Saturday, July 13, 2013

[Resensi Buku] Unfriend You, Antara Persahabatan dan Bullying

Judul                            : Unfirend You, Masihkah Kau Temanku?
Penulis                         : Dyah Rinni
Penerbit                       : Gagas Media
Cetakan                       : Pertama, 2013
Jumlah Halaman            : 275 halaman

Cover yang menarik
The ones that you love the most are usually the one that hurt you the most. -Unkown 

Katrissa Satin, adalah angsa baru. Dia diangkat kastanya dari kelompok itik buruk rupa oleh Aura Amanda. Sebagai angsa baru, dia membatasi diri berhubungan dengan orang-orang di masa lalunya, yaitu itik-itik seperti Langit Lazuardi, cowok geeky, yang entah kenapa selalu muncul di saat-saat yang tak diinginkannya. Atau Sachita, sahabat lamanya yang ditinggalkan sejak Katrisaa bergabung dengan kelompok angsa. Bertemu dengan mereka adalah nitghmare baginya.

Aura Amanda, mungkin sudah ditakdirkan menjadi angsa sejak lahir. Segala yang ada dirinya serba sempurna. Tubuhnya langsing seperti model. Matanya indah, hidung mancung, dan kulit bersih. Senyumnya, sangat menawan. Kalau Aura berjalan membelakangi matahari, dialah matahari itu.

Milani Atmaja, tak lain adalah bayang-bayang dari sang matahari dalam versi lain. Kalau Aura Amanda langsing, Milani kebalikannya. Tapi, dalam hal kekayaan, dia beruntung. Milani terlahir sebagai anak dari orang terkaya di Egan (begitulah Eglantine High School, tempat mereka bersekolah biasa disebut).

Kalau Aura dan Milani sudah bersahabat sejak SMP, Katrissa baru bergabung dengan clique mereka (Aura lebih suka menyebutnya clique ketimbang geng, salah satu yang membedakan mereka dengan kelompok itik adalah mereka ingin sesuatu yang berkelas, termasuk dalam menyebut sesuatu). Entah karena kebetulan atau apa, Aura mendekati Katrissa untuk minta bantuannya membuatkan prakarya dari kertas, yang menjadi hobi Katrissa. Awalnya, Katrissa tentu saja senang bergabung dengan clique populer tersebut. Tapi ternyata, itulah nightmare yang sesungguhnya bagi Katrissa.

Awalnya, Priska datang. Murid baru itu punya “sesuatu” yang membuat Aura ingin mengajaknya bergabung. Dia cepat akrab dengan siapapun, termasuk dengan Jonas, pacar Aura. Tapi bagi Katrissa, Priska mengingatkannya pada Winda, sahabat lama yang merebut cowok yang disukainya. Karena itu, Katrissa tak terlalu menyukai Priska. Namun apa dayanya kalau Aura malah memberikan tiket pada Priska untuk bergabung?

Masalah mulai datang, ketika Priska ketahuan menaruh hati pada Jonas. Katrissa mulai melihat Aura kerasukan setan. Dia menjebak Priska, menantangnya “memetik bunga” (suatu istilah untuk mengutil barang sebagai syarat uji kesetiaan pada anggota clique baru), dan menindasnya habis-habisan. Diam-diam, Katrissa takut Aura mengetahui bahwa dia pun naksir Jonas. Selain mengkhawatirkan diri sendiri, Katrissa juga mencemaskan Priska. Pasalnya, Priska ternyata tak berdaya menghadapi kekejian Aura dan Milani.

Teror Aura dan Milani pada Priska membuat gadis itu ketakutan. Dia nyaris mati karena bunuh diri. Keputusasaan akibat dijauhi, dicemooh, dan dipermalukan membuatnya depresi. Katrissa tahu pasti penyebabnya, tapi dia tak kuasa melaporkannya. Hanya saja, ketika Langit menyatakan akan berada di sisinya selalu dan Aura berbalik mem-bully-nya, Katrissa berharap, belum terlambat untuk bertindak.


Dapat kiriman langsung dari penulis plus tanda tangan pula. Yay!

Novel yang menarik ini adalah novel kedua karangan Dyah Rinni yang saya baca. Seperti yang sebelumnya (baca review Marginalia di sini), saya membacanya dalam waktu beberapa jam saja. Ini pertanda, novel ini terlalu sayang untuk saya lepaskan.
Apa yang menarik di novel ini?

Banyak. Jalan cerita yang tak membosankan, penggambaran tokoh yang detil, dan tema khas remaja merupakan beberapa di antaranya.

Bullying, merupakan hal yang sering terjadi, namun nggak semua orang punya keberanian melawannya. Melalui novel ini, penulis mengajak kita untuk membuka hati terhadap masalah ini. Karena, sering kali orang-orang yang mengalaminya nggak sadar bahwa mereka telah di-bully. Atau yang lebih buruk, sadar sepenuhnya telah diperlakukan buruk, namun tak kuasa melawan. Seringkali yang membuat orang bertahan adalah karena berada kelompok angsa atau kelompok populer itu sangat membanggakan. Padahal, bertahan di kelompok tersebut seringkali hanya merupakan kebahagiaan semu. Tampak menyenangkan, namun sebetulnya terasa menyakitkan.

Gosip, ejekan, panggilan nama jelek, pengucilan bisa mengirimkan sahabatmu ke palung derita paling dalam. Kita tak pernah menyadarinya. Dan saat sadar, kita telah kehilangan sahabat kita, dan berteman dengan penyesalan. –Katrissa, halaman 265

Novel ini mengingatkan saya pada masa remaja yang saya lalui di sekolah ternama. Waktu SMP, saya hanyalah anak udik (yang pindah dari sebuah sekolah di desa ke kota). Nggak heran kalau saya kena gegar budaya. Perkataan nyelekit dari kelompok angsa kerap saya dengar. Dan itu membuat saya nggak pede. Maka masa SMP saya tidak bisa dikatakan sebagai salah satu momen tidak menyenangkan, meski saya (syukurlah) nggak mengalami perlakuan menyakitkan lebih dari itu.

Untungnya, masa SMA saya sangat menyenangkan. Bukan karena saya naik kasta ke kelompok angsa. Tapi karena saya dikelilingi teman-teman yang menyenangkan. Lingkaran pertemanan saya, mungkin bukan yang paling populer di sekolah kami, tapi entah mengapa, saya bahagia bersama mereka. Tapi, di sisi lain, saya melihat juga beberapa perlakuan buruk pada kelompok itik.

Oke, kembali ke novel ini. Saya sempat menyangka Jonas akhirnya tertarik pada Katrissa. Tapi ternyata nggak. Endingnya malah berbeda dengan yang saya pikirkan hehe.

Terakhir, ada satu kalimat berkesan tentang bullying di sini:

Teman tidak saling melukai. Teman saling menghormati, mencintai, menghargai. Hentikan sebelum terlambat. Tidak ada yang berhak hidup dalam luka. –Katrissa, halaman 265

Buat remaja, kamu harus baca buku ini!


Janganlah berjalan di depanku, aku tak’kan mengikutimu. Janganlah berjalan di belakangku, aku tak’kan menunjukkan jalanmu. Berjalanlah di sisiku, dan jadilah sahabatku –Albert Camus

Keterangan:
Quote awal dan akhir saya kutip dari awal dan akhir novel ini. Nice qoutes!

15 comments :

  1. aduh... kayak mesti beli ini buku. Pesannya banyak banget, cuma dari bca resensinya, ehm :)

    salam kenal mbak

    ReplyDelete
  2. Rasanya perlu membaca novel ini. Punya 2 remaja yang rentan dengan bullying. Quotenya juga menarik dan memotivasi. Resensi yang keren mbak. Mengundang utk membaca bukunya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Makasih sudah mampir. Deskripsinya seolah nyata, Mbak. Saya yakin pembaca lain juga merasakannya. :)

      Delete
  3. Wah, ini perlu dibaca putri tercintaku nih, yang memang sedang menanjak remaja. Trims review kerennya, Mak. :)

    ReplyDelete
  4. suka banget deh dengan quote ini: "Teman tidak saling melukai. Teman saling menghormati, mencintai, menghargai. Hentikan sebelum terlambat. Tidak ada yang berhak hidup dalam luka."

    ReplyDelete
    Replies
    1. Saya juga suka banget, Mak. Memang keren quotenya ya :)

      Delete
  5. Aduh, abis baca resensinya jadi pengen beli

    ReplyDelete
  6. Janganlah berjalan di depanku, aku tak’kan mengikutimu. Janganlah berjalan di belakangku, aku tak’kan menunjukkan jalanmu. Berjalanlah di sisiku, dan jadilah sahabatku –Albert Camus ---> Quote yang cocok untuk suami istri juga ;)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bener banget, Fenny. :) Aku suka banget quote ini :)

      Delete
  7. review yg kereeenn... sarat quote yg indah :)

    oya Fit, oot nih, klo buat review ada yg bilang 'hindari spoiler' tuh maksudnya apa sih? lg pengin belajar buat review yg serius, review yg 'bukan gue bgt' gitu xixixiii...thks

    ReplyDelete
  8. Spoiler itu terjemahan bebasnya "beberan". Maksudnya membeberkan cerita di dalam buku, film, dan semacamnya. Intinya, "menghindari spoiler" itu berarti jangan menceritakan jalan ceritanya dari A-Z. Jangan kasih tahu endingnya secara lugas. Soalnya kalau sudah tahu semua, pembaca nggak lagi pengen baca buku itu. Kalau kata Om Google, kesenangan pembaca yang berasalh dari ketegangan atau dramatisasi bisa berkurang. Kalau aku baca yang seperti itu sih, jadi kurang rasa penasarannya hihi

    ReplyDelete
  9. kyknya buku ini byk pesan moralnya, ya. Apalagi pergaulan remaja zaman skrg, akrab dg bullying

    ReplyDelete