahun sama sekali tidak pernah berkomunikasi dengan saya, saya temukan disini! Wah, rasanya saya seperti menemukan permata yang hilang saja.

Euforia Facebook ini entah bagaimana akhir-akhir ini membuat saya keranjingan membuka situs ini. Padahal yang saya lakukan paling-paling hanya meng-update status, membalas komen dari teman-teman, dan saling melontarkan candaan di wall. Saya sering tertawa dan tersenyum melihat foto-foto yang dipajang teman-teman saya. Karena Facebook pula lama kelamaan saya dan teman-teman lama saya saling menghubungi lewat telepon, cekikikan mengobrolkan hal-hal remeh temeh seperti berikut.

“Wah, ternyata dulu saya sekurus itu ya.”
“Jadi kangen nih masa-masa dulu waktu masih kuliah.”
“Si A yang culun dulu kok sekarang jadi cantik banget.”

Saking senangnya bernostalgia, kadang-kadang saya jadi lupa diri. Pekerjaan jadi terlantar gara saya keasyikan browsing teman-teman lama. Kalau sudah begini paling-paling suami saya berkomentar, “Jangan-jangan sudah kecanduan nih.”

Kecanduan? Ya, mungkin sementara waktu saya akan kecanduan Facebook, tapi saya yakin lambat laun saya bosan sendiri akhirnya. Saya mencoba berpikiran positif saja. Yang jelas berkat internet, saya mendapatkan teman baru yang menyemangati saya untuk terus berkarya. Dan, tentu saja, bertemu dengan teman-teman lama saya, menyambung tali silaturahmi yang telah lama terputus karena jarak dan waktu. [Fita Chakra]

3 comments :

  1. iiih mirip ceritanya ya mbak, mirip perkara bosen di rumah dan diselamatkan internet. lalu ketemu facebook. lalu gembira tak terkira. lalu keranjingan facebook dan sekarang udah sampai tahap bosen :)

    sukses mulia buat mbak Fita yaaa.....

    emang "mikir" di antara riuh rendah anak di rumah, sembari ngelirik bak cuci piring dan jemuran itu luaaar binasa rasanya, qiqiqiqi.....

    ReplyDelete
  2. Senasib...tapi setingnya terbalik. Saya waktu merantau ke luar pulau malah kesepian krna berpindah-pindah tempat tinggal dan ga punya temen. Akhirnya nemu banyak teman dari fb, twitter dan blog.
    Sekarang stl balik ke kampung halaman malah bingung bagi waktu antara dunia nyata dan dunia maya :p

    ReplyDelete
  3. Saya kenal banyak teman-teman di Faceook yang asik, dan inspiring eh banyak yang kopdar juga.Semoga saya bisa ketemua sama Mba Fita juga nanti di acar puncak Srikandi Blogger di Jakarta ya,

    ReplyDelete