Bobo Tahun XLI 8 Agustus 2013. |
Dari dahulu Tutu, si kura-kura selalu ingin
mengalahkan Lindy si kelinci. Semua binatang tahu bahwa Tutu berjalan sangat
lambat sedangkan Lindy bisa berlari cepat. Namun Tutu tetap berniat mengalahkan
Lindy dengan berbagai cara.
“Aku
harus mengulang kemenangan leluhurku dahulu,” tekad Tutu.
“Jangan
mengandalkan keberuntungan,” kata Paman Bino, seekor kura-kura yang bijak.
“Waktu itu kakek buyutmu beruntung. Pikirkan kalau kelinci tidak beristirahat,
dia pasti akan menang. Kita, para kura-kura memang ditakdirkan berjalan lambat.
Tapi kita diberi kelebihan yang lain oleh yang Kuasa.”
“Apa
kelebihan kita, Paman?” tanya Tutu. Karena sangat ingin mengalahkan kelinci
dalam perlombaan lari, dia sama sekali tak ingat kelebihan yang dimilikinya.
“Tempurung
kita yang sangat kuat. Tempurung itu melindungi tubuh kita,” kata Paman Bino.
“Ah,
tetap saja menang lomba lari lebih keren, Paman,” Tutu berkilah.
“Boleh
saja kamu coba lomba lari dengan kelinci. Tapi berbuatlah jujur dalam pertandingan,”
pesan paman Bino akhirnya.
Tutu
mengangguk. Tapi diam-diam, sebenarnya dia sudah memikirkan berbagai cara agar
menang lomba lari melawan Lindy, si kelinci lawannya. Mereka akan memulai
perlombaan besok pagi.
Keesokan
harinya, Tutu dan Lindy sudah siap di kaki bukit. Tutu sudah menyiapkan
beberapa rencana agar dia bisa menang. Dia sudah meminta temannya untuk bersiap
di sebuah semak depan kelinci. Juga menyediakan wortel di jalan sebagai umpan
agar Lindy berhenti berlari. Terakhir ,jika dua rencana itu tak berhasil dia
sudah menyiapkan sebuah lubang di dekat garis akhir.
“Satu…
Dua… Lari!” teriak Didi si burung yang memberi aba-aba.
Lindy
langsung melesat meninggalkan Tutu.
“Lihat
saja aku akan menang,” teriak Lindy membuat Tutu semakin ingin mengalahkannya.
Sementara
Lindy melesat, Tutu berjalan pelan-pelan. Dia yakin temannya berhasil mengecoh
Lindy.
Lindy
berlari terus. Di pikirannya hanya satu tujuannya, harus menang. Kaki-kakinya
berlari tanpa henti. Meski godaan untuk berhenti sangat kuat, dia tak peduli.
“Kalau
aku sudah sampai garia akhir, aku baru boleh berhenti!” katanya pada diri
sendiri.
Tiba-tiba
di depannya dia melihat seekor kura-kura berjalan. Lho, kok Tutu sudah
melewatiku? Pikirnya heran.
“Hahaha…
Kata siapa kamu yang menang. Aku lebih cepat,” ujar Pipi, kura-kura yang
menyamar sebagai Tutu.
Lindy
mengamatinya. Aha! Dia tahu sekarang, itu bukan Tutu. Ukuran Tutu sedikit lebih
besar dibandingkan kura-kura ini.
“Jangan
mengecohku, aku tahu kamu bukan Tutu. Sampai jumpa!” Lindy pun berlari
meninggalkannya.
Mendengar
teriakan Lindy dari kejauhan, hati Tutu cemas. Dia tetap berjalan sesuai
kemampuannya sambil berharap semoga rencana keduanya berhasil.
Beberapa
saat setelah berlari, Lindy melihat wortel-wortel segar berceceran di tanah.
Berlari membuatnya lapar dan haus. Dia sudah hampir berhenti untuk menikmati
wortel-wortel itu. Namun dia ingat tekadnya.
“Aku
hanya akan berhenti jika sudah sampai garis akhir,” dia pun berlari lebih
kencang, meninggalkan wortel-wortel itu. “Tutuuu, aku tahu itu pasti
perbuatanmu. Aku tak kan tergoda!” teriak Lindy.
Tutu
semakin cemas mendengarnya.
“Semoga
jebakanku berhasil. Hanya itu satu-satunya harapanku,” katanya cemas. Dia
menggerakkan kaki-kakinya sekuat tenaga.
Bruuk!
Tiba-tiba terdengar suara
benda jatuh. Rupanya Lindy terperosok dalam lubang perangkap yang dibuat Tutu
dan teman-temannya.
Tutu tertawa.
“Hahaha… Aku yakin aku yang
akan menang, Lindy!” teriaknya mengejek. Tak lama lagi dia akan melewati lubang
itu.
“Curang! Takkan kubiarkan
kau menang dengan cara curang,” kata Lindy kesal.
Dia mencari akal agar bisa
keluar dari lubang tersebut. Ternyata di dalam lubang itu terdapat sebuah batu
yang menonjol. Dia pun segera melompat sekuat tenaga ke batu itu.
Hap!
Dengan dua loncatan,
akhirnya Lindy berhasil keluar. Sekarang tenaganya terkuras habis. Tutu sudah
melewati perangkap itu.
Namun Lindy tak mau
menyerah. Dengan sisa-sisa keuatannya dia berlari lagi. Lagi dan lagi hingga
melewati garus akhir.
“Aku tetap menang Tutu!
Lihat saja, cara curang takkan menang!” teriak Lindy.
Binatang-binatang yang
berkumpul menyaksikan perlombaan itu bersorak sorai mengelu-elukan Lindy.
Sementara Tutu hanya mendapatkan malu karena kecurangannya. [Fita Chakra]
Bagus, Mak. Duh padahal aku paling males nih komentar "bagus2" gitu. Hihihi tpi asli ini emang ceritanya bikin anak2 ngerti kalau curang itu nggak baik, an pasti ngga akan berhasil kalau curang. ;)))
ReplyDeletesatu kecurangan cepat atau lambat pasti ketauhan ya
ReplyDeleteInspiratif, qt harus keep move on kaya Lindy ya mak di setiap episode hidup kita:)
ReplyDelete