Thursday, July 3, 2014

Berbagi Tips Menulis di Pondok Pesantren Ulul Abshor Semarang

Kebetulan, salah seorang teman menghubungi saat tahu saya di Semarang, "Mau nggak ngisi acara di pesantren?" begitu tanyanya. Saya langsung menyetujuinya ketika tahu hari itu saya tidak ada ada acara. penasaran juga sih, ingin tahu kegiatan ramadhan di pondok pesantren ini.

Senin, 30 Juni 2014, saya meluncur ke Banyumanik. Berhubung belum tahu lokasi tepatnya, saya ajak sepupu saya yang sekolahnya tak jauh dari tempat acara. Pondok Pesantren Ulul Abshor, letaknya berada di gang kecil yang tersembunyi dari ramainya jalanan. Setelah membereskan sedikit kehebohan yang terjadi akibat si kembar berebut mau ikut (yang akhirnya mereka hanya mengantar dan menjemput saja karena nggak betah lama-lama di sana), saya pun bertemu panitia.


Aan, teman yang menawarkan pada saya untuk mengisi acara ini berjanji akan datang untuk memandu acara. Setelah menunggu sebentar, dia pun datang bersama Nungma, panggilan akrab Norma Keisya Avicena. Kami langsung ngobrol panjang lebar. Komunitas IIDN tempat kami bernaung berhasil mendekatkan kami dalam perbincangan seru, walau jarang bertemu. Saya bahkan baru kali ini bertemu Nungma.

Tepat pukul 10.00, kami dipersilakan masuk ke masjid di lantai 2. Awalnya, saya diberitahu bahwa pesertanya sekitar 100-an anak. Begitu tahu pesertanya cukup banyak, saya sudah sibuk merancang acara untuk "menjinakkan" mereka. Apalagi tadinya saya pikir pesertanya terdiri dari berbagai usia.



Ternyata jumlah peserta tidak sebanyak yang diperkirakan. Sekitar 70 anak, peserta pesantren ramadhan yang digelar selama 3 hari duduk manis menunggu acara dimulai. Saya baru tahu, banyak acara keren yang dilakukan selama pesantren ramadhan, lho. Di antaranya materi tentang internet. Hmm, tentu saja yang saya sampaikan tidak boleh kalah keren, dong.

Saya pun memulai acara tersebut. Ada dua hal penting yang saya sampaikan yaitu cara menulis cerita dan etika menulis. Selain menyampaikan materi, peserta juga praktik menulis cerita. Awalnya, ketika diminta maju untuk membacakan ceritanya, semua hanya diam. Malu-malu! Tapi... ketika saya tunjukkan buku-buku yang dibawa Aan sebagai hadiah jika mereka berani maju, ada juga yang mau membacakan ceritanya.

Setelah menulis dan membacakan cerita, saya buka sesi diskusi. Pertanyaan paling populer ternyata pertanyaan tentang penerbitan. Mereka sangat ingin tahu berapa lama proses penerbitan buku, bagaimana mengirimkan naskah ke penerbit, berapa lama waktu tunggu untuk tahu naskah diterima atau tidak, dan sebagainya.



Sayangnya, acara berlangsung 1,5 jam ini terasa sangat singkat. Tibalah saat untuk berpisah. Meski demikian, saya sangat senang dengan pertemuan singkat ini. Terima kasih ya, Aan dan Nungma. Sampai ketemu lagi di lain kesempatan.

6 comments :

  1. padat ya acara di semarangnya mak fita

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah, Mak. Nggak kerasa, seneng soalnya :)

      Delete
  2. Pasti acara ini brkesan bgtt buat adik2 di pesantren.

    ReplyDelete
  3. generasi akhirat yang sukses di dunia :)

    ReplyDelete
  4. Makasih sudah sharing Mbk, jadi senang ya anak-anak mengisi dengan kegiatan positif

    ReplyDelete