Judul : Unfirend You, Masihkah Kau
Temanku?
Penulis : Dyah Rinni
Penerbit :
Gagas Media
Cetakan :
Pertama, 2013
Jumlah
Halaman : 275 halaman
Cover yang menarik |
The ones that you love the most are
usually the one that hurt you the most. -Unkown
Katrissa
Satin, adalah angsa baru. Dia diangkat kastanya dari kelompok itik buruk rupa
oleh Aura Amanda. Sebagai angsa baru, dia membatasi diri berhubungan dengan
orang-orang di masa lalunya, yaitu itik-itik seperti Langit Lazuardi, cowok geeky, yang entah kenapa selalu muncul
di saat-saat yang tak diinginkannya. Atau Sachita, sahabat lamanya yang ditinggalkan
sejak Katrisaa bergabung dengan kelompok angsa. Bertemu dengan mereka adalah nitghmare baginya.
Aura
Amanda, mungkin sudah ditakdirkan menjadi angsa sejak lahir. Segala yang ada
dirinya serba sempurna. Tubuhnya langsing seperti model. Matanya indah, hidung
mancung, dan kulit bersih. Senyumnya, sangat menawan. Kalau Aura berjalan
membelakangi matahari, dialah matahari itu.
Milani
Atmaja, tak lain adalah bayang-bayang dari sang matahari dalam versi lain. Kalau
Aura Amanda langsing, Milani kebalikannya. Tapi, dalam hal kekayaan, dia
beruntung. Milani terlahir sebagai anak dari orang terkaya di Egan (begitulah
Eglantine High School, tempat mereka bersekolah biasa disebut).
Kalau
Aura dan Milani sudah bersahabat sejak SMP, Katrissa baru bergabung dengan
clique mereka (Aura lebih suka menyebutnya clique
ketimbang geng, salah satu yang membedakan mereka dengan kelompok itik adalah
mereka ingin sesuatu yang berkelas, termasuk dalam menyebut sesuatu). Entah karena
kebetulan atau apa, Aura mendekati Katrissa untuk minta bantuannya membuatkan
prakarya dari kertas, yang menjadi hobi Katrissa. Awalnya, Katrissa tentu saja
senang bergabung dengan clique populer tersebut. Tapi ternyata, itulah nightmare yang sesungguhnya bagi
Katrissa.
Awalnya,
Priska datang. Murid baru itu punya “sesuatu” yang membuat Aura ingin
mengajaknya bergabung. Dia cepat akrab dengan siapapun, termasuk dengan Jonas,
pacar Aura. Tapi bagi Katrissa, Priska mengingatkannya pada Winda, sahabat lama
yang merebut cowok yang disukainya. Karena itu, Katrissa tak terlalu menyukai
Priska. Namun apa dayanya kalau Aura malah memberikan tiket pada Priska untuk
bergabung?
Masalah
mulai datang, ketika Priska ketahuan menaruh hati pada Jonas. Katrissa mulai
melihat Aura kerasukan setan. Dia menjebak Priska, menantangnya “memetik bunga”
(suatu istilah untuk mengutil barang sebagai syarat uji kesetiaan pada anggota clique baru), dan menindasnya
habis-habisan. Diam-diam, Katrissa takut Aura mengetahui bahwa dia pun naksir Jonas.
Selain mengkhawatirkan diri sendiri, Katrissa juga mencemaskan Priska.
Pasalnya, Priska ternyata tak berdaya menghadapi kekejian Aura dan Milani.
Teror
Aura dan Milani pada Priska membuat gadis itu ketakutan. Dia nyaris mati karena
bunuh diri. Keputusasaan akibat dijauhi, dicemooh, dan dipermalukan membuatnya
depresi. Katrissa tahu pasti penyebabnya, tapi dia tak kuasa melaporkannya.
Hanya saja, ketika Langit menyatakan akan berada di sisinya selalu dan Aura
berbalik mem-bully-nya, Katrissa berharap,
belum terlambat untuk bertindak.
Dapat kiriman langsung dari penulis plus tanda tangan pula. Yay! |
Novel
yang menarik ini adalah novel kedua karangan Dyah Rinni yang saya baca. Seperti yang
sebelumnya (baca review Marginalia di sini), saya membacanya dalam waktu
beberapa jam saja. Ini pertanda, novel ini terlalu sayang untuk saya lepaskan.
Apa
yang menarik di novel ini?
Banyak.
Jalan cerita yang tak membosankan, penggambaran tokoh yang detil, dan tema khas
remaja merupakan beberapa di antaranya.
Bullying, merupakan hal yang sering terjadi,
namun nggak semua orang punya keberanian melawannya. Melalui novel ini, penulis
mengajak kita untuk membuka hati terhadap masalah ini. Karena, sering kali
orang-orang yang mengalaminya nggak sadar bahwa mereka telah di-bully. Atau yang lebih buruk, sadar
sepenuhnya telah diperlakukan buruk, namun tak kuasa melawan. Seringkali yang
membuat orang bertahan adalah karena berada kelompok angsa atau kelompok
populer itu sangat membanggakan. Padahal, bertahan di kelompok tersebut
seringkali hanya merupakan kebahagiaan semu. Tampak menyenangkan, namun sebetulnya
terasa menyakitkan.
Gosip, ejekan, panggilan nama jelek,
pengucilan bisa mengirimkan sahabatmu ke palung derita paling dalam. Kita tak
pernah menyadarinya. Dan saat sadar, kita telah kehilangan sahabat kita, dan
berteman dengan penyesalan. –Katrissa, halaman 265
Novel
ini mengingatkan saya pada masa remaja yang saya lalui di sekolah ternama.
Waktu SMP, saya hanyalah anak udik (yang pindah dari sebuah sekolah di desa ke
kota). Nggak heran kalau saya kena gegar budaya. Perkataan nyelekit dari
kelompok angsa kerap saya dengar. Dan itu membuat saya nggak pede. Maka masa
SMP saya tidak bisa dikatakan sebagai salah satu momen tidak menyenangkan,
meski saya (syukurlah) nggak mengalami perlakuan menyakitkan lebih dari itu.
Untungnya,
masa SMA saya sangat menyenangkan. Bukan karena saya naik kasta ke kelompok
angsa. Tapi karena saya dikelilingi teman-teman yang menyenangkan. Lingkaran
pertemanan saya, mungkin bukan yang paling populer di sekolah kami, tapi entah
mengapa, saya bahagia bersama mereka. Tapi, di sisi lain, saya melihat juga
beberapa perlakuan buruk pada kelompok itik.
Oke,
kembali ke novel ini. Saya sempat menyangka Jonas akhirnya tertarik pada
Katrissa. Tapi ternyata nggak. Endingnya malah berbeda dengan yang saya
pikirkan hehe.
Terakhir,
ada satu kalimat berkesan tentang bullying
di sini:
Teman tidak saling melukai. Teman
saling menghormati, mencintai, menghargai. Hentikan sebelum terlambat. Tidak
ada yang berhak hidup dalam luka. –Katrissa, halaman 265
Buat
remaja, kamu harus baca buku ini!
Janganlah berjalan di depanku, aku
tak’kan mengikutimu. Janganlah berjalan di belakangku, aku tak’kan menunjukkan
jalanmu. Berjalanlah di sisiku, dan jadilah sahabatku –Albert Camus
Keterangan:
Quote awal dan akhir saya kutip dari awal dan akhir novel ini. Nice qoutes!
aduh... kayak mesti beli ini buku. Pesannya banyak banget, cuma dari bca resensinya, ehm :)
ReplyDeletesalam kenal mbak
Salam kenal balik :) Enjoy this book.
DeleteRasanya perlu membaca novel ini. Punya 2 remaja yang rentan dengan bullying. Quotenya juga menarik dan memotivasi. Resensi yang keren mbak. Mengundang utk membaca bukunya.
ReplyDeleteMakasih sudah mampir. Deskripsinya seolah nyata, Mbak. Saya yakin pembaca lain juga merasakannya. :)
DeleteWah, ini perlu dibaca putri tercintaku nih, yang memang sedang menanjak remaja. Trims review kerennya, Mak. :)
ReplyDeleteSama-sama. Buat emaknya juga penting :D
Deletesuka banget deh dengan quote ini: "Teman tidak saling melukai. Teman saling menghormati, mencintai, menghargai. Hentikan sebelum terlambat. Tidak ada yang berhak hidup dalam luka."
ReplyDeleteSaya juga suka banget, Mak. Memang keren quotenya ya :)
DeleteAduh, abis baca resensinya jadi pengen beli
ReplyDeleteHehe ayo beli, mumpung weekend nih :)
DeleteJanganlah berjalan di depanku, aku tak’kan mengikutimu. Janganlah berjalan di belakangku, aku tak’kan menunjukkan jalanmu. Berjalanlah di sisiku, dan jadilah sahabatku –Albert Camus ---> Quote yang cocok untuk suami istri juga ;)
ReplyDeleteBener banget, Fenny. :) Aku suka banget quote ini :)
Deletereview yg kereeenn... sarat quote yg indah :)
ReplyDeleteoya Fit, oot nih, klo buat review ada yg bilang 'hindari spoiler' tuh maksudnya apa sih? lg pengin belajar buat review yg serius, review yg 'bukan gue bgt' gitu xixixiii...thks
Spoiler itu terjemahan bebasnya "beberan". Maksudnya membeberkan cerita di dalam buku, film, dan semacamnya. Intinya, "menghindari spoiler" itu berarti jangan menceritakan jalan ceritanya dari A-Z. Jangan kasih tahu endingnya secara lugas. Soalnya kalau sudah tahu semua, pembaca nggak lagi pengen baca buku itu. Kalau kata Om Google, kesenangan pembaca yang berasalh dari ketegangan atau dramatisasi bisa berkurang. Kalau aku baca yang seperti itu sih, jadi kurang rasa penasarannya hihi
ReplyDeletekyknya buku ini byk pesan moralnya, ya. Apalagi pergaulan remaja zaman skrg, akrab dg bullying
ReplyDelete